Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak 0rang Kaya, Bunda Habibie Masih Kerja Jadi Guru Les

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Selasa, 24 Sep 2019 07:30 WIB

Diceritakan Habibie kalau sang mami pernah membuka les Bahasa Belanda untuk anak-anak teman dan kerabatnya.
Cerita masa kecil Habibie/ Foto: Hasan Alhabshy
Jakarta - Gaya parenting orang tua BJ Habibie membuat penasaran banyak orang. Adalah Alwi Abdul Jalil Habibie dan Raden Ayu Toeti Saptomarini, yang berhasil mendidik anak-anaknya menyandang nama besar.

Tak hanya Habibie seorang yang berhasil menjadi orang besar. Adik kandungnya, Junus Effendi Habibie atau biasa disapa Fanny pun sukses sebagai duta besar Indonesia untuk Belanda di tahun 2006-2010.

Diceritakan Habibie kepada Gina S Noer, penulis buku autobiografinya "Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner, kalau sang bunda yang biasa disapa Mami Toeti adalah wanita yang tegas dan galak. Terlebih saat Toeti harus mengasuh anak-anaknya tanpa kehadiran suami.

Ya, Bun, Alwi meninggal saat Habibie berusia 14 tahun. Sepeninggalan sang suami tercinta, Toeti bertekad untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah Belanda yang berkualitas.

Terlebih pada Habibie yang biasa disapa Rudy, telah disadari bakatnya yang lebih menonjol dibanding saudara-saudaranya yang lain. Sampai ke Jakarta pun rela dikejar demi masa depan anaknya.

Mami Toeti dan almarhum Papi Alwi, menyadari betul jika didikan Belanda akan membentuk kedisiplinan anak. Hal itu sangat penting untuk membentuk kepribadian anak-anaknya kelak. Bisa dibilang, pola pendidikan yang diperoleh anak-anak mereka adalah Islam-Jawa-Belanda.

Anak 0rang Kaya, Bunda Habibie Masih Kerja Jadi Guru LesKeluarga Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie

Papi Alwi berasal dari keluarga Islam yang kuat. Ayahnya Abdul Jalil Habibie adalah ulama terkenal di Gorontalo. Sementara itu, Toeti, Mami Habibie, adalah bangsawan Jawa yang terpelajar. Alwi dan Toeti menempuh pendidikan Belanda.

Alwi dan Toeti tahu bahwa mengirim anak-anak belajar di sekolah Belanda, artinya anak-anak juga diajari agama lainnya. Namun, mereka tidak khawatir karena telah memberi bekal pendidikan agama yang kuat.

Di rumah Rudy, kegiatan untuk dunia dan akhirat, dua-duanya berjalan seimbang. Mereka selalu salat berjamaah dengan diimami Alwi. Alwi juga selalu membaca Alquran setiap usai salat. Bahkan, Alwi pun meninggal saat sedang menjadi imam salat Maghrib bagi keluarganya.

Perpaduan Islam-Jawa-Belanda membuat mereka menjadi anak yang berdisiplin tinggi. Serta memiliki pikiran terbuka. Pertumbuhan anak-anak keluarga Rudy yang terlihat maju ini ternyata menjadi perhatian banyak bangsawan dan para kerabat, Bun.

Alhasil, banyak dari mereka yang sengaja menitipkan anak-anaknya di rumah keluarga Rudy. Harapannya, model pendidikan dan kelancaran berbahasa Belanda di keluarga Rudy bisa ditularkan ke anak-anaknya. Tradisi ini disebut ngenger, dalam budaya Jawa.

Menurut filosofi Jawa, kesuksesan dapat diperoleh jika kita mendekati orang yang telah memperoleh kesuksesan, dengan harapan, kelak bisa mengikuti kesuksesan orang yang diikutinya. Mereka yakin dengan mengikutkan anak-anak mereka ke dalam pola pendidikan ala Papi dan Mami, anak-anak mereka kelak akan memetik manfaat besar sebagaimana yang sudah tampak pada kepribadian Rudy dan saudara-saudaranya.


Mami Toeti juga saat itu membuka semacam les Bahasa Belanda dan sangat disiplin sekali menjalankannya. Tak satu pun anak yang boleh telat. Semakin banyak orang di rumahnya, itu artinya disiplin semakin ditegakkan. Rudy tak masalah dengan hal ini, meski Mami jadi terlihat lebih galak dari Papi. Jangan pernah main-main, itu yang paling diingat Rudy dan beberapa saudaranya yang ikut menumpang di rumah mereka.

[Gambas:Video 20detik]

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda