MOM'S LIFE
Istilah Dunia Kerja ala Gen Z dan Milenial: Career Minimalism hingga Polyworking
Arina Yulistara | HaiBunda
Senin, 29 Dec 2025 23:00 WIBBeberapa tahun belakangan ini, muncul istilah baru di dunia kerja untuk kalangan Gen Z dan milenial. Apakah itu? Simak informasi selengkapnya berikut ini, Bunda.
Generasi Z dan milenial kini tengah mengubah cara dunia memaknai kesuksesan karier. Jika dahulu jabatan, gelar, dan loyalitas pada satu perusahaan menjadi tolok ukur utama, generasi muda justru memandang pekerjaan sebagai alat, bukan identitas diri.
Perubahan cara berpikir ini mulai terasa nyata pada 2025 dan memengaruhi cara perusahaan merekrut, mempertahankan, hingga mengelola karyawan. Bagi Gen Z, kesuksesan tidak lagi identik dengan naik tangga karier secara lurus.
Gen Z lebih fokus pada stabilitas finansial, kesehatan mental, serta ruang untuk berkembang di luar pekerjaan utama. Energi dan ambisi yang sebelumnya tercurah penuh pada karier korporat kini dialihkan ke industri kreatif, side job, hingga belajar keterampilan baru yang memberi makna personal.
Sejumlah istilah baru pun muncul untuk menggambarkan pola kerja generasi ini. Gen Z dan milenial tidak menolak kerja keras, tapi mendefinisikan ulang apa arti bekerja dan berhasil dalam hidup modern.
Istilah dunia kerja ala Gen Z dan Milenial
Berikut deretan istilah di dunia kerja yang muncul karena pengaruh gaya hidup Gen Z dan milenial.
1. Career minimalism
Career minimalism adalah pendekatan berkarier yang menolak obsesi terhadap jabatan formal dan struktur hierarki tradisional. Dibandingkan mengejar posisi manager demi status, Gen Z memilih peran yang sejalan dengan nilai pribadi dan memberi manfaat nyata, baik secara finansial maupun emosional.
Laporan Glassdoor menunjukkan sekitar 68 persen Gen Z tidak tertarik mengambil posisi manajer jika promosi tersebut hanya memberi titel tanpa kenaikan gaji atau keuntungan signifikan lainnya. Filosofi ini serupa dengan konsep minimalisme dalam gaya hidup, yakni memilah hal yang benar-benar bernilai dan melepaskan sesuatu yang hanya membebani.
Mengutip India Express, jika generasi sebelumnya menjadikan status sosial sebagai penentu arah hidup, Gen Z justru menempatkan kualitas hidup dan kestabilan finansial sebagai prioritas utama. Jabatan tinggi tanpa keseimbangan hidup tidak lagi dianggap sebagai pencapaian.
Work-life balance lebih penting dibanding jabatan
Budaya kerja lembur dan kepemimpinan yang kaku menjadi hal yang paling dihindari oleh generasi muda. Bagi Gen Z, tekanan kerja yang berlebihan justru menurunkan produktivitas dan kreativitas.
Mereka lebih menghargai fleksibilitas waktu, ruang untuk berekspresi, serta perhatian terhadap kesehatan mental. Inilah alasan mengapa banyak Gen Z menolak promosi yang tidak disertai kompensasi setimpal.
Data Glassdoor menegaskan bahwa mayoritas dari mereka tidak melihat posisi manajer sebagai tujuan akhir, tapi opsi yang harus memberikan keuntungan jelas. Bagi Gen Z, bekerja bukan tentang mengorbankan hidup pribadi demi perusahaan, melainkan juga menciptakan harmoni antara pekerjaan dan kehidupan di luar kantor.
Side job menjadi pilihan Gen Z
Fenomena lain yang menguat adalah maraknya pekerjaan sampingan. Riset Harris Poll mencatat sekitar 57 persen Gen Z memiliki side job di luar pekerjaan utama. Bentuknya beragam, mulai dari bisnis daring, konten kreatif, hingga proyek lepas berbasis keahlian digital.
Menariknya, side job tidak selalu bertujuan finansial semata. Banyak Gen Z menjadikannya sebagai wadah menyalurkan minat dan passion yang tidak mereka temukan di pekerjaan utama.
Dari sinilah lahir identitas profesional yang lebih cair dan fleksibel. Namun tidak sedikit pihak yang menilai career minimalism hanya bisa diterapkan oleh mereka yang memiliki privilege, seperti tabungan, dukungan keluarga, atau akses ke pekerjaan fleksibel.
Meski demikian, tren ini tetap menunjukkan perubahan besar dalam cara generasi muda memandang makna bekerja.
2. Polyworking
Di sisi lain, milenial menghadapi realitas ekonomi yang berbeda. Studi Academized menunjukkan lebih dari separuh milenial bekerja lebih dari satu pekerjaan untuk menambah penghasilan. Bahkan sekitar 24 persen memiliki tiga pekerjaan dan 33 persen lainnya menjalani empat sumber pendapatan atau lebih.
Fenomena ini dikenal sebagai polyworking. Kenaikan upah yang stagnan dan inflasi yang terus menekan membuat satu pekerjaan penuh waktu tidak lagi cukup.
Dengan inflasi, tambahan penghasilan menjadi kebutuhan, bukan pilihan. Selain alasan ekonomi, polyworking juga dimanfaatkan untuk menambah tabungan, mengembangkan minat pribadi, serta membangun keterampilan baru.
Di tengah realitas ekonomi saat ini, banyak pekerja merasa tidak memiliki pilihan lain. Polyworking akhirnya menjadi wajah baru dunia kerja modern yang berat, menuntut, tapi bagi sebagian orang, tak terhindarkan.
3. Career Lily Pad
Jika career minimalism menekankan penyederhanaan, career lily pad menggambarkan strategi bergerak lincah. Dibandingkan naik tangga karier secara vertikal, Gen Z memilih berpindah peran, industri, bahkan bidang kerja untuk mengumpulkan keterampilan dan pengalaman.
Pendekatan ini sering disalahartikan sebagai ketidaksetiaan atau kurangnya ambisi. Padahal data Glassdoor menunjukkan 70 persen Gen Z mengaku kecemasan terhadap AI dan otomatisasi membuat mereka mempertanyakan keamanan pekerjaannya.
Berpindah pekerjaan dianggap sebagai strategi adaptif, bukan bentuk tidak komitmen. Setiap posisi dilihat sebagai 'lompatan' untuk memperkaya kompetensi, bukan sekadar tempat menetap.
Meski kerap dicap enggan memimpin, Gen Z sebenarnya mulai memasuki posisi manajer dengan proporsi yang sama seperti generasi sebelumnya. Perbedaannya terletak pada cara mereka memimpin.
Gen Z cenderung menolak hierarki kaku dan mikromanajemen. Mereka lebih mengedepankan fleksibilitas, kolaborasi, serta keseimbangan hidup. Tak heran, banyak pekerja berharap jam kerja fleksibel menjadi standar ketika dipimpin oleh manager dari generasi ini.
Bagi Gen Z, work-life balance bukan fasilitas tambahan, melainkan hak dasar dalam bekerja.
Demikian istilah dunia kerja ala Gen Z dan milenial yang perlu Bunda ketahui. Semoga bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)