HaiBunda

PARENTING

Cara Menerapkan Positive Parenting ke si Kecil

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Selasa, 15 May 2018 15:02 WIB
Cara Menerapkan Positive Parenting ke si Kecil/ Foto: dok.HaiBunda
Jakarta - Pernah nggak, Bun, ketika lagi nemenin anak ngerjain PR, kita suka gemes sendiri karena anak nggak bisa-bisa dan akhirnya malah kita yang kerjain PR mereka biar cepat selesai. Atau, kita pegang penggaris sebagai 'ancaman' kalau anak nggak ngeh-ngeh saat ngerjain PR.

Sekarang, udah nggak bisa lagi nih kita menerapkan hal kayak gitu apalagi ke anak zaman sekarang. Ada pola tertentu yang perlu diperhatikan ketika menemani anak mengerjakan PR, salah satu yang bisa dicoba adalah positive parenting, Bun.

"Positive parenting membantu menerapkan disiplin efektif dan interaksi menyenangkan antara orang tua dan anak. Pola seperti ini menekankan pada bersikap positif dan menghargai sudut pandang anak," ungkap psikolog anak dan keluarga, Ajeng Raviando.


Seperti apa sih positive parenting itu, yuk kita simak bersama, Bun.



1. Jadi Model yang Baik, Mengajari Anak dengan Teladan

Ketika menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah lalu nggak sadar kita marah-marah atau ngomel di depan anak, sebenarnya anak memperhatikan kita lho. Bisa jadi, anak akan mengikuti perilaku kita ketika ia mengerjakan tugas rumahnya juga. Ya, anak jadi berpikir kalau mengerjakan tugasnya di rumah nggak masalah seperti itu.

2. Nggak Lihat Perkembangan Anak dari Satu Sisi Aja

Nggak sedikit orang tua yang sering bilang, 'Anak saya nggak pinter', 'Anak saya payah dalam pelajaran ini', dan lain sebagainya. Eits, itu sebenarnya hal yang nggak boleh dilakukan lho, Bun. Ayo coba, perhatikan lagi deh perilakunya di sekolah selain akademiknya aja.

"Bisa aja anak kita ternyata baik sama teman-temannya, suka membantu guru dan lainnya. Karena kita terlalu fokus sama akademis anak, kita jadi lupa deh sama hal positif lain padahal jarang banget anak punya sikap kayak gini. Karena itu kita harus discover tuh, apa sih kelebihan anak," tutur Ajeng di acara Kuasai 'Homework Resque' dengan Printer HP Deskjet Ink Advantage di Tanamera Coffee, Jakarta Selatan baru-baru ini.

3. Meluangkan Waktu Berkualitas dengan Rutin
Luangkan waktu yang berkualitas sama anak. Foto: Hasan Al Habsy
Nggak melulu setiap hari kita harus sama anak atau nemenin anak bikin PR-nya kok, Bun. Karena kalau tiap hari ditemani saat mengerjakan PR anak juga jadi ketergantungan sama kita dan dia bisa jadi nggak mandiri.

Nah, ketika kita temani anak mengerjakan PR, buat kegiatan mengerjakan PR jadi hal yang menyenangkan sehingga akan terbentuk di kepala anak bahwa yang namanya mengerjakan PR adalah kegiatan yang menyenangkan.

4. Lihat Juga Tingkah Laku Positif Anak

Jangan hanya fokus pada nilai akademis anak aja ya, Bun, sehingga tiap anak pulang sekolah yang ditanya berapa nilai dia atau ada PR nggak. Akan lebuh baik kalau kita juga memperhatikan hal positif yang dilakukan anak meskipun itu sederhana. Misalnya anak membuang sampah di tempatnya atau membantu teman yang kesusahan.

"Coba deh beri dukungan ke anak, karena itu juga suatu penghargaan buatnya," ungkap wanita yang sudah menjadi psikolog 15 tahun ini.

5. Beri Konsekuensi Logis dan Tanamkan Nilai Positif
Beri konsekuensi logis. Foto: thinkstock

Sebagai orang tua pastinya kita harus bersikap tegas, disiplin dan konsisten ke anak. Nah, ketika anak buat kesalahan, kita juga harus memberi konsekuensinya secara logis.

"Misal, ketika udah waktunya belajar atau kerjain tugas anak malah asyik fokus main game. Di situ bisa kita kasih pilihan ke dia, 'Kamu mau kerjain sekarang atau nanti habis main game'. Kan bisa tuh kasih waktu mau main sampai jam berapa atau kita bisa bilang, 'Kalau nanti-nanti jadi males kerjain lho'," papar Ajeng.

Beri juga penjelasan, kalau nanti nggak kerjain PR bisa dihukum sama guru. Kasih tahu juga ke anak kalau dia mengerjakan PR terlalu malam, anak bakal ngantuk. Kemudian, kita juga bisa menanamkan nila-nilai ke anak. Contohnya kalau disiplin itu baik, apa aja dampaknya kalau punya disiplin diri.

7. Monitor Manajemen Waktu Anak

Waktu terbanyak anak ketika di usia sekolah adalah di sekolahnya. Begitu anak sampai rumah, bersih-bersih diri, makan, bisa aja dia sudah capek ngerjain PR. Belum lagi kalau anak ikut kegiatan ekstrakulikuler, anak bisa jadi pulang lebih malam, itu belum termasuk kumpul sama teman atau kerja kelompok lho.

Dengan waktu yang padat, pasti anak juga udah keburu capek dan kadang terlalu malas untuk langsung kerjai PR. Nah, di situ tugas kita sebagai orang tua, Bun.

"Kita harus ada diskusi dan nego. Saya sebenarnya bukan tipe ibu yang rajin tanya ada PR atau nggak, tapi anak juga tetap harus dimonitor soal manajemen waktu dalam mengerjakan tugas," kata Ajeng.

8. Ciptakan Komunikasi Efektif
Ciptakan komunikasi efektif ke anak. Foto: Thinkstock

Ketika anak lagi nggak semangat-semangatnya, boleh kok kita sharing dengan anak gimana kita sekolah dulu, gimana deg-degannya kalau nggak kerjain PR, gimana kena hukum karena lalai dan sebagainya.

"Dengan begitu anak bisa ngerasain kedekatan kita sama dia. Bahwa dia mikir, 'Oh ternyata Bunda juga pernah lho kena hukum, pernah lho kerjain yang namanya PR'," tutur Ajeng.



9. Memberi Ruang untuk Tumbuh dan Melakukan Kesalahan

Ini kesalahan yang tidak sadar sering banget dilakukan orang tua. Biasanya kita suka gemes tuh pas nemenin anak ngerjain PR sampai kadang kita aja yang ngerjain PR-nya. Padahal kesempatan anak untuk bisa melakukan kesalahan itu penting. Jadi anak tahu dia salah di bagian mana.

"Karena zaman sekarang nggak heran yang ngerjain PR anak itu kalau nggak orang tua ya guru les. Sebenarnya kenapa PR dikasih karena ingin anak mengerjakannya secara maksimal, jadi guru tahu harus mengevaluasi dan menganalisis kesalahan anak sampai mana," tutur Ajeng.

10. Memberi Cinta Tanpa Syarat
Cintai anak tanpa syarat. Foto: ilustrasi/thinkstock

Penting buat kita para orang tua memahami kalau anak punya kelebihan dan kekurangan apa. Sehingga kita bisa mencintai anak tanpa syarat. Ketika anak lemah di pelajaran matematika kita nggak merasa dia payah karena kita tahu anak punya kelebihan di bidang lain.

"Positive parenting intinya melihat sisi baik anak dan beri anak kesempatan sehingga mereka bisa speak out dengan apa yang mereka inginkan," ungkap Ajeng. (aml/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Charlotte Ramadhan Anak Shahnaz Haque Lulus Kedokteran Hewan IPB, Ini 5 Potretnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Kronologi Balita Jatuh dari Bus Mabes AD di Tol JORR: Bikin Kita Jadi Waspada, Bun

Parenting Annisa Karnesyia

Danvy Sekar Rukmana Anak Sulung Annisa Trihapsari yang Jarang Tersorot, Ini 5 Potretnya

Mom's Life Annisa Karnesyia

Bunda Perlu Tahu! Ini Tujuan, Proses, dan Perawatan Sunat pada Anak Laki-Laki

Parenting Ajeng Pratiwi & Fauzan Julian Kurnia

10 Daftar Bahan Jamu yang Dilarang untuk Ibu Hamil Muda dan Trimester Akhir

Kehamilan Melly Febrida

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Charlotte Ramadhan Anak Shahnaz Haque Lulus Kedokteran Hewan IPB, Ini 5 Potretnya

10 Daftar Bahan Jamu yang Dilarang untuk Ibu Hamil Muda dan Trimester Akhir

Kronologi Balita Jatuh dari Bus Mabes AD di Tol JORR: Bikin Kita Jadi Waspada, Bun

Bunda Perlu Tahu! Ini Tujuan, Proses, dan Perawatan Sunat pada Anak Laki-Laki

Danvy Sekar Rukmana Anak Sulung Annisa Trihapsari yang Jarang Tersorot, Ini 5 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK