Illinois, Chicago -
Apa sih yang biasa dilakukan anak berusia 10 tahun? Bermain video game, mengerjakan tugas rumah dengan teman sebaya atau bahkan main gadget ya, Bun. Namun berbeda dengan bocah bernama Jahkil Jackson ini. Di umurnya yang baru 10 tahun Jahkil sibuk berusaha mengubah dunia dengan
berbagi 'tas berkah'.
Saat umurnya 8 tahun, Jahkil mendirikan proyek nonprofit yang bernama Project I Am untuk membantu para tunawisma di seluruh Amerika Serikat. Dari sebagian misinya, Jakhil bekerja untuk menciptakan Blessing Bags atau 'Tas Berkah' yang diisi dengan berbagai barang kebersihan pribadi yang kemudian didistribusikan ke komunitas tunawisma di daerah Chicago.
Hingga saat ini, Jahkil dan keluarga telah membagikan hampir 7 ribu tas berkah dan ia masih tetap berambisi untuk memberikan lebih dari 6 ribu tas berkah selama tahun 2018. Diceritakan bahwa Jahkil mulai tertarik untuk membantu tunawisma sejak sang bibi mengajaknya membagikan cabai dan sup kepada orang-orang yang berkemah dan ketika itu Jahkil berusia 5 tahun.
"Dia benar-benar seperti akan menangis ketika melihat para tunawisma tersebut dan mencoba memahami mengapa seseorang bisa mengalami hal tersebut," kata sang ibu, Natae Jackson seperti dilansir Chicago Tribune.
Natae dan suaminya, Jamiel Jackson, tahu bahwa mereka harus membantu Jahkil, anak tunggal mereka untuk menemukan cara membuat perbedaan. Ketika pulang, Jahkil memberi tahu orang tuanya bahwa ia ingin memberi semua tunawisma itu rumah karena mereka tidak seharusnya berada di luar sana.
"Keluarga saya pun turut membantu dengan mengatur bantuan itu karena saya ingin melanjutkan bantuan saya kepada mereka. Karena kami tidak mampu membelikan mereka rumah, mereka membantu saya memikirkan sesuatu yang lebih mudah dikelola karena saya masih muda," papar Jahkil.
 Foto: Facebook/ Project I Am |
Kemurahan hati Jahkil yang tanpa pamrih ini pun menarik perhatian dunia sejak ia pertama kali meluncurkan Project I Am dan bahkan diberi perlakuan khusus dari presiden Amerika Serikat kala itu, Barack Obama. Namun hal tersebut tak membuat Jahkil besar kepala dan lupa akan tugasnya, dia tahu bahwa akan sangat banyak hal yang ia kerjakan.
"Saya punya 'pesta' pengepakan tiap bulan dengan teman-teman basket saya, sepupu, teman sekolah dan teman-teman dance," kata Jahkil.
Bagi Jahkil, memastikan bahwa Project I Am sukses adalah suatu prioritas terbesarnya dan itu berarti banyak tangan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan projek ini.
"Kami membuat beberapa paket dari mulai perlengkapan mandi seperti tisu, sikat dan pasta gigi, pembersih tangan, tisu kantong hingga kaus kaki dan granola. Barang-barang ini dapat membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari," tutur Jahkil.
Semangat enterpreuner Jahkil dengan jelas terlihat dari cara ia melayani para tunawisma ini dengan baik dan inilah yang akhirnya membawa Jahkil berpeluang untuk bekerja sama dengan Dream for Kids. Dream for kids merupakan komunitas untuk membantu anak-anak mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk menciptakan organisasi yang menguntungkan, berkelanjutan dan mengambil tindakan untuk memecahkan masalah sosial secara serius, salah satunya tunawisma.
Kebaikan yang dilakukan Jahkil berbuah manis. Ia memenangkan Penghargaan Gloria Barron 2017 untuk kategori Pahlawan Muda. Ini merupakan penghargaan nasional yang diberikan kepada 25 anak muda yang membuat perbedaan positif di dunia. Nggak berhenti sampai situ, kehormatan itu datang dengan adanya bantuan sekitar Rp 68 juta yang bisa Jahkil pakai untuk membantu para tunawisma.
Jahkil juga menjadi duta remaja untuk Heartland Alliance, sebuah organisasi internasional yang bekerja untuk mengurangi kemiskinan. Dia juga jadi dewan pemuda untuk WE, sebuah organisasi nirlaba yang mendorong kaum muda untuk melayani komunitas mereka melalui kerja sukarela. Walaupun Jahkil sibuk dengan kegiatannya mengubah dunia, ia masih tetap memiliki mimpi tentang masa depannya.
 Foto: Facebook/ Project I Am |
"Besar nanti saya ingin bermain basket secara profesional di NBA. Tapi pastinya saya akan lebih senang lagi kalau punya tim NBA sendiri," ungkap Jahkil pada Babble.
Jahkil berpesan pada semua anak-anak di dunia, jangan menunggu dewasa untuk mengubah dunia atau menjadi seorang enterpreuner karena sebenarnya kita bisa kok memulainya dari sekarang.
"Sangat penting untuk menjadi sukarelawan dan bisa memberi banyak manfaat ke orang banyak, saya juga ingin semua orang tahu bahwa tunawisma juga manusia," imbuh Jahkil
Wah keren ya, Jahkil, Bun. Di mana anak seusianya rata-rata masih berpikir untuk minta ini itu, tapi ia malah berpikir untuk berbagi ke orang-orang yang justru tidak ia kenal. Bicara soal berbagi, konsep ini memang nggak mudah diajarkan ke anak-anak apalgi umur di bawah lima tahun. Tapi, bukan berarti kita nggak bisa ngajarin anak berbagi sejak dini, Bun, demikian disampaikan psikolog anak dari Tiga Generasi Anna Surti Ariani.
"Tapi kita bisa mengajarkan anak berbagi lewat meminjamkan mainan, pas ngajak temannya ke rumah kita minta dia bagiin kue. Jangan dipaksa ya kalau anak nggak mau soalnya yang ada dia malah sebal pas kita minta berbagi jadi dia melakukan itu nggak dengan senang hati," kata wanita yang akrab disapa Nina ini.
Membantu anak-anak belajar
berbagi membutuhkan kesabaran dan cekatan, Bun. Selain itu perlu latihan pelan-pelan. Terutama untuk balita, mereka sedang berada dalam fase perkembangan egosentris.
Lantas, gimana caranya mengajarkan anak atau balita berbagi? Kita bisa mulai seperti memberi mereka contoh, Bicarakan perasaan anak, buat lebih konkret, tanya anak apakah ia mau berbagi atau tidak, beri alat peraga, dan ajari ke anak bahwa orang lain juga punya hak atas harta kita.
(rdn)