Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

ADVERTISEMENT

moms-life

Burnout Guru, Tanda Depresi yang Sering Terabaikan di Kalangan Pendidik

Nadhifa Fitrina   |   HaiBunda

Kamis, 27 Nov 2025 16:40 WIB

Burnout Guru, Tanda Depresi yang Sering Terabaikan di Kalangan Pendidik
Burnout Guru, Tanda Depresi yang Sering Terabaikan di Kalangan Pendidik/Foto: Getty Images/Tirachard
Daftar Isi
Jakarta -

Ketika bicara soal burnout, ternyata guru juga mengalaminya lho, Bunda. Burnout guru ini bisa menjadi tanda depresi yang sering terabaikan di kalangan pendidik.

Tidak hanya bertugas sebagai pengajar saja, guru juga berperan sebagai pengasuh anak. Peran ganda inilah yang dapat menimbulkan stres, hingga memicu depresi.

Saat mendengar kata "burnout", besar kemungkinan itu mengarah pada gangguan depresi mayor. Apa artinya itu, Bunda?

Menilik dari laman Healthline, gangguan ini ditandai dengan suasana hati yang terus-menerus dan hilangnya minat pada semua aktivitas. Depresi ini memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat saja, diperkirakan 21 juta orang dewasa pernah mengalami setidaknya satu episode depresi mayor, lho. Depresi ini tidak pandang bulu, Bunda.

Siapa saja bisa mengalaminya, di profesi apa pun, dan guru termasuk salah satu yang berisiko tinggi. Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Penyebab utama burnout pada guru

Burnout memang umum terjadi di kalangan guru, Bunda. Banyak guru yang merasa kelelahan akibat tanggung jawab yang berat setiap harinya.

Menilik data dari State of the US Teacher Survey pada 2021, sebanyak 50 persen guru melaporkan mengalami burnout, sementara 27 persen lainnya mengatakan mereka menunjukkan gejala depresi.

Sebuah tinjauan pada 2022 menemukan bahwa tingkat depresi guru rata-rata mencapai 30,7 persen, Bunda. Angka ini menjadi bukti bahwa masih banyak guru yang mengalami tekanan emosional yang serius.

Seorang pekerja sosial klinis berlisensi dan direktur klinis eksekutif di Gallus Detox, Denver, Colorado, Steve Carleton, mengatakan bahwa temuan ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

Faktor-faktor tersebut antara lain meningkatnya beban kerja, tuntutan pekerjaan yang tinggi, kurangnya dukungan, dan stres karena membagi waktu antara mengajar dan tanggung jawab yang lainnya, Bunda.

"Temuan ini menunjukkan bahwa depresi adalah masalah nyata di kalangan guru, menekankan perlunya lebih banyak perhatian dan sumber daya untuk kesehatan mental guru," tutur Carleton.

Tanda-tanda burnout pada guru

Setelah memahami penyebab burnout yang terjadi pada guru, ternyata ada lho tanda-tandanya, Bunda. Berikut penjelasannya.

1. Sering absen dari pekerjaannya

Guru yang mengalami burnout cenderung lebih sering absen dari pekerjaannya. Mengapa demikian? Hal ini biasanya karena munculnya rasa lelah dan kurang motivasi untuk menghadapi pekerjaan sehari-hari.

2. Kelelahan

Kelelahan fisik dan mental kerap muncul sebagai tanda burnout pada guru. Guru bisa merasa tidak punya energi sama sekali untuk mengajar atau melakukan kegiatan sehari-hari.

"Kelelahan adalah bentuk tekanan psikologis yang terjadi ketika seseorang merasa terlalu banyak bekerja, kurang dihargai, dan tidak mampu menghadapi tuntutan serta harapan pekerjaan," jelas seorang pekerja sosial berlisensi dari Morris Plains, di New Jersey, Candace Kotkin-De Carvalho.

3. Suasana hati yang rendah

Selain kelelahan, guru yang mengalami burnout juga kerap merasa sedih atau kehilangan semangatnya, Bunda. Suasana hati rendah ini bisa muncul hampir setiap hari dan bisa berpengaruh pada kualitas mengajar mereka.

4. Mudah tersinggung

Sifat mudah tersinggung ini juga menjadi tanda burnout, lho. Hal-hal kecil yang terjadi di sekolah bisa menjadi pemicu reaksi emosional yang berlebihan pada guru.

5. Kurang fokus pada pekerjaan

Burnout membuat guru terkadang kurang fokus pada pekerjaan mereka. Hal ini yang nantinya bisa berpengaruh pada murid dan kegiatan belajar mengajar.

"Tanda umum depresi pada guru adalah perasaan kewalahan dan tidak mampu menghadapi tuntutan pekerjaan mereka," kata seorang pekerja sosial, Steve Carleton.

Tips mengatasi burnout pada guru

Kalau sudah memahami berbagai tandanya, berikut beberapa tips sederhana untuk mengelola burnout pada guru:

1. Fokus pada diri sendiri

Sebagai guru, wajar saja bila lebih memprioritaskan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri. Terkadang, sulit juga menemukan waktu untuk diri sendiri, bahkan ketika di rumah.

Dalam hal ini, merawat diri sendiri bisa menjadi cara yang tepat untuk membantu guru tetap sehat, baik secara fisik maupun mentalnya.

"Yang utama adalah memastikan merawat diri sendiri terlebih dahulu. Luangkan waktu untuk melakukan aktivitas yang memberi kebahagiaan, seperti olahraga, hobi, atau berkumpul dengan teman dan keluarga," kata pekerja sosial berlisensi dari Morris Plains, New Jersey, Candace Kotkin-De Carvalho.

2. Belajar menetapkan batasan

Tidak apa-apa jika ingin menetapkan batasan, misalnya saja menolak pekerjaan tambahan yang mengganggu waktu di rumah. Ini penting supaya guru tidak terlalu lelah dan tetap fokus pada tugas utamanya.

Nah, kalau bicara soal menetapkan batasan memang mudah diucapkan, tapi akan sulit untuk dilakukan. Karena itu, guru bisa bekerja sama dengan profesional kesehatan mental supaya bisa belajar komunikasi yang tegas dan mengatasi rasa bersalah saat berkata "tidak".

3. Membangun jaringan dukungan sendiri

Sistem pendidikan mungkin tidak menyediakan dukungan kesehatan mental yang cukup. Untuk membantu mengatasi hal ini, guru bisa memiliki rekan sejawat yang dapat memberikan dukungan serta rasa empati. 

"Bangun komunitas rekan sejawat yang dapat menawarkan dukungan dan empati, karena mereka memahami tantangan unik dalam mengajar. Ini tidak hanya memberi guru tempat aman untuk berbagi dan menemukan pengertian, tetapi juga dapat memberikan ide untuk mengelola depresi dan cara mengatasi stres terkait pekerjaan," tutur pekerja sosial, Steve Carleton.

4. Mengambil jeda singkat

Salah satu cara cepat untuk mengurangi burnout adalah menjauh sejenak dari pekerjaan. Cara ini juga berlaku di lingkungan sekolah, Bunda.

"Beristirahat sejenak dari mengajar dapat memberi waktu untuk beristirahat dan menata ulang diri. Ini bisa berupa liburan, pergi akhir pekan, atau bahkan beberapa hari istirahat di rumah," kata Steve Carleton.

5. Pertimbangkan pindah sekolah

Terkadang, guru tidak peduli seberapa keras usahanya untuk mengatasi burnout, terlebih lagi jika lingkungan kerjanya tidak mendukung. Apabila situasi di sekolah tidak bisa berubah, mungkin sudah saatnya mencari kesempatan mengajar baru di tempat lain.

Demikianlah penjelasan mengenai burnout pada guru yang sering terabaikan di kalangan pendidik.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ndf/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda