Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

3 Kalimat yang Sering Dihindari Pekerja dengan Karier Sukses

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Senin, 08 Dec 2025 17:05 WIB

Two young Asian business woman talk, consult, discuss working with new startup project idea presentation analyze plan marketing and investment in the office.
Ilustrasi kalimat yang sering dihindari pekerja dengan karier sukses/ Foto: Getty Images/iStockphoto/AmnajKhetsamtip
Daftar Isi

Ingin punya karier yang sukses? Mungkin bisa mencontoh para pekerja dengan karier sukses. Salah satunya kalimat-kalimat yang perlu dihindari pekerja yang sukses berkarier.

Cara Bunda berkomunikasi di lingkungan profesional memainkan peran besar dalam membentuk citra diri, kepercayaan atasan, hingga peluang promosi. Tanpa disadari, kalimat-kalimat sederhana yang sering diucapkan bisa mencerminkan sikap mental, etos kerja, sekaligus kualitas kepemimpinan seseorang.

Banyak orang mengira bahwa kunci keberhasilan terletak pada apa yang sering dikatakan untuk menunjukkan kemampuan diri. Padahal para pemimpin perusahaan besar, psikolog, dan pakar bahasa justru menilai bahwa kesuksesan sering kali ditentukan oleh kalimat-kalimat yang tidak diucapkan.

Ucapan tertentu yang terdengar sepele ternyata bisa memberi kesan negatif, mulai dari tidak peduli, enggan berkembang, hingga mudah menyerah. Berbagai riset serta pandangan profesional menunjukkan bahwa karyawan yang kariernya melesat biasanya sangat berhati-hati dalam memilih kata.

Karyawan yang sukses kariernya tidak asal bicara, terutama saat menghadapi masalah, perubahan, atau tantangan baru. 

Kalimat yang sering dihindari pekerja dengan karier sukses

Ada tiga kalimat yang terbukti sering dihindari oleh para pekerja sukses karena dianggap menghambat perkembangan diri dan merusak kepercayaan di tempat kerja dikutip dari CNBC.

1. “Ya, memang begitulah adanya"

Kalimat ini kerap muncul ketika Bunda menghadapi situasi sulit yang terasa tak bisa diubah. Sekilas, ungkapan tersebut terdengar seperti penerimaan diri.

Bagi atasan dan rekan kerja, kalimat ini justru sering ditafsirkan sebagai sikap acuh tak acuh. Dalam lingkungan kerja, sikap seperti ini bisa sangat merugikan. Ketika sebuah tim sedang menghadapi masalah, atasan tentu mengharapkan kontribusi solusi, bukan sikap pasif.

Ungkapan "Ya sudah, mau bagaimana lagi” bisa memudarkan kepercayaan rekan kerja terhadap komitmen dan kepedulian seseorang terhadap tanggung jawab tim. Sebagai gantinya, psikolog menyarankan penggunaan kalimat yang lebih konstruktif.

Contoh kalimat yang lebih bijaksana:

"Saya harus melihat kenyataan apa adanya, meskipun itu bukan yang saya inginkan agar saya bisa terus maju."

2. “Dari dahulu juga caranya seperti ini”

Kalimat ini sering muncul saat seseorang dihadapkan pada ide baru, inovasi, atau perubahan sistem kerja. Bagi sebagian orang, mempertahankan kebiasaan lama terasa lebih aman dan nyaman.

Hanya saja, bagi para pemimpin perusahaan besar, sikap seperti inilah justru menjadi tanda peringatan. Dunia kerja saat ini bergerak sangat cepat. Pola kerja, teknologi, hingga tuntutan pelanggan berubah dari waktu ke waktu.

Karyawan yang bersikeras bertahan pada cara lama tanpa mau membuka diri terhadap ide baru akan tertinggal. Tak heran, banyak CEO perusahaan raksasa menilai bahwa rasa ingin tahu dan semangat belajar jauh lebih berharga dibanding sekadar pengalaman panjang.

Penelitian juga menunjukkan bahwa sikap terbuka terhadap hal baru membuat seseorang lebih bahagia, adaptif, dan mampu mengelola dinamika karier. Dibanding berkata "memang dari dahulu begini" para pekerja sukses justru lebih sering mengutarakan pertanyaan, mencoba pendekatan baru, dan melihat perubahan sebagai peluang, bukan ancaman.

3. “Aku enggak akan bisa. Untuk apa dicoba?”

Setiap orang pernah berada di titik sebuah tugas terasa terlalu sulit bahkan tampak mustahil. Dalam kondisi tertekan, tidak sedikit yang langsung memvonis diri sendiri dengan kalimat menyerah sebelum mencoba.

Cara berpikir seperti ini justru menjadi penghambat terbesar dalam perkembangan karier. Padahal, otak manusia sejatinya tetap bisa berkembang hingga usia lanjut.

Seseorang bisa berpindah karier pada usia 50 tahun, belajar alat musik umur 80 tahun, dan tetap mampu menguasai keterampilan baru asalkan terus berlatih.  Daripada menanamkan kalimat “aku tidak bisa”, para pekerja sukses lebih memilih mengubah sudut pandang dengan mengatakan bahwa mereka hanya membutuhkan lebih banyak waktu dan latihan.

Mungkin tiga kalimat di atas terlihat sederhana, namun bagi para profesional yang ingin melesatkan kariernya, pilihan kata bukanlah hal sepele.

Ucapan mencerminkan pola pikir, sikap terhadap perubahan, serta kesiapan menghadapi tantangan. Jadi, Bunda perlu lebih bijaksana saat berkomunikasi terutama ketika sedang diskusi bersama atasan.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda