Jakarta -
Rumah yang baik untuk anak tak hanya indah dan nyaman, tapi juga sehat bagi anak maupun keluarga. Nah,
dinding rumah sebagai area terluas di dalam rumah mengambil peranan untuk kebutuhan tersebut, Bun.
"Dari survei independen yang kami lakukan pada orang tua, sebanyak 76 persen orang tua setuju kalau dinding rumah merupakan tumpuan ketika anak belajar berdiri atau berjalan. Sebanyak 80 persen orang tua menyebutkan anak mereka kontak langsung dengan dinding saat bermain dan 86 persen mengakui tidak memperhatikan kebersihan dinding layaknya lantai," tutur Jon Tan Hon Yiu, CEO Decorative Paints PT Nipsea Paint and Chemicals (Nippon Paint Indonesia).
Pada kesempatan yang sama dr UIul Albab SpOG, pengurus aset organisasi IDI (Ikatan Dokter Indonesia) mengatakan dari lingkungan rumah yang sehat, maka tumbuh kembang anak pun baik. Ketika pertumbuhan mereka oke, maka saat anak berada di luar lingkungan rumah mereka makin tangguh dan berprestasi.
Namun, kadang orang tua suka lupa nih, bahwa lingkungan rumah nggak hanya di luar rumah, seperti taman dan kebun. Demikian disampaikan dr Ulul di sela-sela peluncuran Nippon Spot-Less Plus di Sekretariat PB Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta pusat pada selasa (2/10/2018).
"Orang tua seringkali lupa, bahwa lingkungan yang ada di dalam rumah juga harus sehat, termasuk
dinding rumah. Makanya penting mengedukasi masyarakat soal ini, karena berbagai bakteri seperti E. coli, MRSA (methicillin-resistant staphylococcus aureus), hingga Staphylococcus aureus dapat bertahan di permukaan mulai dari harian hingga mingguan," papar dr Ulul.
dr Ulul menambahkan, adapaun bakteri-bakteri ini bertanggung jawab atas penyakit seperti diare, iritasi kulit, demam, infeksi saluran pernapasan. Apabila rumah nggak memiliki perlindungan yang benar terutama dindingnya, risiko potensi penyebaran bakteri di dalam rumah akan lebih tinggi.
"Selain menjadi salah satu medium penularan bakteri, dinding juga memengaruhi kualitas udara dalam rumah karena polutan beracun sering ditemui pada cat pelapis dinding. Polutan berbahaya yang biasa ditemukan adalah VOC (Volatile Organic Compound) yang merupakan pencetus alergi, iritasi infeksi saluran pernapasan hingga kanker," imbuh dr Ulul.
Selain itu kita juga harus hati-hati saat rumah atau ruangan dalam keadaan baru dicat. Jadi, jangan langsung ditempati dulu. Dikutip dari
detikcom cat tembok yang menggunakan pelarut berbasis minyak mengandung banyak volatile organic compound (VOC) yang mudah menguap. Jika terhirup, dampaknya bagi kesehatan bisa bervariasi sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing individu.
Sesaat setelah terhirup, dampak yang paling sering dirasakan adalah pusing, sesak napas serta mata perih. Sementara jika terhirup terus menerus, dalam jangka panjang dampaknya bisa lebih parah yakni kanker dan kerusakan syaraf pada otak. Dampak buruk juga bisa dialami oleh ibu hamil. Beberapa jenis pelarut seperti glycol ether memiliki kandungan VOC cukup tinggi dan dikabarkan bisa menyebabkan keguguran jika terhirup dalam jumlah banyak.
Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya tidak ditempatkan pada ruangan yang baru dicat kurang dari 2x24 jam. Kalaupun terpaksa, dianjurkan untuk menggunakan masker penutup wajah.
(aml/rdn)