parenting
Sering Main Media Sosial Tingkatkan Risiko Depresi Anak
Selasa, 11 Jun 2019 07:20 WIB
Jakarta -
Jadi hal yang lumrah jika anak main gadget. Bahkan, banyak anak yang sudah punya akun media sosial sendiri. Padahal, penggunaan media sosial bisa meningkatkan risiko depresi pada anak lho, Bun.
Dimitri Christakis, Direktur Pusat Kesehatan, Perilaku, dan Pengembangan Anak di Seattle Children's Research Institute, berkomentar dalam Journal of American Medical Association, tentang pemakaian gadget oleh anak. Dokter anak di Rumah Sakit Anak Seattle ini berpendapat ada garis tipis antara paparan media yang menguntungkan dan merusak.
"Sebuah meta-analisis baru-baru ini menemukan remaja yang sering mengunakan media sosial punya risiko mengalami kesehatan mental yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang jarang menggunakannya," kata Christakis mengutip Businesslive.
Menurutnya, anak-anak yang menggunakan media sosial selama satu jam per hari, risiko depresinya meningkat sebesar 12 persen. Anak-anak yang menggunakan media sosial selama tiga jam sehari risiko depresinya meningkat 19 persen. Jika mereka main media sosial selama lima jam sehari, risiko depresinya meningkat 80 persen.
Ellen Selkie, asisten-profesor kedokteran remaja di University of Michigan, mengatakan kita harus mulai melihat media sosial secara berbeda. Menurutnya, jumlah waktu main gadget anak-anak yang lebih kecil dan lebih tua harus berbeda.
Untuk anak yang lebih muda, ada bukti yang mendukung perlunya membatasi lamanya waktu mereka main gadget. Tetapi pada anak yang lebih tua, orang tua perlu mempertimbangkan faktor lain seperti bersosialisasi.
Kata Selkie, tak masalah jika orang tua membolehkan anak punya gadget sendiri. Tapi, jika aktivitas main gadget sudah mengganggu kehidupan anak, seperti tidurnya terganggu, malas belajar, sudah saatnya anak mesti 'diet gadget'.
Memang ya, Bun, pemakaian gadget oleh anak kembali lagi pada keputusan masing-masing orang tua. Ada orang tua yang membolehkan si kecil pakai gadget lalu merasa terbantu nih. Ya, soalnya anak bisa belajar bahasa.
Psikolog anak dari TigaGenerasi @ Barawijaya Clinic, Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas, mencontohkan anak jadi jago bahasa Inggris karena games di gadget-nya berbahasa Inggris.
Namun, pemakaian gadget berlebihan kata Anas bisa mengakibatkan speech delay alias keterlambatan bicara. Soalnya, saat bermain gadget sendirian, stimulasi enggak didapat anak secara dua arah.
"Enggak cuma itu, saat anak udah kecanduan gadget, dia bisa gampang marah-marah dan tantrum ketika gadget-nya diambil. Bahkan, cuma diminta berhenti main gadget sejenak aja anak udah bisa marah-marah sampai membanting barang," papar Anas.
(rdn/rdn)
Dimitri Christakis, Direktur Pusat Kesehatan, Perilaku, dan Pengembangan Anak di Seattle Children's Research Institute, berkomentar dalam Journal of American Medical Association, tentang pemakaian gadget oleh anak. Dokter anak di Rumah Sakit Anak Seattle ini berpendapat ada garis tipis antara paparan media yang menguntungkan dan merusak.
"Sebuah meta-analisis baru-baru ini menemukan remaja yang sering mengunakan media sosial punya risiko mengalami kesehatan mental yang lebih tinggi dibanding dengan mereka yang jarang menggunakannya," kata Christakis mengutip Businesslive.
Menurutnya, anak-anak yang menggunakan media sosial selama satu jam per hari, risiko depresinya meningkat sebesar 12 persen. Anak-anak yang menggunakan media sosial selama tiga jam sehari risiko depresinya meningkat 19 persen. Jika mereka main media sosial selama lima jam sehari, risiko depresinya meningkat 80 persen.
Baca Juga : Trik Jitu Hadapi Nyinyiran Orang Lain soal Anak |
Ellen Selkie, asisten-profesor kedokteran remaja di University of Michigan, mengatakan kita harus mulai melihat media sosial secara berbeda. Menurutnya, jumlah waktu main gadget anak-anak yang lebih kecil dan lebih tua harus berbeda.
Untuk anak yang lebih muda, ada bukti yang mendukung perlunya membatasi lamanya waktu mereka main gadget. Tetapi pada anak yang lebih tua, orang tua perlu mempertimbangkan faktor lain seperti bersosialisasi.
![]() |
Memang ya, Bun, pemakaian gadget oleh anak kembali lagi pada keputusan masing-masing orang tua. Ada orang tua yang membolehkan si kecil pakai gadget lalu merasa terbantu nih. Ya, soalnya anak bisa belajar bahasa.
Baca Juga : Tips Ajari Anak Packing Baju Sendiri untuk Mudik |
Psikolog anak dari TigaGenerasi @ Barawijaya Clinic, Anastasia Satriyo yang akrab disapa Anas, mencontohkan anak jadi jago bahasa Inggris karena games di gadget-nya berbahasa Inggris.
Namun, pemakaian gadget berlebihan kata Anas bisa mengakibatkan speech delay alias keterlambatan bicara. Soalnya, saat bermain gadget sendirian, stimulasi enggak didapat anak secara dua arah.
"Enggak cuma itu, saat anak udah kecanduan gadget, dia bisa gampang marah-marah dan tantrum ketika gadget-nya diambil. Bahkan, cuma diminta berhenti main gadget sejenak aja anak udah bisa marah-marah sampai membanting barang," papar Anas.
(rdn/rdn)