
moms-life
Mengenal Istilah Loud Quitting di Dunia Kerja, Pengertian dan Alasan Mengapa Itu Terjadi
HaiBunda
Jumat, 29 Sep 2023 18:00 WIB

Ada banyak istilah baru di dunia kerja. Mungkin Bunda pernah mendengar quiet quitting, bare minimum Mondays, dan kini loud quitting.
Apa itu loud quitting? Sama seperti istilah di atas, loud quitting juga muncul karena ada ketidakpuasan karyawan terhadap perusahaan, baik cara kerja maupun pemimpinnya.
Mengutip dari US News, menurut jajak pendapat Gallup, sekitar 1 dari 5 karyawan di berbagai industri sudah bosan dengan pendekatan halus untuk meninggalkan perusahaan. Hal ini kemudian menyebabkan munculnya gaya perpisahan yang berbeda dengan perusahaan yang disebut loud quitting.
Tren loud quitting termasuk berhenti bekerja secara diam-diam pada hari Senin yang sangat minim, di mana para pekerja menarik diri dan melakukan lebih sedikit pekerjaan. Ini cara pekerja melakukan protes keras atas ketidakpuasan atau kekecewaan mereka terhadap perusahaan.
Apa itu loud quitting?
Loud quitting adalah cara pekerja mengundurkan diri secara ‘keras’ untuk melampiaskan kekecewaan, ketidaksepakatan, dan ketidakpuasannya terhadap perusahaan, atasan, maupun koleganya. Dibanding berlarut-larut mengeluh karena pekerjaan, mereka memilih mengundurkan diri dengan kekesalan.
Saat melakukan loud quitting, karyawan berusaha untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka, membiarkan manager, HRD, atau siapa pun yang mendengarkan mengetahui kalau mereka kesal. Bahkan tidak segan untuk posting di media sosial kalau mereka mengundurkan diri secara tidak baik.
Jika biasanya karyawan menutupi aib perusahaan atau kekesalan mereka terhadap bos maka orang yang melakukan loud quitting tidak ingin menerapkan itu.
Mereka secara sengaja memberitahukan kepada semua orang mengenai ketidakpuasannya terhadap pekerjaan yang dianggap buruk di perusahaan, baik salah atau benar.
Meski demikian, orang yang melakukan loud quitting bisa menjadi peluang besar untuk perusahaan bisa tumbuh dan berubah.
“Berhentinya karyawan secara diam-diam adalah hasil yang mudah dicapai organisasi demi peningkatan produktivitas. Mereka siap untuk terinspirasi dan termotivasi, jika dilatih dengan cara yang benar. Beberapa perubahan pada cara mereka dikelola dapat mengubah karyawan menjadi anggota tim yang produktif,” kata laporan dari Gallup, dilansir dari CNBC International.
Hal-hal yang dilakukan karyawan saat loud quitting
- Mengunggah berita mereka resign secara bangga di media sosial dengan memberikan sinyal kalau perusahaan itu buruk.
- Menyebarkan berita secara internal ke seluruh perusahaan bahwa mereka berencana untuk keluar dari sana.
- Datang ke kantor bos dan menyatakan dengan meriah bahwa mereka sudah selesai bekerja berjam-jam dan berhenti mulai hari ini.
Walau cara ini memuaskan hasrat karyawan, namun menurut analisis Gallup, pekerja yang melakukan quiet quitting atau loud quitting akan berpindah ke pekerjaan dengan gaji lebih rendah.
Dibandingkan karyawan yang tetap aktif dan memerlukan kenaikan gaji sebesar 31% untuk mempertimbangkan peralihan pekerjaan secara baik-baik.
Haruskah melakukan loud quitting ketika tidak puas di tempat kerja?
Meskipun loud quitting dapat memberi kepuasan langsung dengan membiarkan Bunda mengecam atasan, penting berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk berhenti dengan keras. Meski tren ini mungkin sedang populer, bukan berarti tidak akan ada dampak pada pekerjaan atau karier Bunda berikutnya.
Jika Bunda berhenti dengan keras, kemungkinan besar akan putus hubungan dengan perusahaan tempat bekerja sebelumnya yang dapat merugikan dalam mencari pekerjaan baru. Semua tergantung pada seberapa besar pengaruh bos bahkan mungkin bisa memasukkan Bunda ke dalam daftar hitam industri.
Kalau Bunda memerlukan referensi untuk posisi berikutnya atau mengandalkan rekomendasi yang baik untuk mendapatkan pekerjaan baru, loud quitting tidak disarankan.
Dari sudut pandang pemberi kerja, orang yang melakukan loud quitting dapat merusak reputasi perusahaan ketika mereka menyebarkan opini negatif tentang pengalaman kerja secara online.
Hal ini dapat menimbulkan efek tidak baik ketika pekerja lain di seluruh organisasi mengetahui pengalaman buruk karyawan yang tidak puas tersebut. Oleh karena itu, pemberi kerja harus melakukan yang terbaik untuk menciptakan keterlibatan di tempat kerja dan memberikan kesempatan kepada karyawan menyampaikan pendapat mereka saat masih bekerja.
Loud quitting memang cara yang menggoda untuk berpisah dengan pekerjaan buruk atau pengalaman kerja mengecewakan. Namun pastikan untuk mempertimbangkan dengan cermat apakah bentuk mengosongkan posisi Bunda lebih mengganggu ini layak dilakukan atau tidak?
Meskipun Bunda mungkin langsung merasa lega saat loud quitting, konsekuensi dari membuat keributan saat Bunda resign mungkin merugikan prospek masa depan. Jadi, berpikir dua kali ya sebelum melakukan loud quitting, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
5 Zodiak Kariernya Meroket 2025, Diprediksi Bakal Kaya Raya

Mom's Life
10 Tips Bekerja Sambil Urus Anak yang Minim Stres, Dicoba ya Bun

Mom's Life
5 Skill Ibu Rumah Tangga yang Patut Dipamerkan saat Bunda Wawancara Kerja

Mom's Life
Jangan Gugup Bun, Ini 5 Tips Sukses Wawancara Kerja

Mom's Life
Studi: Benci dengan Pekerjaan Diam-diam Merusak Kesehatan


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Anak Artis Tinggal di Luar Negeri di Usia Muda, Ada yang Berkarier di AS
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda