Juliana Moechtar dan kedua anaknya/ Foto: Didik Dwi Haryanto/20detik
parenting
Cerita Haru Anak Juliana Moechtar 'Ngobrol' dengan Makam Sang Ayah
HaiBunda
Sabtu, 25 May 2019 12:31 WIB
Jakarta -
Tahun ini menjadi pengalaman pertama Juliana Moechtar menjalani puasa tanpa sang suami, Herman Sikumbang. Seperti diketahui, gitaris Seventeen tersebut menjadi salah seorang korban tewas dalam tragedi tsunami Selat Sunda pada 28 Desember 2018.
Masih teringat di benak Juliana setiap momen Ramadhan, sang suami selalu membangunkannya sahur. Namun, kini momen berharga itu tak mungkin terulang lagi.
"Sudah enggak ada yang bawel harus menyiapkan menu apa saja. Kayak salat, mengaji, pastilah kehilangan momen sama almarhum," tutur perempuan 30 tahun ini dikutip dari 20detik.
Tak hanya Juliana, putra sulung Juliana dan Herman, Hafuza Dhamiri Herman (6), juga masih belum melupakan sosok sang ayah tercinta. Juliana bercerita bahwa Hafuza sempat melakukan video call dengan latar belakang makam Herman.
Ketika itu, adik ipar Juliana sedang mengunjungi makam suaminya tersebut. Kemudian, ia melakukan video call dengan Hafuza.
Di sinilah terjadi momen yang mengharukan, Bunda. Lewat video call itu, Hafuza seolah bercerita kepada sang ayah mengenai kegiatannya di sekolah.
"Jadi apapun kegiatan dia tadi, dia sekolah, dia ini, dia cerita. Kayak ngobrol, tapi sama makam saja," ucap Juliana.
Melihat momen tersebut, tentu saja Juliana tak mampu membendung air matanya. "Iya pasti aku menangis, pasti mewek," ujar finalis Puteri Indonesia 2010 tersebut.
Menurut psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang karib disapa Anas, wajar saat anak merasa kehilangan karena ada rutinitas yang berubah. Misalkan sosok yang meninggal tersebut biasanya menemani sang anak makan atau antar jemput sekolah, namun saat ini tidak ada lagi.
Kemudian ditambah ada perasaan sedih dan kehilangan dari yang dia serap dan tangkap dari orang-orang sekitarnya. Anas pun berpesan bahwa dalam menghadapi anak yang sedang berduka sebaiknya menggunakan verbalisasi emosi dalam obrolan.
"Kita saja orang dewasa untuk move on butuh waktu kan. Jadi berikan anak kesempatan mengekspresikan perasaan atau emosi yang dirasakan lewat menggambar, main figure atau boneka tertentu. Amati juga apakah ada perubahan perilaku dan emosi anak pascakehilangan. Ini bukan untuk dimarahi tapi untuk dimengerti," ujar Anas.
(som/rdn)
Masih teringat di benak Juliana setiap momen Ramadhan, sang suami selalu membangunkannya sahur. Namun, kini momen berharga itu tak mungkin terulang lagi.
"Sudah enggak ada yang bawel harus menyiapkan menu apa saja. Kayak salat, mengaji, pastilah kehilangan momen sama almarhum," tutur perempuan 30 tahun ini dikutip dari 20detik.
Tak hanya Juliana, putra sulung Juliana dan Herman, Hafuza Dhamiri Herman (6), juga masih belum melupakan sosok sang ayah tercinta. Juliana bercerita bahwa Hafuza sempat melakukan video call dengan latar belakang makam Herman.
Ketika itu, adik ipar Juliana sedang mengunjungi makam suaminya tersebut. Kemudian, ia melakukan video call dengan Hafuza.
Di sinilah terjadi momen yang mengharukan, Bunda. Lewat video call itu, Hafuza seolah bercerita kepada sang ayah mengenai kegiatannya di sekolah.
"Jadi apapun kegiatan dia tadi, dia sekolah, dia ini, dia cerita. Kayak ngobrol, tapi sama makam saja," ucap Juliana.
Melihat momen tersebut, tentu saja Juliana tak mampu membendung air matanya. "Iya pasti aku menangis, pasti mewek," ujar finalis Puteri Indonesia 2010 tersebut.
Menurut psikolog anak dari Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang karib disapa Anas, wajar saat anak merasa kehilangan karena ada rutinitas yang berubah. Misalkan sosok yang meninggal tersebut biasanya menemani sang anak makan atau antar jemput sekolah, namun saat ini tidak ada lagi.
Kemudian ditambah ada perasaan sedih dan kehilangan dari yang dia serap dan tangkap dari orang-orang sekitarnya. Anas pun berpesan bahwa dalam menghadapi anak yang sedang berduka sebaiknya menggunakan verbalisasi emosi dalam obrolan.
"Kita saja orang dewasa untuk move on butuh waktu kan. Jadi berikan anak kesempatan mengekspresikan perasaan atau emosi yang dirasakan lewat menggambar, main figure atau boneka tertentu. Amati juga apakah ada perubahan perilaku dan emosi anak pascakehilangan. Ini bukan untuk dimarahi tapi untuk dimengerti," ujar Anas.
(som/rdn)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

Parenting
3 Cara Menyendawakan Bayi Baru Lahir, Bunda Perlu Tahu

Parenting
Kenali Pola Tidur Bayi 2 Bulan dan Membentuknya agar Ideal

Parenting
3 Fakta di Balik Penggunaan Minyak Telon Bayi Beserta Rekomendasi yang Bagus dan Aman

Parenting
Sunat Anak Perempuan Dilarang, Ketahui Bahayanya untuk Kesehatan


5 Foto
Parenting
Keseruan Wendy Cagur dan Keluarga Liburan di Korea Selatan, Ini 5 Potretnya
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda
Fase Bunda