Jakarta -
Demi anak punya perbendaharaan kata-kata yang baik dan bersikap baik, kita kendalikan emosi kita sebaik-baiknya agar nggak 'meledak' di hadapannya. Karena kalau meledak, kita bisa berkata kasar dan akhirnya ditiru anak.
Tapi realita sering kali nggak seindah ekspektasi. Soalnya nih, kadang anak mendapatkan kata-kata itu dari teman atau lingkungannya. Belum lama ini seorang bunda bercerita pada saya, sewaktu dia dan keluarganya pergi ke suatu tempat, bertemu anak-anak balita yang berdebat dengan orang tuanya.
Ternyata anak bunda tersebut mengingat dengan baik peristiwa itu, dan suatu kali mengucapkan kata-kata kasar dan kalimat kasar yang sama persis dengan balita tak dikenal tersebut. Duh, kaget dong.
Kejadian tersebut membuat kita berpikir, kenapa anak-anak sekarang begitu berani? Apa karena orang tuanya tak pernah memberitahu anaknya, atau karena anak terlalu dimanja, dipenuhi semua keinginannya?
Jodie Lynn, ahli parenting, menjelaskan anak-anak 'zaman now' sepertinya lebih condong ke verbal. Ini bisa saja karena sudah lebih banyak paparan di usia dini. Sebagian besar sudah masuk preschool atau playgroup, dan di situlah anak-anak didorong untuk berpartisipasi dalam diskusi kelompok untuk berbagi pemikiran mereka.
Apalagi anak-anak yang sudah mengenal berbagai jenis perangkat digital, yang dalam banyak kasus memberikan kepuasan instan. Ini yang membuat anak-anak berpikir tak masalah mengungkapkan perasaan, meskipun caranya tidak sopan.
Tapi pada usia ini, menurut Jodie, kebanyakan anak-anak belum tahu kapan harus mengomentari sesuatu dan bagaimana melakukannya. Selain itu, banyak orang tua yang khawatir menyuruh anak mereka untuk diam di depan umum karena takut anaknya tantrum.
Juga, banyak orang tua yang mungkin masih muda dan ingin menghindari konfrontasi. Nah, bisa juga orang tua tersebut tidak memiliki keterampilan mengasuh anak untuk mengubah situasi dan menanganinya dengan cara yang tepat.
"Namun, ingatlah anak kecil seperti burung beo kecil dan cukup banyak mengulangi hal-hal yang mereka dengar atau baru saja didengar, baik di rumah, di TV, di film, dari orang lain," tulis Jodie seperti dilansir Stltoday.
Bahkan ketika orang tua berpikir anak-anak tidak memperhatikan, kenyataannya anak-anak sangat menyadari nada suara atau mood yang terjadi di sekitar mereka, bahkan jika kita hanya berbicara di telepon.
 Ilustrasi anak berkata kasar/ Foto: Thinkstock |
Kenapa Anak Berkata Kasar?James Lehman, yang mendedikasikan hidupnya untuk mengatasi masalah perilaku anak-anak mengatakan anak-anak sering berkata kasar untuk menyerang orang tua sehingga mereka bisa mengendalikan orang tuanya. Anak-anak tak peduli dengan konsekuensinya.
"Saya percaya anak-anak dan remaja melakukannya karena mereka tidak tahu bagaimana mengekspresikan emosi dengan tepat. Mereka belajar banyak dari melihat anak-anak dan orang lain di sekitar mereka," kata Lehman.
Lantas bagaimana apabila orang tua langsung bereaksi dengan kata kasar tersebut? "Jika anak mendapat reaksi, itu akan sering memperkuat tingkah lakunya, karena dia tahu dia sudah mengenal Anda," terang Lehman.
"Jika Anda mengancam anak Anda dengan mengatakan, 'Jangan lakukan itu terhadap saya atau Anda akan dihukum,' itu hanya akan membuatnya lebih sering melakukannya," imbuhnya.
Menurutnya, anak-anak umumnya berkata kasar dalam dua cara. Pertama, berkomentar sarkastik saat merasa berada di bawah tekanan. Kedua, sebagai cara untuk mengelola perasaan marah dengan aman.
"Cara yang sangat ampuh untuk menanggapi sarkasme adalah dengan hanya mengatakan, 'Jangan bicara kepada saya seperti itu, saya tidak menyukainya,' lalu berbalik dan pergi," katanya seperti dilansir empoweringparents
Dengan begitu, menurut Lehman, kita telah mengambil semua kekuatan dari ruangan.
(Nurvita Indarini)