MOM'S LIFE
Diet Barat atau Tradisional, Mana yang Lebih Baik untuk Tubuh?
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Kamis, 25 Dec 2025 06:00 WIBDi tengah gaya hidup modern yang serba cepat, diet Barat atau Western diet sering menjadi pilihan banyak orang karena praktis dan mudah dijumpai. Diet ini bahkan sering dimodifikasi dan dibandingkan dengan diet tradisional, Bunda.
Lantas, mana yang lebih baik untuk tubuh? Apakah diet Barat atau diet Tradisional?
Apa itu diet Barat?
dilansir laman Medical News Today, diet Barat adalah pola makan yang mencakup asupan lemak jenuh dan tinggi karbohidrat olahan, serta rendah asupan makanan nabati. Diet ini dikenal juga dengan istilah standard American Diet (SAD), atau pola makan yang banyak diterapkan di Amerika Serikat.
"Pola makan SAD bukanlah pola makan seimbang. Diet Barat menyediakan kadar mikronutrien yang tidak memadai, yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan seng dan vitamin A, C, D, dan E. Penelitian juga mengaitkannya dengan kondisi kesehatan seperti obesitas, penyakit jantung, dan stroke," kata pakar kesehatan Kathy W. Warwick, RDN, CDCES.
Diet Barat vs Tradisional
Studi terbaru yang diterbitkan di Nature Medicine mengungkap bahaya diet Barat bila dibandingkan diet Tradisional, yang mengacu pada pola makan bersumber dari ekosistem lokal termasuk tanaman dan hewan lokal. Studi yang dilakukan oleh peneliti dari Radboud University Medical Center dan KCMC University di Tanzania ini menemukan, pola makan Barat dapat menyebabkan peradangan, sedangkan makanan Tradisional dapat melindungi tubuh dari peradangan.
Studi meneliti 70 pria sehat dari Tanzania, baik penduduk perkotaan maupun pedesaan. Beberapa peserta yang secara tradisional mengonsumsi makanan Afrika beralih ke makanan Barat selama dua minggu. Sementara yang lain yang mengonsumsi makanan Barat yang mengadopsi makanan tradisional Afrika.
Kelompok ketiga mengonsumsi minuman pisang fermentasi setiap hari. Lalu, sepuluh peserta kelompok kontrol mempertahankan diet mereka seperti biasa.
Para peneliti kemudian menganalisis secara komprehensif fungsi sistem kekebalan tubuh, penanda peradangan darah, dan proses metabolisme setelah intervensi dua minggu. Analisis dilakukan lagi empat minggu kemudian.
Hasilnya, peserta yang beralih ke diet Barat menunjukkan peningkatan protein inflamasi dalam darah mereka, bersamaan dengan aktivasi proses biologis yang terkait dengan penyakit gaya hidup. Sel imun mereka juga merespons patogen dengan kurang efektif.
Sementara itu, mereka yang beralih ke diet tradisional Afrika atau mengonsumsi minuman fermentasi menunjukkan penurunan penanda inflamasi. Beberapa efek ini bertahan bahkan empat minggu kemudian, yang menunjukkan bahwa perubahan diet jangka pendek dapat memiliki efek jangka panjang.
"Penelitian sebelumnya telah berfokus pada diet tradisional, seperti diet Jepang atau Mediterania," kata dokter internis dari Radboudumc, Quirijn de Mast.
"Namun, ada banyak hal yang dapat dipelajari dari diet tradisional Afrika, terutama sekarang, karena gaya hidup di banyak wilayah Afrika berubah dengan cepat dan penyakit yang berkaitan dengan gaya hidup meningkat. Keragaman diet tradisional Afrika yang kaya menawarkan peluang unik untuk mendapatkan wawasan berharga tentang bagaimana makanan memengaruhi kesehatan," sambungnya, dikutip dari laman Radboudumc.
|
|
Diet Tradisional lebih sehat
De Mast menganggap efek diet Tradisional ini luar biasa pada tubuh, bahkan hanya setelah dua minggu. Menurutnya, diet ini cocok untuk mencegah peradangan hingga melancarkan metabolisme tubuh.
"Diet Afrika mencakup banyak sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan makanan fermentasi. Studi kami menyoroti manfaat produk makanan tradisional ini untuk peradangan dan proses metabolisme dalam tubuh," ungkap de Mast.
"Pada saat yang sama, kami menunjukkan betapa berbahayanya diet Barat yang tidak sehat. Diet tersebut biasanya terdiri dari makanan olahan dan berkalori tinggi, seperti kentang goreng dan roti putih, dengan garam berlebihan, gula rafinasi, dan lemak jenuh. Peradangan adalah akar dari banyak kondisi kronis, yang membuat studi ini sangat relevan juga untuk negara-negara Barat juga."
Dalam penelitian ini, dua menu diuji. Menu pada diet Barat yang tidak sehat terdiri dari banyak konsumsi daging (setiap hari), pizza, nasi putih, pasta, kentang goreng, telur, roti putih, panekuk, dan sedikit sayuran dan buah-buahan.
Sedangkan, diet Tradisional Afrika dari wilayah Kilimanjaro terdiri dari banyak sayuran dan buah-buahan, kacang-kacangan, beras merah, daging terbatas (dua kali seminggu), dan produk fermentasi. Bahan utama minuman fermentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang dan millet.
Demikian beda diet Barat dan Tradisional dan efek sampingnya bagi kesehatan. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)