Jakarta -
Penyakit jantung bisa juga dialami si kecil, bahkan diketahui sesaat setelah
anak lahir. Ini disebut
penyakit jantung bawaan (PJB), Bun,
Menurut Prof Dr dr Mulyadi M Djer SpA(K) yang ditemui pada acara 'The Day I Became a Heart Parent' di Warunk Upnormal, Tebet, Jakarta Selatan pada Minggu (11/2/2018), PJB ini merupakan kelainan kongenital atau cacat bawaan yang terbanyak. Iya, karena kondisi ini dialami 8 hingga 10 bayi di tiap 1.000 kelahiran hidup.
"Indonesia memasuki 50 ribu kasus per tahun untuk kasus
penyakit jantung bawaan. 30 persen menunjukkan gejala klinis pada minggu pertama lahir dan 30 persen PJB justru tidak terdeteksi saat lahir," papar staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM Jakarta ini.
Pria yang akrab disapa Prof Mul ini menjelaskan neonatus adalah bayi baru lahir sampai usia 28 hari. Nah, penanganan untuk neonatus tentu beda dengan anak yang lebih besar dalam penanganan penyakitnya. Perlu penerapan yang holisitik sehingga kita bisa mengenal tanda atau gejala penyakit jantung bawaan pada anak.
"Proses diagnosisnya juga nggak sebentar, harus dari mulai anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang seperti analisis gas darah, EKG (elektrokardiogram), foto rontgen dada, ekokardiografi, kateterisasi dan lainnya seperti CT-Scan, MRI," ungkap profesor lulusan Universitas Indonesia ini.
Hal yang perlu Bunda ketahui adalah pemeriksaan normal tidak selalu membuat bayi terhindar dari penyakit jantung bawaan lho. Bayi dengan jantung bising saat lahir atau setelah berusia 6 minggu harus dirujuk untuk dievaluasi jantungnya.
Kontribusi PJB pada Infant Mortality Rate (IMR) adalah 7 persen. Pada bayi prematur, kasus penyakit jantung bawaannya sebanyak 16 persen
"Bayi dengan bising jantung sebaiknya dipastikan dengan ekokardiografi, begitu juga down sindrome prevalensi dengan penyakit jantung bawaannya juga tinggi," tutur dokter yang bekerja di RS Ciptomangunkusumo ini.
Klasifikasi penyakit jantung bawaan yaitu:
1. SianosisIni merupakan jenis penyakit jantung bawaan yang menyebabkan warna kebiruan (sianosis) pada kulit dan selaput lender, terutama di daerah lidah, bibir, serta ujung-ujung anggota gerak. Menjadi biru karena kurangnya kadar oksigen di dalam darah. Demikian dikutip dari penjelasan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
2. Non-sianotikIni merupakan penyakit jantung bawaan yang tidak menimbulkan warna kebiruan pada anak. Umumnya kondisi ini menimbulkan gejala gagal jantung yang ditandai dengan sesak yang makin berat saat menyusu langsung pada ibunya ataupun saat beraktivitas.
Selain itu, pada kasus non-sianotik biasanya wajahnya bengkak, demikian juga dengan anggota gerak, perut, dan ada gangguan pertumbuhan yang menyebabkan kekurangan gizi.
Prof Mul pun menyarankan pentingnya deteksi dini dari mulai diagnosis prenatal (fetal echo) hingga post natal seperti anamnesis, PF, EKG, dan foto rontgen.
"Tata laksana dan edukasi pada diagnosis pasti, PJB tertentu juga sama dengan umur optimal untuk koreksi seperti HLHS untuk minggu pertama lahir, Transposition Of The Great Arteries (TGA) untuk usia 2 minggu, CAVSD yaitu usia 3 hingga 6 bulan," ungkap Prof Mul.
Ya, Bun, pemantauan pada anak penting banget dilakukan karena sering kali penyakit jantung bawaan tidak memberikan gejala yang khas saat bayi baru lahir. Ini karena sirkulasi darah dan sistem pernapasan masih mengalami transisi. Yang pasti kalau berat badan
anak sulit naik atau infeksi saluran napas berulang, juga sering sesak saat aktivitas, ada baiknya dicek ke dokter.
(aml)