Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Di Sini Anak-anak Difabel Diajari untuk Selalu Mandiri

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Kamis, 07 Dec 2017 18:15 WIB

Nggak mudah lho untuk mengasuh anak difabel, dan yayasan ini mengajarkan hal yang lebih penting, yaitu kemandirian.
Di Sini Anak-anak Difabel Diajari untuk Selalu Mandiri (Foto: sayapibubintaro.org)
Jakarta - Di tahun 1955, penelantaran anak dan pembuangan bayi-bayi di Jakarta semakin banyak. Nggak cuma 'dibuang' di jalan, bayi-bayi juga banyak yang ditinggalkan di rumah sakit.

Miris dengan keadaan ini, akhirnya beberapa ibu, antara lain Ny Sutomo, Ny Soekardi, dan Ny Garland Soenaryo mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Sayap Ibu (YSI).

"Bu Sutomo door to door ke Pasar Baru, ketok pintu untuk minta kasur, minta ini itu. Karena saat itu jadi relawan itu susah," papar Renowati Hardjosubroto, Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu di sela-sela acara konferensi pers 'Ceria Akhir Tahun Toys Kingdom' di Mal Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Yayasan Sayap Ibu didirikan pada 30 September 1955 oleh Hj Sulistina Sutomo, istri dari Bung Tomo yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Sosial. Lembaga ini diserahkan ke bawah pengawasan BKKKS (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial) yang diketuai oleh Ibu Nasution.

Awalnya YSI bertujuan menolong anak-anak batita (bawah tiga tahun) yang telantar. Nah, anak-anak tersebut dirawat sambil dicarikan keluarga angkat. Seiring berjalannya waktu, pengasuhan anak difabel dan yang tidak akhirnya dipisah.

"Karena pasti ada kecemburuan," ucap Reno.

Misalnya nih karena anak difabel bisa makan dalam keadaan apapun, termasuk berbaring, maka nanti anak yang tidak difabel bisa aja bilang, 'Lho, dia aja bisa boleh kok makan sambil berbaring aku juga mau dong'. Hal ini bisa membuat perkembangan anak yang tidak difabel malah jadi terbelakang.

"Agak susah dan fokus untuk kesehatannya sendiri, sehingga anak difabel tidak pernah lepas dari treatment terapi dari mulai fisioterapi, hipnoterapi dan semua terapi. Kalau nggak ya bisa kaku semuanya," lanjut Reno.

Yayasan Sayap Ibu punya empat cabang yaitu di Barito yang sudah berdiri selama 62 tahun, Yogyakarta, Bintaro (Banten), dan di Jawa Timur atau Surabaya.

Yayasan Ibu di Bintaro ini mengkhususkan anak-anak penyandang disabilitas. Telantar ataupun anak difabel yang masih punya orang tua juga diasuh lho di yayasan ini.

"Anak itu berhak dilindungi oleh orang tua apapun keadaan ekonominya. Kita bantu dan fasilitasi seperti soal alat aksesibilitas mereka seperti kursi roda, alat dengar, maupun donatur," papar Reno.

Yayasan ini membuka 2 unit khusus supaya anak-anak ini bisa dengan mudah mendapat terapi atau treatmen di Ciputat. Mereka juga kerja sama dengan puskesmas, terapis, pendidik, dan ibu-ibu PAUD. Harapannya supaya anak-anak ini belajar dan mandiri untuk dirinya sendiri.


"Misi kami, anak difabel ini bisa menggali potensinya dan kami bantu itu. Biar mereka mandiri untuk dirinya sendiri nggak tergantung sama orang lain. Ini yang kami ingin pupuk dari kecil," sambung Reno.

Diceritakan Reno anak-anak ini juga bangga lho ketika mereka mampu mengerjakan segala sesuatu sendiri seperti makan, mandi, sisiran dan lainnya. Wah, nggak nyangka ya, Bun, mereka sangat kerja keras untuk bisa mandiri.

"Pesan dari Bu Nasution yang masih saya ingat sampai sekarang, sentuhlah anak, ajak ngobrol mereka, ngerti atau nggak urusan belakang yang penting kasih sayang kita nggak berhenti. Anak-anak ini akan mengerti kok bahwa sentuhan, perhatian dan panggilan nama itu udah berarti banyak untuk mereka," tambah Reno.

Saat ada anak yang ditemukan sendiri di suatu tempat, maka negara akan mencari orang tuanya. Jika benar-benar telantar, baru yayasan ini mau menerimanya. Nah, ketika anak ini kelak dewasa, maka akan diperlakukan sesuai usia kronologisnya, bukan seperti anak kecil lagi.

Anak Difabel Bisa Berprestasi

Meski difabel, tapi anak-anak ini tetap punya peluang untuk berprestasi dan sukses. Buktinya anak tuna daksa yang dulu diasuh di YSI, sekarang sudah bekerja di salah satu bank swasta.

Ada pula yang sudah menikah dan sudah punya anak. Malah pasangan ini masih suka ke yayasan untuk membantu. Ada pula yang bisa menjual pulsa atau jago komputer. Nggak kalah deh kemampuannya dengan yang lain.

Reno berharap untuk semua anak penyandang disabilitas ada intervensi dini. Ini penting, Bun, agar ketika sudah terdeteksi dini, maka orang tua mengerti treatment apa sih yang harus diberikan pada anaknya.

"Di manapun itu, disabilitas merupakan anugerah tinggal gimana kita merawat anak tersebut dan memandirikan mereka jadi mereka nggak tergantung," papar Reno.

Karena kalau kita terlambat mengasuh dan membuat mereka mandiri, maka yang terbesit di pikiran orang-orang adalah kasihan. Padahal anak-anak ini menurut Reno tidak butuh dikasihani, mereka hanya minta dibantu untuk digali potensi apa sih yang mereka punya.

"Jadi seperti yang tadi saya bilang, early intervention penting banget. Kasih sayang tuh banyak dan dengan cara apapun termasuk memaksa mereka dengan makan sendiri juga kasih sayang karena kalau nggak gitu ya dia bahkan nanti nggak tahu cara makan," papar Reno.

Nah, jika Bunda ingin memberikan donasi atau sekadar menjadi relawan, bisa banget buka situs ini ya, Bun sayapibubintaro.org
(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda