Jakarta -
Setiap anak itu unik ya, Bunda. Tentu tidak bisa menggunakan hanya satu gaya pengasuhan untuk semua anak, meski saudara kandung. Sebagai orang tua, sebaiknya belajar memahami psikologis anak, agar kita bisa mendidiknya menjadi orang dewasa yang sehat.
Dikatakan Sagari Gongala, BSc, ahli pengasuhan anak bersertifikat dari Yale University, mengutip pernyataan psikolog terkemuka Sigmund Freud, bayi pada awalnya didorong oleh naluri dan egois. Tetapi secara bertahap, anak beradaptasi dengan pendekatan yang lebih realistis yakni menyerap nilai-nilai dan
aturan orang tua.
"Ini berperan penting dalam pengembangan hati nurani anak," tulis Gongala, mengutip
Mom Junction.
Gongala menambahkan, orang tua tak perlu mendapat 'gelar' dalam pengasuhan anak sebagai bukti keberhasilan. Namun, yang harus orangtua lakukan adalah mencari tahu tentang hal-hal sederhana seperti apa yang disukai atau tidak disukai anak, apa yang membuatnya tertawa atau menangis, dan apa yang memotivasi atau menyebabkan anak menderita.
Sebenarnya, apa sih psikologi anak? Menurut penjelasan Gongala, psikologi anak itu merupakan bagian penting dari psikologi perkembangan, Bunda. Cabang khusus ini berfokus pada proses psikologis anak-anak sejak lahir hingga remaja. Ini mencatat perubahan psikologis yang terjadi sejak bayi.
"Orang tua memiliki cara sendiri untuk menafsirkan kemampuan dan keterampilan anak mereka, atau kekurangan mereka. Ketika Anda tidak memahami anak-anak Anda, Anda dapat salah menafsirkan atau salah menilai mereka. Kadang-kadang, salah tafsir ini kurang berbahaya, tetapi kebanyakan tidak," ujar Gongala.
 Keluarga/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Nattakorn Maneerat |
Untuk perkembangan psikologi anak ini, kata Gongala, kuncinya adalah peran dari orang tua. Apabila orang tua kurang kesadaran dalam perkembangan anak, seringnya bisa menyebabkan penilaian buruk terhadap anak-anak, yang pada akhirnya dianggap melakukan pengasuhan anak yang buruk.
Memang tugas orang tua ketika mempelajari emosi anak seringnya malah ikutan emosi. Ketika anak menyampaikan emosi negatif seperti marah, kesal, atau nggak suka dengan orang lain, terapis sekaligus pekerja sosial Peter Herbst, MSW, LCSW, menyarankan, baiknya orang tua tidak langsung menentang atau menolak emosi anak.
Selain penyangkalan, orang tua juga sering mencoba memperbaiki situasi tanpa memahami sepenuhnya. Namun, tahukah Bunda, kalau kita menyangkal perasaan anak bisa-bisa si kecil enggak terbiasa, atau merasa dilarang mengekspresikan sepenuhnya apa yang mereka pikirkan dan rasakan.
Herbst pun menganjurkan, usahakan orang tua memvalidasiÂ
emosi anak alias mengakui apa yang anak rasakan dan biarkan dia mengekspresikannya.
Bunda, simak juga cara Yannie Kim mendidik dua anak dengan campuran budaya Indonesia dan Korea Selatan. Di video
Intimate Interview berikut ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)