HaiBunda

PARENTING

5 Tanda Bunda dan Keluarga Alami Emotional Eating

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Kamis, 20 Dec 2018 11:07 WIB
Tips Cegah Keluarga Menerapkan Emotional Eating /Foto: Istock
Jakarta - Perilaku emotional eating atau makan secara emosional sungguh tak bagus jika dibiarkan dan menjadi kebiasaan. Karena emotional eating rentan mengarahkan seseorang untuk mengalami gangguan makan yang lebih parah seperti binge eating, compulsive eating serta bulimia.

Menurut psikolog Tara de Thouars, BA, MPsi, perilaku emotional eating bisa dipengaruhi pola asuh sejak kecil. Misalnya, anak sedang belajar dan disuguhi camilan. Atau, saat menangis anak diberi permen atau makanan manis lainnya agar lebih tenang.

"Sejak kecil diajarkan untuk makan biar lebih nyaman. Karena itu ketika dewasa baru ngeh kalau stres pelampiasannya ke makan," kata Tara di sela acara 'Unilever Ajak Masyarakat Waspadai Kelebihan Asupan Gula Garam Lemak Akibat Emotional Eating' di Blue Jasmine Restaurant, Jakarta Selatan, Selasa (18/12/2018).


Hal ini diperkuat para peneliti dari University College London (UCL) yang menemukan bahwa penyebab utama dari makan secara emosional adalah lingkungan rumah. Misalnya, orang tua sering memberikan si kecil makanan untuk membuat mereka nyaman dan merasa lebih baik.

Foto: Istock
"Mengalami stres dan emosi negatif dapat memiliki efek yang berbeda pada selera makan untuk tiap orang," tutur Dr Moritz Herle, selaku pemimpin penelitian dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health dilansir detikcom.

Herle menambahkan, beberapa orang menginginkan camilan favorit mereka ketika didera stres atau ketidaknyaman emosi. Walau ada pula yang lainnya kehilangan nafsu makan saat alami stres atau tekanan.

"Penelitian ini mendukung temuan kami sebelumnya yang menunjukkan bahwa emosi berlebihan atau kurang terhadap makanan sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan," imbuh Herle.

Nah, berikut 5 tanda Ayah, Bunda atau anak mengalami emotional eating:

1. Kebiasaan makan yang berubah saat mengalami stres.
2. Makan ketika tidak lapar atau sudah kenyang.
3. Memilih makan untuk menghindari dan menghadapi situas stres.
4. Makan untuk membuat perasaan nyaman.
5. Menggunakan makanan sebagai reward.

Emotional eating erat hubungannya dengan sistem pencernaan dan otak sebagai pusat pengatur lapar-kenyang dan pengatur emosi. Jika emotional eating tak ditangani dengan baik bisa, bisa terjadi gangguan psikologi lain yang lebih parah dan gangguan kesehatan termasuk obesitas.

(aml/rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Mengenal Roche Peserta Coc Season 2 yang Kepintarannya Curi Perhatian, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Resep Kue Singkong Kukus Sederhana yang Enak, Ekonomis, dan Anti Gagal

Mom's Life Amira Salsabila

Ketahui Estimasi Total Biaya Operasi Caesar BPJS dan Tanpa BPJS

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

Wizzy Dapat Kejutan Manis Hamil Anak Kedua di Momen Ulang Tahunnya yang Ke-31

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

6 Tips Menabung ala Jepang agar Uang Cepat Terkumpul

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Piyu Padi dan Mantan Istri Kompak Hadiri Kelulusan SMA Sang Putri di Inggris, Ini Potretnya

Squid Game Season 3 Sudah Tayang! Intip Fakta Menarik dan Reaksi Para Pemain

5 Resep Kue Singkong Kukus Sederhana yang Enak, Ekonomis, dan Anti Gagal

Ketahui Estimasi Total Biaya Operasi Caesar BPJS dan Tanpa BPJS

SAKA Market Vol. 2: Green Trails Festival Sukses Digelar 2 Hari, Catat 6.500 Pengunjung

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK