Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak Menolak Melakukan Suatu Hal, Dibiarkan atau Dilarang?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 22 Feb 2018 17:03 WIB

Bun, aku nyerah ah melakukan ini. Hmm gimana menyikapi anak yang bilang begini ya, Bun?
Anak Menolak Melakukan Suatu Hal, Dibiarkan atau Dilarang?/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Sama seperti orang dewasa, anak-anak bisa menyerah ketika mereka mencoba melakukan sesuatu, termasuk sesuatu yang baru. Dalam kondisi seperti itu, Bunda dan Ayah akan bersikap gimana? Membiarkan anak menyerah atau memaksanya untuk berusaha melakukan hal itu sampai tuntas.

Kalau saya pribadi pasti menjawab nggak membiarkan anak menyerah. Bunda juga punya jawaban sama? Tapi tahu nggak sih, Bun. Kadang kala sebagai orang tua kita juga perlu mendengarkan keinginan anak. Diibaratkan, membiarkan anak menyerah nggak menutup kemungkinan justru membuat mereka lebih 'maju'.

"Masa kecil seharusnya jadi waktu buat anak-anak mencoba banyak hal untuk melihat apa yang mereka sukai," kata Jessica Lahey, penulis 'The Gift of Failure: How the Best Parents Learn to Let Go So Their Children Can Succeed' seperti dilansir The Globe and Mail.

Contohnya nih, Bun. Snowboarder Mark McMorris. Kedua orang tuanya sempat khawatir ketika Mark yang berusia belasan tahun menyatakan ingin berhenti sekolah. Namun meski berat, orang tua Mark membiarkan putranya keluar dari sekolah dan fokus di bidang snowboarding. Keputusan tersebut akhirnya terbayar Bun, ketika Mark memenangkan medali perunggu dalam acara slopestyle papan seluncur pria di Olimpiade di Pyeongchang.



Apa yang terjadi pada Mark hanya salah satu contoh. Para ahli mengatakan dalam membangun ketahanan anak, membiarkan mereka berhenti melakukan sesuatu yang nggak ingin dilakukan bisa berdampak sangat baik. Walau sah-sah aja sih buat orang tua berharap anaknya akan terus berusaha dalam melakukan sesuatu. Soalnya, ketika kita memaksa anak melakukan hal yang tidak disukai terkadang malah bisa merugikan. Anak bisa merasa harga dirinya rendah dan nggak tertarik melakukan hal baru.

"Membangun ketahanan adalah menciptakan kesempatan bagi anak untuk menavigasi ke tempat yang mereka inginkan dan menempatkan peluang di depan mereka. Tapi ini juga tentang negosiasi dengan mereka sehingga mereka dapat mengungkapkan dan menunjukkan kekuatan dari pengambilan keputusan itu," kata Michael Ungar, profesor di Universitas Dalhousie dan Canada Research Chair in Child, Family and Community Resilience.

Waktu bertahan anak dalam melakukan kegiatan yang nggak mereka sukai juga tergantung usianya. Biasanya, anak yang lebih besar lebih bisa bertahan lebih lama berada di situasi tersebut sampai tiba waktunya mereka bisa bernegosiasi dengan orang tuanya.

Jessica mengingatkan, membiarkan anak berhenti melakukan hal yang nggak disukai nggak begitu saja dilakukan. Misalnya, kita perlu berdiskusi dulu dengan anak dan bernegosiasi. Tanya alasan anak kenapa dia mengambil keputusan itu. Sehingga, nantinya anak bisa berkomitmen dan siap menghadapi konsekuensi dari keputusan yang sudah dia ambil.

Sementara itu, Michael memberi saran kalau si kecil termasuk tipe perfeksionis coba jangan mudah mengizinkan mereka berhenti melakukan sesuatu. Soalnya, dengan izin itu bukan nggak mungkin anak justru merasa dirinya gagal padahal mereka sebenarnya bisa mencapai hasil yang bagus banget. Prinsip nggak mudah membiarkan anak berhenti melakukan yang nggak mereka sukai juga berlaku untuk anak yang cenderung gugup atau malu-malu saat pertama kali mencoba hal baru.

"Ini karena anak tipe pemalu atau gugup nggak mau melakukan hal baru karena dia masih takut, bukan nggak tertarik. Tapi, kalau setelah dicoba anak tetap nggak tertarik dengan hal itu, dia bisa berhenti," kata Catherine Pearlman, penulis 'Ignore It!: How Selectively Looking the Other Way Can Decrease Behavioral Problems and Increase Parenting Satisfaction'.

Intinya, yuk biarkan dulu anak mencoba melakukan suatu hal termasuk hal baru. Nantinya, ketika sudah mencoba ternyata mereka nggak nyaman dan tertarik dengan itu, nggak ada salahnya memberi kesempatan mereka berhenti melakukan itu. Ketika anak bebas menemukan hal-hal yang mereka cintai, umumnya mereka akan mendedikasikan dirinya dan serius menggeluti bidang itu.



"Orang tua juga nggak perlu sering ikut campur tangan saat anak menghadapi masalah. Biarkan berusaha dan mengenal batas kemampuan dirinya. Berikan anak ruang dan memikirkan masalahnya. Kita nggak menjerumuskan anak kok. Justru kita membantu anak merefleksikan dirinya," kata psikolog sekaligus penulis buku 'The Art of Empowered Parenting: The Manual You Wish Your Kids Came With', Erick Fisher dikutip dari CNN.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda