Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Efek Anak Diolok-olok karena Masih Belajar Puasa Setengah Hari

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Rabu, 30 May 2018 09:04 WIB

Anak sedang berbuka karena puasa setengah hari, eh diolok-olok. Duh.
Efek Anak Diolok-olok karena Masih Belajar Puasa Setengah Hari/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Saat sedang belajar puasa alias masih puasa setengah hari, anak biasanya berbuka puasa di waktu zuhur nih. Nah, pernah nggak, Bun, si kecil malah diolok-olok?

Ini pernah terjadi pada keponakan perempuan saya yang umurnya waktu itu 7 tahun, Bun. Jadi dia memang puasa setengah hari dan saat berbuka puasa, temannya yang umurnya lebih tua mengolok-olok dia. 'Ih, buka puasa nih ye'. Alhasil keponakan saya ini pun malu.

Bicara soal anak yang diolok-olok karena dia buka puasa setengah hari, psikolog anak dari Tiga Generasi Samanta Ananta bilang efek diolok-olok kayak gini ke setiap anak bisa berbeda tergantung dari karakter anaknya sendiri. Selain itu tergantung juga dari bagaimana ia mengatasi situasi konflik yang terjadi.

"Untuk anak-anak yang terbuka kepada orang tuanya dia akan bercerita dan sebaiknya orang tua mendengarkan apa yang disampaikan oleh anak," kata Samanta saat ngobrol dengan HaiBunda.



Jika yang disampaikan anak menunjukkan bahwa dia udah cukup matang untuk menyelesaikan konfliknya, orang tua hanya perlu menyampaikan kemandirian anak yang sudah lebih berkembang dengan berani menyelesaikan konfliknya tersebut. Nah, beda lagi kalau anak cenderung sulit bercerita ke orang tuanya.

Karena hubungan orang tua dan anak pun nggak cukup dekat, bukan nggak mungkin anak akan memendam apa yang dia rasakan. Kalau udah begini, hiks anak pun bisa aja stres sendiri, Bun. Bicara anak yang belajar puasa, ada yang semangat banget langsung puasa sehari penuh ada yang setengah hari dulu dalam periode beberapa kali Ramadan nih.

Kata Samanta, ini tergantung beberapa faktor termasuk kondisi biologis anak, kesehatan fisiknya gimana. Misalnya ada anak yang langsung puasa full malah jadi sesak napas, tapi ada juga yang kuat. jadi memang faktor paling utama adalah kondisi fisik anak.

"Kemudian kondisi psikologisnya bagaimana apakah mendapat dukungan dari orang tua, guru, dan teman di sekolah? Lalu faktor budaya dan tradisi yang dijalankan di rumah seperti apa," tutur Samanta.

Selain itu, lanjut Samanta, perlu juga diperhatikan bahwa karakter anak juga berperan, seperti value (nilai) kegigihannya, motifnya berpuasa, serta peran orang tua dalam mendampingi anaknya belajar puasa.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda