Jakarta -
Tahun ini menjadi pengalaman pertama
Juliana Moechtar menjalani puasa tanpa sang suami, Herman Sikumbang. Seperti diketahui, gitaris Seventeen tersebut menjadi salah seorang korban tewas dalam tragedi tsunami Selat Sunda pada 28 Desember 2018.
Masih teringat di benak Juliana setiap momen Ramadhan, sang suami selalu membangunkannya sahur. Namun, kini momen berharga itu tak mungkin terulang lagi.
"Sudah enggak ada yang bawel harus menyiapkan menu apa saja. Kayak salat, mengaji, pastilah kehilangan momen sama almarhum," tutur perempuan 30 tahun ini dikutip dari
20detik.
Tak hanya Juliana, putra sulung Juliana dan
Herman, Hafuza Dhamiri Herman (6), juga masih belum melupakan sosok sang ayah tercinta. Juliana bercerita bahwa Hafuza sempat melakukan
video call dengan latar belakang makam Herman.
Ketika itu, adik ipar Juliana sedang mengunjungi makam suaminya tersebut. Kemudian, ia melakukan
video call dengan Hafuza.
Di sinilah terjadi momen yang mengharukan, Bunda. Lewat
video call itu, Hafuza seolah bercerita kepada sang ayah mengenai kegiatannya di sekolah.
"Jadi apapun kegiatan dia tadi, dia sekolah, dia ini, dia cerita. Kayak
ngobrol, tapi sama makam saja," ucap Juliana.
Melihat momen tersebut, tentu saja Juliana tak mampu membendung air matanya. "Iya pasti aku menangis, pasti
mewek," ujar finalis Puteri Indonesia 2010 tersebut.
Menurut psikolog anak dari
Tiga Generasi Anastasia Satriyo yang karib disapa Anas, wajar saat anak merasa kehilangan karena ada rutinitas yang berubah. Misalkan sosok yang meninggal tersebut biasanya menemani sang anak makan atau antar jemput sekolah, namun saat ini tidak ada lagi.
Kemudian ditambah ada perasaan sedih dan kehilangan dari yang dia serap dan tangkap dari orang-orang sekitarnya. Anas pun berpesan bahwa dalam menghadapi anak yang sedang berduka sebaiknya menggunakan verbalisasi emosi dalam obrolan.
"Kita saja orang dewasa untuk
move on butuh waktu kan. Jadi berikan anak kesempatan mengekspresikan perasaan atau emosi yang dirasakan lewat menggambar, main
figure atau boneka tertentu. Amati juga apakah ada perubahan perilaku dan emosi anak pascakehilangan. Ini bukan untuk dimarahi tapi untuk dimengerti," ujar Anas.
[Gambas:Video 20detik]
(som/rdn)