HaiBunda

MOM'S LIFE

10 Tanda Seseorang Terlihat Baik tapi Sebenarnya Tidak di Balik Senyumannya

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Rabu, 17 Dec 2025 00:00 WIB
Ilustrasi tanda seseorang terlihat baik tapi sebenarnya tidak di balik senyumannya/ Foto: Getty Images/SIphotography
Jakarta -

Sifat baik dapat dilihat dari perilaku seseorang memperlakukan orang lain. Dari tampilan luar, sifat baik biasanya bisa dinilai dari gestur tubuh, seperti memberikan senyuman yang hangat ke orang lain.

Namun, sifat baik pada dasarnya tak hanya bisa dinilai dari tampilan luar saja, Bunda. Ada orang yang terlihat baik tapi sebenarnya tidak di balik senyumannya.

Mengutip Psychology Today, berbagi emosi secara jujur saat orang berkomunikasi satu sama lain dapat menjadi dasar dialog yang sehat. Namun, ada banyak alasan mengapa orang menyamarkan atau menyembunyikan emosi mereka yang sebenarnya, sehingga menghalangi jalur komunikasi.


Mengetahui tanda seseorang 'mengenakan topeng' kebaikan sangat penting untuk membangun hubungan emosional yang jujur. Apalagi bila Bunda mesti berurusan dengan orang tersebut dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Tanda seseorang terlihat baik tapi sebenarnya tidak

Dilansir dari laman Bolde, berikut 10 tanda seseorang terlihat baik tapi sebenarnya tidak:

1. Suka bergosip

Bunda perlu hati-hati dengan orang yang terus-menerus berbagi gosip tentang orang lain ya. Bergosip bisa jadi cara mereka untuk terlihat ramah dan terlibat dalam percakapan. Tetapi, sering kali hal itu justru menunjukkan niat jahat.

Ketika berbagi informasi pribadi atau yang merugikan, mereka tidak mempertimbangkan perasaan atau reputasi orang lain. Menurut psikolog di Knox College, Dr. Frank McAndrew, gosip dapat membantu orang membentuk aliansi, tetapi juga dapat mengungkapkan niat jahat yang tersembunyi.

Jika mereka membicarakan orang lain, kemungkinan besar mereka juga membicarakan Bunda ketika tidak ada di sekitar. Jadi, penting untuk menyadari bahwa bahaya dari gosip tidak hanya terletak pada apa yang dikatakan, tetapi juga pada hilangnya rasa kepercayaan dan rasa hormat.

2. Selektif dalam menunjukkan kebaikan

Orang yang sebenarnya jahat sering kali menunjukkan kebaikan selektif. Mereka dapat bersikap manis kepada sebagian orang, sementara mengabaikan orang lain. Perilaku tersebut bisa membingungkan, karena Bunda mungkin menyaksikan sisi hangat orang tersebut, namun di satu sisi mempertanyakan sifatnya yang lain.

Seseorang yang terlihat baik, namun sebenarnya tidak, biasanya mahir dalam memutuskan siapa yang pantas menerima kebaikan mereka berdasarkan agenda pribadi atau apa keuntungan yang dapat mereka peroleh. Kebaikan yang selektif ini seperti menjadi alat manipulasi, yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dinamika kekuasaan dalam hubungan. Melalui cara tersebut, mereka dapat membangun aliansi untuk kepentingan pribadi.

Jadi, sangat penting bagi Bunda untuk mengamati bagaimana seseorang memperlakukan orang-orang yang tidak dapat menawarkan apa pun sebagai imbalan. Hal itu bisa menunjukkan banyak hal tentang karakter mereka.

3. Suka 'playing victim'

Mereka yang terlihat baik tapi sebenarnya tidak juga punya kecenderungan suka 'playing victim' atau menganggap dirinya korban dalam setiap situasi buruk. Mereka terampil memutarbalikkan cerita dan peristiwa untuk mendapatkan simpati atau ingin dikagumi oleh orang lain.

Berperan sebagai korban bisa menjadi taktik manipulatif yang narsistik, karena memungkinkan mereka untuk mengalihkan perhatian dari kesalahan mereka sendiri. Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology, mengungkap bahwa berperan sebagai korban (play victim) secara konsisten dapat menjadi tanda kecenderungan narsistik.

Jika Bunda terus-menerus merasa kasihan pada orang yang suka 'playing victim', maka sebaiknya mundur sejenak. Kenali polanya supaya Bunda akan lebih siap untuk menjaga batasan.

4. Suka memberikan pujian dengan maksud terselubung

Pujian terselubung adalah cara untuk membungkus sifat jahat dalam kebaikan. Komentar pujian tampak menyanjung di permukaan, tetapi sering kali mengandung sindiran atau kritik yang licik.

Seorang profesor psikologi di Universitas Massachusetts, Dr. Susan Krauss Whitbourne, berpendapat bahwa pujian terselubung dapat menjadi bentuk agresi pasif. Ketika kita mendengar komentar-komentar tersebut, penting untuk mengenali negativitas yang mendasarinya.

Pujian terselubung biasanya juga mengungkapkan kecenderungan untuk merendahkan orang lain. Ini merupakan cara halus untuk menegaskan dominasi sambil mempertahankan fasad kesopanan. Pujian yang tulus pada hakikatnya bersifat jujur dan tanpa sindiran tersembunyi, sedangkan komentar terselubung berfungsi untuk merusak.

Ilustrasi Persahabatan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Arisara_Tongdonnoi

5. Suka menyela pembicaraan

Sering menyela pembicaraan atau menginterupsi percakapan adalah tanda lain bahwa seseorang mungkin tidak sebaik yang terlihat, Bunda. Komunikasi yang benar adalah mau mendengarkan orang lain berbicara atau memberi orang lain ruang untuk mengekspresikan diri sepenuhnya. Tetapi, mereka yang sebenarnya tidak baik lebih sering mendominasi percakapan.

Interupsi dapat mengindikasikan keinginan yang lebih dalam untuk mengendalikan narasi dan mengarahkan percakapan sesuai keinginan. Alih-alih menghargai apa yang orang lain katakan, mereka lebih suka memprioritaskan suara mereka sendiri. Seiring waktu, perilaku tersebut dapat mengikis fondasi rasa saling menghormati yang diperlukan untuk hubungan yang tulus.

6. Jarang meminta maaf

Orang yang benar-benar baik tidak memiliki masalah untuk mengakui kesalahan dan menyampaikan permintaan maaf yang tulus. Namun, seseorang yang memiliki niat jahat sering kali kesulitan untuk melakukan hal tersebut, Bunda. Mereka mungkin mengalihkan kesalahan atau membuat alasan alih-alih bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.

Nah, keengganan untuk meminta maaf itu dapat mengindikasikan keengganan yang lebih dalam untuk mengakui kekurangan. Jika Bunda melihat seseorang secara konsisten menghindari permintaan maaf, maka itu mungkin merupakan tanda ketidakjujuran.

Menolak untuk meminta maaf juga sering kali merupakan cara untuk mempertahankan kendali dan menghindari diri untuk menunjukkan kerentanan. Mereka mungkin takut kalau mengakui kesalahan bisa mengurangi kedudukan mereka atau memberi orang lain keuntungan.

7. Suka cepat menghakimi

Orang yang memiliki niat tidak baik juga sering terburu-buru menghakimi tanpa berusaha memahami perspektif orang lain. Perilaku ini dapat muncul sebagai kritik keras atau asumsi yang tidak beralasan tentang motif orang lain.

Tindakan menghakimi yang cepat dapat menciptakan penghalang dalam hubungan, mencegah koneksi, dan pemahaman yang tulus. Penting untuk mengenali kapan seseorang lebih tertarik untuk memberi label daripada mendengarkan. Ingat ya, kebaikan sejati membuat seseorang harusnya bisa menahan diri untuk tidak menghakimi dan mendekati situasi dengan empati.

8. Sering memendam dendam

Memendam dendam adalah indikator kuat bahwa seseorang mungkin tidak sebaik yang terlihat. Meskipun semua orang merasa kesal, orang yang baik hati biasanya bersedia memaafkan dan melanjutkan hidupnya. Sebaliknya, seseorang yang memendam dendam sering kali menyimpan kebencian, yang dapat bermanifestasi dalam perilaku pasif-agresif.

Memendam dendam dapat mengungkap ketidakmampuan untuk memproses emosi secara konstruktif dan melupakan konflik. Sikap tersebut juga bisa menunjukkan keengganan yang lebih dalam untuk menyelesaikan masalah.

9. Suka membuat 'drama' dalam hidup

Orang yang tidak benar-benar baik sering kali memicu drama dan kekacauan dalam hidup mereka dan orang-orang di sekitar mereka. Mereka mungkin tampak menawan dan menarik, tetapi selalu ada ketegangan yang terpendam.

Drama dapat menjadi alat manipulasi, yang memungkinkan mereka untuk mengontrol bagaimana orang lain memandang hidup dan situasi yang ada. Mereka mungkin memicu konflik atau mengadu domba orang lain untuk mempertahankan peran sentral.

10. Suka mengubah topik pembicaraan

Jika seseorang sering mengubah topik pembicaraan ketika percakapan mulai memasuki wilayah yang tidak nyaman, maka itu mungkin menandakan ia bukan orang yang tulus. Taktik untuk mengalihkan pembicaraan biasanya dilakukan untuk menghindari topik yang dapat mengungkap sifat asli mereka.

Mengubah topik pembicaraan sering kali merupakan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk menghindari kebenaran yang tidak nyaman. Padahal, dalam percakapan, perubahan topik dapat membuat orang lain merasa diabaikan atau diremehkan.

Kebaikan sejati melibatkan percakapan dengan topik-topik sulit, bukan menghindarinya. Mampu mengatasi percakapan yang sulit juga merupakan ciri khas orang yang benar-benar baik.

Demikian 10 tanda seseorang terlihat baik tapi sebenarnya tidak di balik senyumannya. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

Tidak Perlu Menguras Energi, Ini 5 Cara Orang Cerdas Hadapi Teman Toxic Bun

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

10 Tanda Seseorang Terlihat Baik tapi Sebenarnya Tidak di Balik Senyumannya

Mom's Life Annisa Karnesyia

7 Cara Memperbaiki Perilaku Anak yang Tidak Sopan dan Kasar Menurut Pakar

Parenting Nadhifa Fitrina

15 SD Negeri Terbaik dengan Peserta Didik Berprestasi Terbanyak

Parenting Indah Ramadhani

Cara Diet yang Dipakai Ahli Gizi Agar Tetap Bugar di Usia 89

Mom's Life Arina Yulistara

Momen Ultah Pertama Nael Idris Anak Nikita Willy, Tiup Lilin Sederhana di Rumah

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

10 Tanda Seseorang Terlihat Baik tapi Sebenarnya Tidak di Balik Senyumannya

7 Cara Memperbaiki Perilaku Anak yang Tidak Sopan dan Kasar Menurut Pakar

Cara Diet yang Dipakai Ahli Gizi Agar Tetap Bugar di Usia 89

15 SD Negeri Terbaik dengan Peserta Didik Berprestasi Terbanyak

Momen Ultah Pertama Nael Idris Anak Nikita Willy, Tiup Lilin Sederhana di Rumah

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK