Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengapa Ada Anak yang Suka Merebut Benda Milik Orang Lain?

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Rabu, 06 Dec 2017 10:02 WIB

Sudah punya mainan sendiri, tapi kenapa ya ada anak yang suka merebut mainan temannya ya?
Ilustrasi anak main/ Foto: Wisma Putra
Jakarta - Suatu kali saya bertemu dengan kerabat saya yang punya anak berumur sekitar empat tahun. Nah, anak kerabat saya itu suka banget merebut mainan anak lain.

Berkali-kali kerabat saya kasih tahu ke anaknya untuk nggak merebut, tapi berkali-kali juga si anak mengulangi apa yang dilarang itu. Balita ini sama sekali nggak membiarkan anak lain membawa mainan. Dia maunya semua mainan ada di tangannya. Jadi nih, kalau ada kesempatan, dia akan mengambil mainan itu diam-diam. Kalau nggak punya kesempatan dia akan merebutnya.

"Duh, maaf ya, nakal banget ini anaknya," ujar ibu dari balita tersebut. Sementara itu saya dan beberapa kerabat lain sibuk menenangkan dan mengalihkan perhatian anak-anak kami yang mainannya direbut.



Soal anak yang gemar merebut mainan temannya ini menjadi bahan obrolan saya bersama psikolog anak dan remaja, Ratih Zulhaqqi. Ratih bilang, dirinya juga pernah bertemu dengan anak kelas 1 SD yang juga kerap mengambil barang-barang temannya atau memakai barang temannya tanpa minta izin lebih dulu.

"Jadi anak ini sering ambil penghapus temannya tanpa bilang dulu. Nggak bermaksud mencuri lho. Kalau diingatkan, 'Kok kamu ambil penghapus teman kamu' nanti dia akan senyum-senyum sambil bilang, 'Oh iya' dan mengembalikan penghapus itu," tutur Ratih yang berpraktik di RaQQi Human Development and Learning Centre.

Anak-anak dengan konsep kepemilikan yang rendah, jelas Ratih, nggak paham kapan harus meminta izin. Mereka merasa bisa bebas memakai barang-barang orang lain, jadi merasa nggak perlu minta izin lagi.

Menurut Ratih, mengajarkan konsep kepemilikan ini penting banget. Iya, agar anak nggak merasa semua barang orang lain adalah miliknya juga.

Gimana ya ngajarin konsep kepemilikan ke anak? Kata Ratih, Bun, itu bisa dimulai dengan privasi. Misalnya nih, dengan memisah kegiatan tidur bareng anak dan orang tuanya. Jadi kalau anak mau tidur sama orang tuanya nggak bisa sembarangan langsung naik ke tempat tidur orang tuanya, tapi minta izin lebih dulu.

"Anak perlu tahu mana yang punya ayah, mana punya ibu. Karena nggak semua barang itu milik bersama," sambung Ratih.

Apakah anak yang konsep kepemilikannya rendah kelak tumbuh sebagai orang yang gampang merebut pasangan temannya? "Belum tentu juga. Karena seiring berjalannya usia, anak mengembangkan problem solving skill. Nggak bisa dipatok tiap orang, bahwa kalau kalau saat kecil suka merebut barang orang, maka akan jadi perebut pasangan orang lain saat dewasa," tutur Ratih.



Yang agak-agak mirip nih dengan perilaku anak dengan konsep kepemilikan rendah adalah perilaku moral judgement yang buruk. Anak dengan moral judgement yang buruk itu biasanya menganggap santai semua urusan, tanpa mempertimbangkan bagaimana penilaian dan perasaan orang lain atas apa yang dilakukan.

"Misalnya nih ada orang yang suka cicip-cicip makanan orang lain. Dia menganggap nggak perlu minta izin sama yang punya makanan karena menganggap untuk hal kaya gini nggak perlu izin dan menunggu approval. Ini terkait sama moral judgement yang buruk," papar Ratih.

Moral judgement anak dikatakan buruk apabila dia tidak merasa bersalah ketika melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Termasuk sesepele membuang sampah sembarangan, itu juga terkait moral judgement yang buruk lho, Bun.

"Baiknya memang kita membiasakan anak untuk minta izin, untuk menghargai milik orang lain. Bisa dilakukan sejak dini kok," ucap Ratih. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda