parenting
4 Cara Sederhana Agar Anak Tumbuh Bahagia
Rabu, 05 Dec 2018 19:35 WIB
Jakarta -
Senang rasanya melihat pertumbuhan anak berjalan sesuai usianya. Tak hanya dari segi fisik, Bunda dan Ayah juga harus aware dengan perkembangan mentalnya. Artinya, orang tua harus memastikan anak-anaknya bahagia.
Menurut psikolog Elizabeth Santosa M.Psi, potensi anak akan berkembang maksimal saat merasa bahagia.
"Kita nggak ingin kan anak pintar tapi egois? Kita ingin anak memiliki kesadaran diri lebih baik, manajemen diri lebih baik, kesadaran dan kemampuan sosial serta mengambil keputusan yang lebih baik," ungkap Elizabeth di acara Nestle Lactogrow Media Workshop, The Opus Grand Ballroom, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (5/12/2018).
Lalu, bagaimana cara membesarkan anak agar tumbuh bahagia? Berikut empat cara sederhananya menurut kata psikolog yang akrab disapa Lizzie itu.
1. Waktu tidur cukup
Kata Lizzie, salah satu hal yang sering kita sepelekan yakni jam tidur anak. Bayangkan jika anak tidur jam 12 malam lalu, disuruh bangun jam 5 pagi, pasti si kecil rewel kan, Bun.
"Hal-hal kecil seperti waktu tidur harus diperhatikan, anak-anak normalnya tidur siang 2 jam, anak yang tidurnya nggak cukup bisa sampai 5 jam. Begitu dia ke sekolah dia mengantuk terus, jelas dia nggak bahagia," ujar Lizzie.
2. Makan tepat waktu dan bergizi
Makan bergizi dan tepat waktu bisa membuat anak bahagia. Jangan makan sembarangan karena bisa merugikan kesehatan tubuh. Makanan yang dikonsumsi bisa berpengaruh pada perilaku anak. Kalau sembarangan anak bisa cepat marah.
3. Cinta tanpa syarat
Orang tua perlu memberikan cinta tanpa syarat pada anak. Cintai anak dalam segala kondisi, termasuk saat dia rewel atau bad mood. Lizzie memberi contoh misalnya anak memecahkan gelas dalam dua situasi.
"Anak mecahin gelas tapi kita pulang dalam kondisi happy, dapat bonus dari kantor, baru gajian. Pastinya anak nggak dimarahi, tapi begitu pulang dari kantor kondisinya lagi bete, pasti anak kena 'semprot'," kata Lizzie.
Nah, situasi yang kedua sebaiknya dihindari, cintai anak tanpa syarat apapun meski mood sedang buruk. Bahagia itu tak selalu tentang mood.
4. Dukung kompetensi anak
Anak jadi bahagia kalau punya kecerdasan atau kompetensi. Contohnya 'Bun, aku juara aku hebat!', anak tahu kalau dia mampu. Kita tidak bisa selalu mengatakan 'Sayang, kamu pintar, cantik' kalau kenyataannya malah terbalik. Hindari memberi pujian pada anak, tanpa membangun kompetensinya.
"Nantinya kita malah tidak didik dia untuk survived, untuk berprestasi. Jadi kalau mau anak bahagia, dia harus merasakan sebuah capaian. Jadi misal anak punya kompetensi di rumah, pasti di sekolah rajin, polanya akan seirama. Jadi jangan mendidik anak dengan kebohongan," tutup Lizzie.
(aci/rap)
Menurut psikolog Elizabeth Santosa M.Psi, potensi anak akan berkembang maksimal saat merasa bahagia.
"Kita nggak ingin kan anak pintar tapi egois? Kita ingin anak memiliki kesadaran diri lebih baik, manajemen diri lebih baik, kesadaran dan kemampuan sosial serta mengambil keputusan yang lebih baik," ungkap Elizabeth di acara Nestle Lactogrow Media Workshop, The Opus Grand Ballroom, Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Rabu (5/12/2018).
Lalu, bagaimana cara membesarkan anak agar tumbuh bahagia? Berikut empat cara sederhananya menurut kata psikolog yang akrab disapa Lizzie itu.
1. Waktu tidur cukup
Kata Lizzie, salah satu hal yang sering kita sepelekan yakni jam tidur anak. Bayangkan jika anak tidur jam 12 malam lalu, disuruh bangun jam 5 pagi, pasti si kecil rewel kan, Bun.
"Hal-hal kecil seperti waktu tidur harus diperhatikan, anak-anak normalnya tidur siang 2 jam, anak yang tidurnya nggak cukup bisa sampai 5 jam. Begitu dia ke sekolah dia mengantuk terus, jelas dia nggak bahagia," ujar Lizzie.
2. Makan tepat waktu dan bergizi
Makan bergizi dan tepat waktu bisa membuat anak bahagia. Jangan makan sembarangan karena bisa merugikan kesehatan tubuh. Makanan yang dikonsumsi bisa berpengaruh pada perilaku anak. Kalau sembarangan anak bisa cepat marah.
![]() |
3. Cinta tanpa syarat
Orang tua perlu memberikan cinta tanpa syarat pada anak. Cintai anak dalam segala kondisi, termasuk saat dia rewel atau bad mood. Lizzie memberi contoh misalnya anak memecahkan gelas dalam dua situasi.
"Anak mecahin gelas tapi kita pulang dalam kondisi happy, dapat bonus dari kantor, baru gajian. Pastinya anak nggak dimarahi, tapi begitu pulang dari kantor kondisinya lagi bete, pasti anak kena 'semprot'," kata Lizzie.
Nah, situasi yang kedua sebaiknya dihindari, cintai anak tanpa syarat apapun meski mood sedang buruk. Bahagia itu tak selalu tentang mood.
4. Dukung kompetensi anak
Anak jadi bahagia kalau punya kecerdasan atau kompetensi. Contohnya 'Bun, aku juara aku hebat!', anak tahu kalau dia mampu. Kita tidak bisa selalu mengatakan 'Sayang, kamu pintar, cantik' kalau kenyataannya malah terbalik. Hindari memberi pujian pada anak, tanpa membangun kompetensinya.
"Nantinya kita malah tidak didik dia untuk survived, untuk berprestasi. Jadi kalau mau anak bahagia, dia harus merasakan sebuah capaian. Jadi misal anak punya kompetensi di rumah, pasti di sekolah rajin, polanya akan seirama. Jadi jangan mendidik anak dengan kebohongan," tutup Lizzie.
(aci/rap)