Dalam mendidik dan mengasuh anak, enggak hanya membuat anak merasa nyaman. Namun, orang tua perlu hadir untuk anak secara emosional, dan memberikan anak rasa aman.
Sebuah studi yang dilakukan Dr. Brenda Volling, direktur dan profesor riset University of Michigan, mengungkap, anak-anak secara langsung dipengaruhi waktu orang tua dalam perkembangannya.
Karena itu, orang tua penting untuk mendidik diri mereka sendiri tentang berbagai aspek psikologi dan perkembangan anak, sehingga orang tua bisa berkontribusi dalam pertumbuhan emosi dan mental anak.
"Dari sudut pandang moral seperti dari sudut pandang intelektual, anak dilahirkan bukan baik atau buruk tetapi menguasai takdirnya," kata psikolog anak Jean Piaget, mengutip Mom Junction.
Lalu, bagaimana cara memahami psikologis anak? Berikut 13 tips dasar psikologi anak yang bisa membantu Bunda agar memahami anak lebih baik lagi. Lihat di halaman selanjutnya ya.
Simak juga pengorbanan ahli forensik dr.Sumy Hastry saat harus membagi waktu mendidik kedua anaknya. Dalam video Intimate Interview di bawah ini:
Sagari Gongala, B.Sc, ahli parenting bersertifikat dari Yale University menjelaskan, salah satu cara paling sederhana, namun paling efektif untuk belajar tentang psikologi anak adalah observasi.
Caranya, Bunda menunjukkan minat terhadap apa yang dilakukan atau dikatakan anak-anak. Amati tindakan, ekspresi, dan temperamen anak saat makan, tidur, dan bermain.
"Ingatlah bahwa anak Anda unik dan mungkin memiliki kepribadian yang menonjol, bahkan saat ia tumbuh. Jadi, hindari membandingkan anak Anda dengan anak-anak lain, karena itu tidak hanya menambah stres dalam pengasuhan, tapi juga membuat anak merasa rendah diri," kata Gongala.
2. Waktu berkualitas
Orang tua zaman now sangat sibuk, sampai-sampai ketika mengurus anak saja bersamaan dengan mengerjakan hal lain. Orang mengenalnya dengan sebutan multitasking.
Namun, Gongala mengimbau agar para orang tua yang menghabiskan waktu bersama anak dengan cara multitasking, saatnya untuk berubah.
"Jika Anda ingin memahami anak-anak Anda, Anda perlu menyediakan waktu untuk mereka," ujarnya.
Bunda mungkin harus mendedikasikan waktu untuk berbicara dan bermain dengan anak-anak, dan menghabiskan waktu berkualitas yang memungkinkan orang tua memahami psikologi anak-anak.
"Waktu berkualitas tidak selalu berarti berbicara atau melakukan sesuatu bersama. Terkadang orang tua bisa duduk bersama dan diam-diam mengamati mereka untuk mengumpulkan beberapa wawasan tentang kepribadian mereka," tuturnya.
3. Perhatian penuh
Gongala mengatakan, anak-anak layak mendapatkan perhatian penuh dari orang tuanya. Kalau Bunda mencoba berbicara dengan anak saat memasak, menyetir, atau melakukan sesuatu yang lain, kemungkinan Bunda tidak dapat wawasan yang paling penting, yang mungkin anak beritahukan tentang dirinya sendiri.
4. Perhatikan lingkungan
Penelitian telah membuktikan, perilaku dan sikap anak sebagian besar dibentuk lingkungan tempat ia dibesarkan.
Selain itu, penelitian juga membuktikan, lingkungan dapat memengaruhi perkembangan otak anak, yang pada gilirannya memengaruhi perkembangan bahasa dan keterampilan kognitifnya.
"Perilaku anak Anda sebagian besar tergantung pada sifat orang yang ada di sekitarnya, dan bagaimana mereka berinteraksi dengannya. Luangkan waktu untuk memperhatikan suasana di rumah dan sekolahnya," ujar Gongala.
Gongala mengatakan, otak dibentuk dari pengalaman yang dimiliki anak, dan pada gilirannya berdampak pada bagaimana anak merespons berbagai situasi.
"Memahami bagaimana fungsi otak anak dapat membantu Anda belajar tentang perilaku anak, pengambilan keputusan, kemampuan sosial, logis, dan kognitifnya," katanya lagi.
6. Dengarkan anak bercerita
Berbicara itu baik, tetapi mendengarkan itu penting saat Bunda atau Ayah berbicara dengan anak.
"Mulailah percakapan yang membuat anak Anda berbicara, kemudian dengarkan apa yang ingin mereka katakan. Anak-anak mungkin tidak dapat mengekspresikan diri mereka dengan jelas, itulah sebabnya Anda harus memperhatikan kata-kata yang mereka gunakan dan isyarat non-verbal mereka juga," jelas Gongala.
