
moms-life
Mengenal AI Psychosis, Ketika ChatGPT Bisa Memicu Gangguan Mental Penggunanya
HaiBunda
Senin, 25 Aug 2025 23:30 WIB

Daftar Isi
Chatbot telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini. Orang-orang beralih ke alat seperti ChatGT, bukan hanya untuk bantuan pekerjaan, tetapi juga nasihat hubungan, dukungan emosional, dan mendapat teman.
Namun, bagi sebagian kecil pengguna, percakapan ini tampaknya memiliki efek yang mengganggu, Bunda.
Semakin banyak laporan yang menunjukkan bahwa penggunaan chatbot dalam jangka panjang dapat memicu atau memperparah gejala psikotik pada beberapa orang. Dampaknya bisa berpotensi menghancurkan.
Para pengguna telah mengaitkan gangguan mental mereka dengan kehilangan pekerjaan, hubungan yang retak, penahanan psikiatris yang tidak disengaja, bahkan penangkapan dan hukuman penjara.
Mengenal AI psychosis
Fenomena ini terkadang disebut AI psychosis atau ChatGPT psychosis. Belum ada diagnosis formal, data terbatas, dan belum ada protokol pengobatan jelas.
Dilansir dari laman TIME, istilah ini muncul sebagai singkatan untuk pola yang mengkhawatirkan. AI psychosis didefinisikan sebagai orang-orang yang mengembangkan delusi atau keyakinan menyimpang yang tampaknya dipicu atau diperkuat oleh percakapan dengan sistem AI.
Psikosis mungkin sebenarnya istilah yang keliru. Hal ini disebutkan oleh profesor di departemen studi psikosis di King’s College London, Dr. James MacCabe.
Istilah tersebut biasanya merujuk pada sekelompok gejala, gangguan berpikir, halusinasi, dan delusi, yang sering terlihat pada kondisi seperti gangguan bipolar dan skizofrenia. Namun, dalam kasus-kasus ini, yang dibicarakan terutama adalah delusi, bukan keseluruhan spektrum psikosis.
Fenomena ini tampaknya mencerminkan kerentanan yang sudah umum dalam konteks baru, bukan gangguan baru, kata para psikiater.
Hal ini berkaitan erat dengan cara chatbot berkomunikasi. Secara desain, chatbot mencerminkan bahasa pengguna dan memvalidasi asumsi mereka.
Meskipun banyak orang merasa terganggu, para ahli memperingatkan bahwa hal ini dapat memperkuat pola pikir yang menyimpang pada orang yang lebih rentan.
Siapa yang berisiko terkena AI psychosis?
Dilansir dari laman Psychology Today, para ahli belum sepenuhnya memahami apa yang membuat seseorang rentan terhadap psikosis terkait AI. Namun, menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan chatbot AI dan mengorbankan interaksi bersama manusia, tampaknya menjadi faktor risiko yang penting.
Meskipun kebanyakan orang dapat menggunakan chatbot tanpa masalah, para ahli mengatakan sekelompok kecil pengguna mungkin sangat rentan terhadap delusi setelah penggunaan jangka panjang.
Beberapa laporan media tentang AI psychosis mencatat bahwa individu tersebut tidak memiliki diagnosis kerentanan kesehatan mental sebelumnya. Namun, dokter memperingatkan bahwa faktor risiko yang tidak terdeteksi atau laten mungkin masih ada.
“Saya rasa penggunaan chatbot sendiri tidak mungkin memicu psikosis jika tidak ada faktor risiko genetik, sosial, atau faktor risiko lain yang berperan,” ujar Dr. John Torous, seorang psikiater di Beth Israel Deaconess Medical Center.
“Namun, orang-orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki risiko semacam ini,” sambungnya.
Cara agar tetap aman menggunakan chatbot
Chatbot pada dasarnya tidak berbahaya, Bunda. Namun, bagi sebagian orang, tetap perlu berhati-hati.
Psikiater mengatakan saran paling jelas saat krisis atau tekanan emosional sederhana adalah berhenti menggunakan chatbot.
Mengakhiri hubungan bisa sangat menyakitkan, seperti putus cinta atau bahkan keduanya. Namun, menjauh dapat membawa perubahan yang baik secara signifikan, terutama ketika pengguna terhubung kembali dengan hubungan di dunia nyata dan mencari bantuan profesional.
Teman dan keluarga juga harus memperhatikan perubahan suasana hati, pola tidur, atau perilaku sosial, termasuk tanda-tanda penarikan diri.
Nah, itulah beberapa hal yang dapat Bunda ketahui tentang AI psyhcosis. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar dan klik di SINI. Gratis!
(asa/som)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
8 Penyebab Perut Sakit Setelah Berhubungan Seks dan Cara Mengatasinya

Mom's Life
Tanda Ajal Sudah Dekat Menurut Seorang Ahli Medis

Mom's Life
7 Alasan Mengapa Gula Tidak Baik Bagi Tubuh Bunda, Salah Satunya Memicu Depresi

Mom's Life
4 Hal yang Harus Bunda Lakukan saat Kondom 'Bocor' Ketika Bercinta

Mom's Life
Bunda Perlu Tahu, Ini 4 Jenis Minuman yang Ancam Kesehatan Ginjal


5 Foto
Mom's Life
5 Potret Becky Tumewu Usai Operasi Mata Akibat Retina Lepas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda