MOM'S LIFE
Benarkah Pekerja Gen Z Paling Rentan Burnout dan Stres saat Bekerja?
Arina Yulistara | HaiBunda
Jumat, 15 Aug 2025 06:00 WIBTekanan di kantor memang bisa membuat pekerja stres. Namun benarkan pekerja gen Z yang paling rentan stres saat bekerja?
Pada 2025, gen Z diproyeksikan mengisi hampir 30 persen angkatan kerja global, menggantikan Baby Boomers yang pensiun. Kehadiran mereka membawa semangat dan ide segar, namun juga dibarengi tantangan besar.
Di balik citra generasi kreatif dan melek teknologi, banyak data menunjukkan gen Z justru menjadi kelompok paling rentan mengalami stres dan burnout di dunia kerja. Kondisi ini dipicu oleh kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan kesehatan mental.
Inflasi tinggi, kenaikan biaya hidup, ketidakpastian politik global, hingga dampak berkepanjangan pandemi COVID-19 membuat banyak anak muda terjebak dalam lingkaran kecemasan.
Menurut survei Cigna International Health 2023, sebanyak 91 persen pekerja usia 18 sampai 24 tahun mengaku mengalami stres dengan 98 persen merasakan gejala burnout. Kok bisa?
Mari bahas mengenai pekerja gen Z yang rentan stres di dunia kerja.
Pekerja Gen Z lebih rentan stres, benarkah?
Berdasarkan laporan dari MetLife’s 2025 Employee Benefits Trends Study, hanya 31 persen pekerja gen Z yang merasa sehat secara holistik, turun 6 persen dari tahun sebelumnya. Angka ini 26 persen lebih rendah dibanding Baby Boomers.
Dari segi kesehatan mental, 46 persen mengaku sering stres, 44 persen mengalami burnout, 35 persen mengalami depresi, dan 30 persen merasa terisolasi. Missy Plohr-Memming, Senior Vice President MetLife, menegaskan bahwa penurunan kesehatan gen Z adalah sinyal bahaya.
“Menurunnya kesehatan karyawan gen Z seharusnya menjadi tanda peringatan dini. Perusahaan membutuhkan semangat, inovasi, dan keterampilan teknologi dari generasi ini. Untuk itu, mereka harus membantu gen Z mengelola kesehatan mental, sosial, dan finansialnya. Pemahaman dan pemanfaatan fasilitas kerja, seperti program kesehatan dan konseling, dapat menjadi kunci,” ujar Missy Plohr-Memming dilansir dari Forbes.
Penyebab pekerja Gen Z mudah stres
Berikut penyebab pekerja Gen Z lebih muda stres.
1. Dampak pandemi
Bagi banyak gen Z, pandemi terjadi pada fase krusial transisi dari pendidikan ke dunia kerja. Masa kuliah atau sekolah yang dilakukan secara daring mengikis keterampilan sosial membuat mereka canggung saat kembali ke lingkungan kerja tatap muka.
Eliza Filby, peneliti generasi dan konsultan strategi perusahaan di London, menegaskan bahwa isolasi panjang membuat banyak pekerja muda kesulitan membangun hubungan profesional maupun mendapatkan mentor.
“Bagi sebagian besar, dunia kerja terasa asing. Ada rasa takut bersosialisasi dan bingung dengan aturan tak tertulis di kantor. Semua orang merasakan tekanan yang luar biasa akibat PHK (saat pandemi),” papar Eliza, mengutip BBC.
2. Masalah finansial
Selain itu, gen Z juga dibebani masalah finansial yang serius. Banyak dari mereka keluar dari perguruan tinggi dengan utang pendidikan besar, hanya untuk masuk ke pasar kerja yang tidak ideal.
“Gen Z mengalami versi baru dari krisis yang dialami milenial saat Great Recession yang sangat menegangkan dan akan menambah kecemasan mereka. Sekarang mereka menghadapinya di tengah biaya hidup yang melambung dan paparan media sosial yang konstan," ujar Santor Nishizaki, pakar kepemimpinan organisasi dan penulis Working with Gen Z: A Handbook to Recruit, Retain, and Reimagine the Future Workforce after Covid-19.
Data McKinsey & Company menunjukkan, 26 persen pekerja gen Z merasa gajinya tidak cukup untuk menjalani hidup berkualitas, dibandingkan 20 persen generasi lainnya. Banyak dari mereka hidup dari gaji ke gaji, menunda pembelian rumah, bahkan tidak berharap untuk bisa memiliki rumah sama sekali.
3. Budaya di perusahaan
Tekanan di dunia kerja juga datang dari kebijakan perusahaan yang berubah-ubah. Setelah masa kerja fleksibel selama pandemi, banyak perusahaan kini kembali mewajibkan karyawan hadir penuh di kantor.
