Jakarta -
Sebagai orang tua, tentu sedih ya, Bun, saat melihat anak-anak kita nggak akur terus setiap hari. Hiks, apa iya
sibling rivalry semacam ini akan terbawa sampai mereka dewasa? Duh, amit-amit ya.
Karena itu saat berdiskusi dengan psikolog Aurora Lumban Toruan, saya pun menanyakan hal ini. Kata Aurora, bisa jadi
sibling rivalry, persaingan atau kecemburuan antar saudara berlangsung sampai mereka dewasa kalau kita sebagai orang tua nggak berupaya menyelesaikan dan mengantisipasi.
Aurora bilang sibling rivalry bisa berlangsung sampai anak dewasa kalau orang tua terus-menerus tidak menerapkan struktur yang jelas, mulai dari kegiatan rutin yang dibentuk dalam keseharian, dan ketiadaan aturan yang jelas.
"Termasuk juga ekspektasi dari perilaku seperti apa yang bisa diterima, juga konsekuensi dari sikap melawan atau melanggar aturan yang diterapkan yang nggak jelas," tutur Aurora.
Selain itu, Bun, kita juga perlu menerapkan hierarki yang jelas di antara anak-anak. Misalnya nih berkaitan dengan perbedaan usia dan kematangan mereka masing-masing. Jadi anak perlu memahami bahwa semakin mereka dewasa atau semakin besar, maka akan ada benefit atau kepercayaan lebih yang mereka dapatkan.
"Jadi bukan berarti siapapun harus sama. Waktu tidur yang kecil dan besar sama saja, juga jumlah uang saku atau kepercayaan lain yang sama saja antara anak yang lebih besar dan kecil," lanjut Aurora mencontohkan.
Yang lebih parah bila anak yang satu menjadi favorit atau anak emas orang tua, duh ini bisa bikin sibling rivalry jadi semakin terpelihara. Ya, soalnya ini bikin orang tua seolah menutup mata terhadap kekurangan anak yang satu dengan terus memberikan keistimewaan.
"Ini akan mempertajam kecemburuan atau perasaan ketidakadilan dalam diri saudaranya," sambung Aurora.
(Nurvita Indarini)