Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Ogah Mengerjakan PR

Melly Febrida   |   HaiBunda

Jumat, 22 Feb 2019 18:02 WIB

'Duh, Nak, kenapa sih kamu susah banget diminta mengerjakan PR?'
Ilustrasi anak ogah mengerjakan PR/ Foto: iStock
Jakarta - Anak-anak susah diminta mengerjakan pekerjaan rumah (PR), Bun? Sebagai orang tua pastinya kita enggak mau anak-anak enggak mendapat nilai gara-gara ogah mengerjakan PR. Alhasil, Ayah dan Bunda harus heboh meminta anak mengerjakan PR deh.

Ini saya banget, Bun. Setiap hari harus menanyakan atau melihat buku penghubung. Tapi, kalau belum sempat lihat atau tak tercantum di buku ujung-ujunganya menanyakan di grup chatting orang tua. Hmm...ini yang sekolah anaknya atau ortunya ya, hi-hi-hi. Siapa Bunda di sini yang 'senasib' dengan saya?

Ahli metode gentle parenting, Sarah Ockwell-Smith dalam bukunya yang berjudul The Gentle Discipline Book bilang, belum ada sebab pasti kenapa anak ogah mengerjakan PR. Namun, menurut dia, anak-anak setelah lelah di sekolah ingin bersantai di rumah dan bermain dengan teman-temannya.



"Untuk anak-anak yang lebih besar, ada tiga hal utama yang kurang ketika berhubungan dengan PR, keterampilan organisasi, memahami, dan kontrol," tulis Ockwell-Smith.

Menurutnya, anak-anak belum memiliki kemampuan organisasi karena frontal cortexnya belum matang. Ini contoh sederhana dari perkembangan otak. Karena itu, satu-satunya cara yang bisa orang tua lakukan adalah menemukan sistem yang bisa diterapkan untuk membantu anak-anak mengerjakan PR.

Ilustrasi anak ogah kerjakan PRIlustrasi anak ogah kerjakan PR/ Foto: iStock
Ockwell-Smith mencontohkan dengan menggunakan buku harian PR, anak bisa mencatat PR yang harus mereka kerjakan dan kapan batas waktunya. Selain itu, Bunda juga bisa menggunakan baki atau wadah yaitu baki masuk untuk PR yang harus dikerjakan, dan baki keluar yang sudah selesai dikerjakan.

"Mintalah anak meletakkan buku di wadah itu PR yang harus dikerjakan. Dan letakkan di baki keluar jika sudah selesai," kata Ockwell-Smith.

Cara selanjutnya, pastikan meja belajar anak tertata rapi dan memiliki pencahayaan yang cukup, Bun. Dengan begini, anak akan lebih nyaman mengerjakan PR. Nah, gimana kalau anak tetap nggak mau mengerjakan PR?

"Bisa jadi ini tanda awal anak memang kesulitan mengikuti mata pelajarannya dan mereka belum mengerti. Jika ini penyebabnya, minta anak meminta bantuan dari gurunya atau sampaikan kepada guru tentang kesulitan anak. Meskipun, orang tua juga bisa mengajari anak," tambah Ockwell-Smith.



Sayangnya, kebanyakan orang tua malah lebih memilih mengerjakannya PR anaknya agar cepat selesai. Padahal, ini tak membantu sama sekali, terutama untuk anak. Jika ada masalah, yang paling penting adalah agar guru mengetahuinya.

Komunikasi orang tua dan guru itu penting dan sebagai orang tua, jangan ragu menghubungi guru kalau Bunda ingin tahu apakah ada PR atau tidak. Ini untuk mencegah anak lupa atau tidak mengerjakan PR-nya.

Menurut psikolog klinis anak, Vera Itabiliana, Psi, PR pada dasarnya memang memberikan beberapa manfaat bagi kegiatan anak. Antara lain memberi kesempatan anak untuk mengulang pelajaran, serta membuat jam belajar anak menjadi teratur.

"Tapi satu hal yang mendasar adalah bahwa PR tidak boleh sampai membebani anak," ujar Vera.

[Gambas:Video 20detik]

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda