Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Pesan Kemdikbud Saat Bicarakan Bom di Surabaya pada Anak

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Minggu, 13 May 2018 17:00 WIB

Saat di sekolah, bisa jadi teror bom di Surabaya jadi bahan pembicaraan anak.
Pesan Kemdikbud Saat Bicarakan Bom di Surabaya pada Anak / Foto: Thinkstock
Jakarta - Peristiwa ledakan bom di gereja Surabaya bisa jadi bukan hanya jadi bahasan orang dewasa, tapi juga anak-anak sekolah. Maklum, kabar dan bahkan mungkun foto-foto terkait korban dan peristiwa ini dengan mudahnya menyebar di media sosial.

Nah, untuk itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) punya pesan nih, Bun, untuk orang tua dan juga untuk guru di sekolah terkait panduan tentang cara bicara pada anak mengenai kejahatan terorisme.

Pesan tersebut disampaikan dalam akun Instagram Kemdikbud, @kemdikbud.ri. Apa saja panduannya?

Kepada orang tua, Kemdikbud mengimbau untuk mencari tahu apa yang anak pahami tentang peristiwa yang terjadi. Selanjutnya bersama anak bahas secara singkat yang terjadi, tapi ajak anak untuk menghindari isu spekulasi.



Seperti tulisan kami sebelumnya yang bisa dibaca di sini, Kemdikbud juga mengimbau orang tua untuk menghindarkan anak dari paparan media massa maupun media sosial yang menampilkan gambar dan adegan mengerikan. Utamanya nih, Bun, untuk anak yang usianya di bawah 12 tahun.

[Gambas:Instagram]



Anak juga perlu diajak berdiskusi dan mengapresiasi kerja polisi, TNI, petugas kesehatan dan lainnya dalam melindungi, melayani, dan membantu kita saat tragedi terjadi. Keberanian petugas bisa lebih ditekankan ketimbang sisi kejahatan pelaku teror.

Nah, gimana kalau di sekolah? Biasanya murid akan banyak bertanya ke gurunya karena mereka menganggap dari gurunyalah bisa mendapat banyak informasi tentang bom di Surabaya.

Seperti yang dilakukan orang tua, guru juga diimbau untuk membahas singkat fakta yang terjadi dan yang sudah terverifikasi. Sekali lagi, jangan membuka ruang untuk rumor dan spekulasi.



Jika anak merasa marah atas peristiwa ini, sebaiknya diarahkan marah pada pelaku, bukan pada identitas golongan tertentu yang muncul dari prasangka. Selanjutnya ajak anak berkegiatan seperti biasa.

Anak-anak juga perlu diajak berpikir positif, di mana sebelumnya pernah terjadi tragedi tapi berhasil dilewati dengan tegar, semangat persatuan dan saling menjaga. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda