Jakarta -
Di balik sosoknya yang masih kecil, beberapa anak berusaha membuat perubahan berarti bagi hidup orang lain. Dari mereka, kita sebagai orang dewasa, bisa belajar banyak.
Iya, kita bisa belajar untuk lebih
peduli pada orang lain yang kurang beruntung. Dari anak-anak tersebut, kita juga bisa belajar menanamkan kepedulian pada orang lain. Karena membuat perubahan yang lebih baik untuk orang lain tidak perlu menunggu sampai dewasa, sampai kaya atau sampai memiliki pendidikan level tertentu.
Berikut cerita-cerita inspiratif yang HaiBunda kutip dari berbagai sumber tentang anak-anak yang sudah membuat perubahan besar bagi kehidupan orang lain. Semoga ini bisa membantu kita untuk memberi contoh yang baik ke si kecil ya Bun.
Baca juga:
Haruskah si Kecil Berbagi dengan Anak Lain yang Tak Ia Kenal?1. Ella Tryon - Pertolongan PelangiKetika Ella Tryon yang berusia 7 tahun dirawat di rumah sakit 2016 lalu, ia mengalihkan kebosanannya dengan mewarnai. Sejak saat itu ia mengumpulkan krayon untuk memastikan pasien muda di seluruh negeri bisa berbagi kegembiraan.
"Saya suka ketika kalian bisa menemukan sesuatu dalam imajinasi kalian dan menggambarkannya di selembar kertas" kata Ella.
Dengan bantuan ibunya, Ella memutuskan untuk membuat rumah sakit itu penuh warna seperti namanya. Dengan proyeknya yang dinamakan 'Color Me A Rainbow', dia mulai meminta sumbangan dari mulut ke mulut dan media sosial. Pada bulan Oktober, dia menyerahkan 13.132 kotak krayon dan 254 buku mewarnai yang disumbangkan dari seluruh negeri.
Ella juga memiliki impian besar. Dia ingin menyumbangkan 1.000 kotak krayon ke rumah sakit setiap anak di Amerika dan merencanakan pengiriman 5.000 kotak khusus ke Rumah Sakit Penelitian St. Jude Children di Memphis, Tennessee.
Nah, setelah dia sampai di rumah sakit setiap anak di negara ini, dia berencana untuk memulai lagi dan menyumbang lagi karena akan selalu ada pasien baru yang membutuhkan. "Saya ingin membantu sebanyak mungkin orang sesering mungkin," kata Ella.
"Dan aku tidak akan berhenti!" imbuhnya.
2. Hannah Taylor – The Ladybug FoundationKetika usianya 5 tahun, Hannah Taylor melihat seorang pria tunawisma makan dari tempat sampah pada hari musim dingin. Untuk tahun berikutnya dia terus bertanya kepada orang tuanya, "Kenapa? Mengapa tidak semua orang bisa berbagi apa yang mereka inginkan untuk mengakhiri tunawisma?".
Pada usia 8, Hannah mendirikan The Ladybug Foundation yang telah mengumpulkan lebih dari 3 juta dollar untuk memperbaiki kehidupan tunawisma di Kanada. Hannah juga merupakan pendiri yayasan amal kedua yang terpisah, The Ladybug Foundation Education Program Inc., di mana dia menciptakan 'makeChange: The Ladybug Foundation Education Program', sumber daya K-12 untuk digunakan di sekolah-sekolah di Kanada untuk memberdayakan kaum muda untuk terlibat dan 'makeChange' di dunia mereka.
Baca juga:
Anak Mau Berbagi Sama Teman Tapi Pelit Sama Adiknya, Kenapa?
 Ilustrasi anak membuat perubahan/ Foto: Rengga Sencaya |
3. Jonas Corona - Cinta dalam CerminKetika Jonas Corona berumur 6 tahun, dia dan ibunya akan melakukan kunjungan bulanan ke tempat penampungan tunawisma setempat untuk menjadi sukarelawan. Pengalaman melihat orang dewasa dan anak-anak yang kekurangan menginspirasi Jonas untuk memulai organisasinya sendiri.
Jonas mengatakan, "Setiap anak harus melihat ke cermin dan mencintai diri mereka sendiri,". Sejak itu muncul nama 'Love in the Mirror'.
Misi Love in the Mirror adalah menginspirasi orang muda untuk membuat perbedaan melalui komitmen sukarela mereka untuk memberikan kaum muda yang kurang beruntung dan keluarga mereka dengan kebutuhan dasar.
4. Austin Gutwein - Hoops of HopePada musim semi tahun 2004, Austin Gutwein menonton video anak-anak yang telah kehilangan orang tua mereka terhadap AIDS. Kemudian Austin pun pindah untuk melakukan sesuatu demi membantu anak-anak ini. Ia memutuskan untuk menembak lemparan bebas bola basket sebagai cara untuk mengumpulkan uang pada Hari AIDS Sedunia.
Dia menembak 2.057 lemparan bebas untuk mewakili 2.057 anak yang akan menjadi yatim piatu hari itu. Melalui sponsor dia bisa mengumpulkan hampir $ 3.000. Sejak tahun itu, Austin menyelenggarakan sebuah pemotretan bernama Hoops of Hope, di mana ribuan orang berpartisipasi.
Kegiatan tersebut berhasil mengumpulkan lebih dari $2,5 juta untuk anak yang kehilangan orang tuanya karena AIDS. Uang tersebut dialokasikam untuk kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, sekolah baru, asrama, laboratorium komputer, dua pusat kesehatan dan banyak lagi.
Baca juga:
Terlalu Bersih Itu Nggak Selalu Baik
Wah nggak nyangka ya Bun ada banyak anak-anak di luar sana yang sangat peduli terhadap hidup orang lain. Dari kisah ini, kita bisa memberi tahu anak-anak kita bahwa memberi atau menolong orang lain nggak harus dengan uang atau materi, tapi bisa lewat apa saja selama itu baik.
Bicara soal kemampuan anak
berbagi Bun, psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo M.Psi., Psikolog mengatakan memang kemampuan anak untuk bisa berbagi jadi salah satu hal yang ingin diajarkan orang tua ke anaknya. Tapi, berbagi yang seperti apa, kapan harus berbagi, dan bagaimana mengajarkan boundaries atau batasan pada anak juga penting lho Bun.
Kalau anak sudah berumur usia 6-7 tahun, ketika ingin berbagi kita bisa berdialog atau melakukan komunikasi dua arah nih Bun sama si kecil dengan menanyakan 'Ada nggak barang yang mau kamu bagi ke orang lain?'. Jangan lupa, jelaskan juga ya Bun manfaat yang bisa anak dapatkan dengan berbagi.
"Misalnya, kita katakan 'Kalau mainan kakak yang masih bagus tapi jarang dimainin dibagi ke orang lain, lemari mainannya jadi lebih kosong. Kalau gitu, lemarinya bisa untuk menyimpan mainan baru yang kakak suka'. Hal ini berlaku untuk buku, pakaian, dan barang-barang anak lainnya ya Bun," tambah Anas.
(Nurvita Indarini)