Cobalah Bunda fokus pada nada, ekspresi, dan bahasa tubuhnya.
"Anda tidak hanya harus mendengarkan, tetapi juga memberi tahu anak Anda bahwa mereka didengarkan dan diperlakukan dengan serius," ujarnya.
Tetapi, berhati-hatilah untuk tidak berbicara terlalu banyak atau mengajukan terlalu banyak pertanyaan, karena hal itu dapat membuat anak jadi tertutup.
Anak-anak dapat mengekspresikan dirinya dengan lebih dari satu cara. Selain berbicara, anak-anak mengekspresikan perasaan melalui kegiatan.
"Jika anak-anak Anda suka menggambar, menulis, atau bertindak, dorong mereka untuk melakukannya lebih sering. Ajak mereka kelas seni atau melukis dan bantu mereka mengekspresikan diri dengan lebih baik. Anda juga bisa memberi mereka tema berbeda untuk menggambar, tanpa membatasi imajinasi mereka," saran Gongala.
8. Ajukan pertanyaan tepat
Mulailah percakapan dengan mengajukan pertanyaan terbuka, yang akan mendorong anak untuk bercerita dengan detail dan jangan potong pembicaraan mereka.
Ketimbang bertanya, 'Apakah Kakak suka lagu ini?', cobalah menggantinya dengan 'Apa pendapat Kakak tentang lagu ini?'. Ini akan memungkinkan anak untuk berbicara lebih banyak.
Selain itu, jangan pernah menghindari pertanyaan yang diajukan anak. Kalau tidak punya jawabannya, Bunda bisa mengatakan jawabannya nanti kita cari bersama-sama.
9. Edukasi diri
Bersikaplah proaktif dalam memahami berbagai tahapan perkembangan anak sesuai usianya. Luangkan waktu untuk membaca buku, jurnal online, dan berbicara dengan spesialis yang dapat memberi Bunda wawasan tentang psikologi dan perkembangan anak.
10. Amati anak lain
Terkadang, mengamati anak-anak lain yang seusia dapat membantu Bunda memahami anak dengan lebih baik. Ini membantu Bunda memahami bagaimana anak berperilaku dalam lingkungan sosial, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan anak yang menentukan kepribadiannya.
Orang tua cenderung memastikan kemampuan kinerja anak mereka dengan cara membandingkan dengan anak-anak lain. Namun, ini bisa berdampak negatif pada anak dalam jangka panjang. Meskipun perbandingan tidak selalu buruk, itu bisa berbahaya ketika Bunda melakukannya secara berlebihan.
11. Berempati
Terkadang, orang tua harus berpikir seperti anak kecil, dan bahkan bertindak seperti orang lain untuk memahami anak-anak. Empati adalah kualitas penting yang harus dikembangkan orang tua jika ingin lebih baik memahami anak-anak.
12. Pahami kecerdasan emosional anak
Kebanyakan orang menganggap anak-anak tidak sepenting orang dewasa. Perasaan dan emosi mereka diterima begitu saja, karena orang berasumsi anak-anak akan melupakan semuanya ketika sudah dewasa.
"Sekarang, kita tahu itu tidak benar, apa yang dilalui seorang anak di masa kecilnya memiliki dampak yang signifikan ketika tumbuh dewasa," jelas Gongala.
Sebagai orang tua, Bunda tidak boleh meremehkan emosi anak, atau kemampuannya untuk mengelola emosinya.
"Anak-anak dilahirkan dengan temperamen yang unik. Beberapa mungkin blak-blakan dan proaktif, sementara yang lain mungkin pemalu atau lambat melakukan pemanasan," kata Gongala.
Kecerdasan emosional memang penting diajarkan pada anak, Bunda. Dr Shimi Kang, seorang psikiater dan penulis parenting yang berbasis di Vancouver, Kanada, mengatakan, orang tua seharusnya melihat kecerdasan emosional itu sebagai seni dan sains.
"Sama halnya seperti ketika kita mengajarkan anak matematika dan lainnya. Kita tidak bisa mengasumsikan anak-anak memahami keterampilan ini," kata Kang, dikutip dari Globalnews.
13. Jangan berasumsi
Bunda, cobalah untuk tida berasumsi bahwa orang tua tahu apa yang diinginkan anak, atau bagaimana perasaannya pada suatu titik waktu tertentu.
"Ketika Anda berasumsi, Anda menutup diri untuk memahami anak-anak secara akurat, sehingga membuat pilihan yang buruk untuk anak-anak Anda. Bertanya kepada mereka membantu menghilangkan keraguan dan Anda akan tahu pasti apa masalahnya," pungkasnya.