Jakarta -
Mungkin beberapa dari kita lihat
mainan edukatif anak-anak itu terkesan simpel. Hanya boneka yang ditambah pemutar musik atau buah-buahan dari plastik.
Eits, jangan salah, untuk membuat mainan itu ternyata butuh riset yang memakan waktu bertahun-tahun. Kenapa? Karena mainan dibuat untuk bayi dan anak-anak dan mainan edukatif bisa menjadi sarana belajar mereka.
Selain itu mainan untuk anak-anak nggak sembarangan dibuat karena harus aman, tahan lama dan berkualitas tinggi. Belum lagi 'jaman now' anak-anak lebih milih bermain dengan gadget daripada mainan yang ada wujud fisiknya.
Menyadari hal tersebut, sebuah perusahaan produsen mainan anak, Fisher-Price, memiliki fasilitas riset khusus mainan anak namanya Play Lab.
"Play Lab mengusung riset berbasis observasi untuk membuat strategi dalam mendesain mainan. Dalam setahun, sebanyak lebih dari 127 ribu bayi dan anak pra sekolah, serta 1.700 orang tua dilibatkan dalam uji coba mainan," tutur Dr Deborah Weber PhD, director Early Childhood Department Research dari Fisher-Price, di acara Sesi Diskusi 'Persiapkan Kesuksesan Anak Sejak Usia Dini dengan Mainan Edukatif untuk Menstimulasi Pembelajaran Aktif' oleh Fisher-Price, di Mamain, Jakarta Selatan, Rabu (11/4/2018).
Menurut Deborah, berbagai aspek dalam bermain, seperti ukuran, skala, ergonomi, minat serta kelayakan pengembangan terus dievaluasi secara berkala. Mereka, para periset dan produsen, belajar dari cara anak bermain agar dapat membuat
mainan yang disenangi anak-anak.
"Menentukan kelompok usia untuk suatu produk juga penting bagi periset dan produsen mainan. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek fisik, kognitif serta sosial dan emosional, para ahli perkembangan anak dilibatkan untuk mendesain mainan yang sesuai dengan rentang usia anak-anak," tutur Deborah.
 Activity Zebra salah satu mainan edukatif anak buatan Fisher-Price/ Foto: Fisher-Price |
Menurut Deborah, mendesain mainan edukatif juga dapat menjawab kebutuhan yang berbeda dari setiap tahap perkembangan anak. Ia juga mendorong orang tua untuk terus mengingat bahwa setiap anak memiliki tahapan pertumbuhan yang berbeda-beda, Bun.
Terlepas dari itu semua, Deborah menekankan bahwa tiap orang tua ingin memberikan pendidikan dan pembekalan keterampilan yang terbaik bagi anak-anaknya. Dan penting bagi orang tua untuk terlibat dalam waktu bermain berkualitas dengan anak. Jangan sampai
mainan anak sudah bagus banget tapi anak tetap ditinggal sendirian, jadinya percuma, Bun. Jadi, sembari anak bermain, kita juga ajak diskusi.
Yuk, main bareng anak.
(aci)