Jakarta -
Namanya juga
anak-anak, pasti ada saja yang dipertanyakan. Momen seperti inilah yang kadang membuat orang tua 'keki' untuk menjawab berbagai pertanyaan anak termasuk yang 'absurd'.
Psikolog dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Adisti F. Soegoto, MPsi, mengatakan bersyukurlah ketika anak bertanya dengan orang tuanya. Tandanya, rasa ingin tahu anak tinggi dan mereka percaya bahwa orang tuanya sebagai sumber informasi yang kuat.
"Saat anak tanya, jangan dimatikan dengan bilang, 'Tanya Ayah sana' atau 'Ini bukan urusan anak kecil'. Akhirnya rasa ingin tahu anak tidak terpupuk dan anak jadi malas tanya," ungkap psikolog yang akrab disapa Adis, saat ngobrol dengan HaiBunda.
Jika anak bertanya hal-hal abstrak atau apapun, sesuaikan cara jawab kita dengan usia anak dan kira-kira sejauh mana anak paham. Berikut pertanyaan dan referensi jawaban yang mungkin bisa Bunda jadikan contoh.
1. Tuhan itu siapa? Foto: Istock |
Misal
anak usia 3 tahun bertanya soal Tuhan siapa, Tuhan itu apa, kita bisa mulai dengan menjawab,
"Tuhan itu yang menciptakan kamu, Bunda dan bumi serta isinya. Makanya ada siang ada malam, ada hujan ada panas," tutur Adis.
Kemudian, anak melontarkan pertanyaan lanjutan seperti, Tuhan ada di mana?
"Usia anak segini biasanya masih berpikir konkret. Jadi, kita bisa beri contoh seperti, kita tiup balon dan balon jadi besar, terus kita lepaskan angin dalam balon dan balon jadi kempes. Lewat contoh ini, kita coba beri pengertian Tuhan seperti udara. Kita enggak bisa melihat, tapi kita tahu Tuhan ada dan kita bisa merasakan," imbuh Adis.
Adis melanjutkan, memang tidak nyambung antara Tuhan dengan udara dan bukan bermaksud meratakan konsep Tuhan itu udara. Namun, untuk kemampuan berpikir anak yang masih konkret dan untuk mendapat pemahaman bahwa ada hal yang tak bisa mereka lihat tapi bisa mereka rasa dan analoginya lewat udara dan balon tadi.
2. Pertanyaan yang tak bisa orang tua jawab Foto: Istock |
Misal enggak tahu jawaban dari apa yang anak tanya, kita jawab jujur aja, Bun, kalau kita enggak tahu. Dengan kritisnya anak-anak zaman sekarang, kadang orang tua bisa bingung dibuatnya. Nah, yang bisa kita sampaikan pada anak adalah,
"Wah pertanyaan kamu bagus, tapi boleh enggak kasih Bunda waktu untuk cari tahu? Nanti kalau Bunda sudah tahu, Bunda langsung kasih tahu kamu. Atau Bunda sekarang belum tahu, gimana kalau kita cari sama-sama," imbuh Adis.
Kita bisa cari sama-sama bareng anak tentang apa yang anak tanyakan. Boleh di ensiklopedia maupun browsing. Janhan lupa kita ajarkan juga cara mendapat link berita terpecaya, bukan yang hoax.
"Ajari
anak untuk mencari tahu informasi itu enggak apa-apa. Dan sah saja kita mengakui kalau kita enggak tahu, karena kita bukan segalanya yang serba tahu. Kalau dengan eksperimen lebih bagus lagi," imbuh Adis.
Misal nih cara menjelaskan banjir ke anak, daripada hanya menjawab, 'Iya banyak yang buang sampah sembarangan', anak pasti bingung. Pikiran anak itu simpel, Bun, mereka pikir dengan buang sampah sembarang bisa instan langsung banjir.
"Coba bereksperimen dengan pipa dan kertas koran. Pipa tersebut dialiri air awalnya, kemudian mulai buang kertas koran di pipa tersebut sampai penuh. Airnya enggak mengalir lagi kan? Nah, dengan contoh nyata seperti ini anak lebih bisa menerima pemahaman bagaimana terjadinya banjir," papar Adis.
Ketika kita hadirkan eksperimen sederhana dan pengalaman langsung yang bisa anak amati, pemahaman anak lebih baik.
[Gambas:Video 20detik]
(aml/rdn)