Perubahan tersebut menurut Filby menambah tekanan bagi pekerja muda yang belum terbiasa dengan ritme kerja tradisional. Nishizaki menilai, salah satu cara mengurangi stres dengan membangun budaya kerja yang mendukung, memberikan fleksibilitas, menjadikan atasan sebagai mentor, memperjelas dampak positif pekerjaan, hingga menjaga komunikasi satu sama lain.
“Gen Z ingin bekerja di tempat yang memberi makna dan ruang berkembang, bukan sekadar menuntut hasil,” tambahnya.
Berdasarkan data Gallup menunjukkan gen Z merupakan kelompok paling disengaged di tempat kerja. Dalam jangka panjang, stres dan burnout bisa menurunkan produktivitas, memperlambat perkembangan karier, dan mendorong mereka keluar dari pekerjaan.
Meski perbaikan tidak bisa dilakukan instan, para pakar sepakat bahwa solusi dimulai dari pengakuan masalah. Perusahaan perlu melihat peran mereka dalam menciptakan tekanan.
Sementara Gen Z diharapkan lebih berani menyuarakan kebutuhan mereka. Tantangannya, stigma kesehatan mental masih ada dan posisi tawar mereka relatif lemah.
“Gen Z punya keberanian untuk mendefinisikan ulang apa itu stres di tempat kerja. Namun kita semua perlu memastikan mereka punya ruang untuk berbicara dan mendapatkan dukungan nyata," ujar Filby.
Para ahli pun sepakat bahwa mengurangi stres gen Z bukanlah pekerjaan instan. Selama faktor eksternal seperti ekonomi dan pasar kerja masih bergejolak, tekanan pada generasi ini kemungkinan besar akan tetap tinggi.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)
Simak video di bawah ini, Bun:
8 Pekerjaan yang Rawan Perselingkuhan, Ada Pilot hingga Pengusaha
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Mengenal Istilah Loud Quitting di Dunia Kerja, Pengertian dan Alasan Mengapa Itu Terjadi
10 Tips Bekerja Sambil Urus Anak yang Minim Stres, Dicoba ya Bun
Quiet Quitting Hits di Kalangan Milenial dan Gen Z, Benarkah Bikin Karier Aman?
Studi: Benci dengan Pekerjaan Diam-diam Merusak Kesehatan
TERPOPULER
Ariana Grande Diserang Penyusup di Karpet Merah Premier Film, Pelaku Sering Lakukan Aksi Serupa
Momen Persalinan Ketiga Evi Masamba, Intip Potretnya Pakai Makeup hingga Aktif Bergerak
Unggahan Tasya Farasya Usai Resmi Cerai Ramai Dikomentari, Intip Potretnya
7 Penyebab Doa Tidak Terkabul
7 Artis Perempuan Indonesia Berprestasi di Bidang Akademik, Sekolah hingga S3
REKOMENDASI PRODUK
10 Susu Penambah Nafsu Makan Anak untuk Mengoptimalkan Berat Badan
Azhar HanifahREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Parfum untuk Ibu Hamil yang Aman Digunakan
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Body Lotion Bayi yang Wanginya Tahan Lama, Aman & Lembapkan Kulit Si Kecil
Nadhifa FitrinaREKOMENDASI PRODUK
7 Rekomendasi Makeup Palette Lengkap untuk Sehari-hari
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
15 Rekomendasi Test Pack yang Tersedia di Apotek dan Harganya
Dwi Indah NurcahyaniTERBARU DARI HAIBUNDA
73 Lagu Rohani Kristen Terbaik dan Terpopuler, Penyembahan & Pujian Syukur
Australia Blokir Medsos untuk Remaja di Bawah 16 Th, Pelanggara Bisa Didenda Rp544 M
Andhara Early Gunting Kartu Kredit Usai KPR Lunas, Tak Ingin Berutang dan Riba
7 Penyebab Doa Tidak Terkabul
Ariana Grande Diserang Penyusup di Karpet Merah Premier Film, Pelaku Sering Lakukan Aksi Serupa
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Video: Kisah Cinta Davikah-Ter Chantavit, 7 Tahun Pacaran-Menikah
-
Beautynesia
Ariana Grande & Cynthia Erivo Memesona di Premier Wicked: For Good di London dan Singapura
-
Female Daily
Kenalan dengan Bleph Bun, Tren Rambut yang Lagi Digemari Selebriti Hollywood!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Cerita Wanita yang Viral Bongkar Sister Hong Lombok, MUA Cantik Ternyata Pria
-
Mommies Daily
7 Pesan Film Dopamin: Angga Yunanda dan Shenina Cinnamon Hadapi Godaan Uang Miliaran