Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ningrat, OOTD Habibie Tak Boleh Bagus & Disuruh Cari Rumput

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Rabu, 25 Sep 2019 07:11 WIB

Habibie dan saudara-saudaranya harus memakai sarung dan baju yang lebih sederhana. Mereka juga tidak diperbolehkan memakai parfum.
Cerita masa kecil Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie
Masa kecil BJ Habibie banyak dihabiskan di Parepare, Sulawesi Selatan. Di sana, Habibie dididik dengan gaya parenting ala Belanda yang tegas, dan mengutamakan keterbukaan pikiran.

Itu sebabnya, sudah sedari kecil, Habibie dan saudara-saudaranya yang lain tumbuh menjadi anak yang cerdas. Habibie yang terlahir dari keluarga bangsawan, hidup dengan serba kecukupan di masa itu.

Sang mami, Raden Ayu Toeti Saptomarini terlahir dari pasangan R. Poespowardojo dan Rr. Goemoek alias Sadini Poespowardojo, pemilik sekolah Rr. Goemoek yang ternyata adalah putri M.Ng. Dr. Tjitrowardojo atau M. Radiman adalah seorang dokter spesialis mata yang terkenal di Yogyakarta.

Sedangkan papinya, Alwi Abdul Jalil Habibie juga merupakan anak seorang bangsawan di Sulawesi Selatan. Keduanya bertemu saat sekolah di Hooger Burger School (HBS).

Pernikahan orang tua Habibie sempat tak mendapatkan restu dari pihak keluarga ayahnya. Sebab, Alwi memilih untuk menikah dengan bangsawan Jawa. Sehingga, setelah memutuskan menikah, keduanya memutuskan untuk tinggal di Parepare. Jauh dari keluarga besar Alwi.

Orang Tua Larang Habibie kecil Pakai Baju Bagus, Kenapa?Masa kecil Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie

Meskipun demikian, keluarga mereka tetap bahagia. Anak-anak tumbuh berkecukupan dan berkesempatan mencicip pendidikan Belanda. Tapi, keadaan nyaman itu terpaksa harus berubah saat mereka terkena dampak Perang Dunia II.

Parepare sebagai kota penting di Sulawesi Selatan menjadi sasaran penting yang harus direbut Belanda. Ancaman pengeboman membuat Rudy harus berbekal sepotong karet (stief) yang dikalungkan ke leher jika berangkat sekolah.

Dari dalam rumahnya, Habibie kecil bisa melihat api yang membara dan asap membumbung. Saat pengeboman semakin sering terjadi membuat mereka harus mengungsi ke Teteaji. Tapi, bagi dia yang saat itu masih anak-anak, mengungsi tak ubahnya sedang liburan ke desa.

Diceritakan Habibie dalam buku "Rudy", Kisah Masa Muda Sang Visioner karya Gina S. Noer, dalam pengungsian keluarga mereka masih mendapat sambutan yang istimewa. Termasuk akses mudah untuk mendapatkan rumah yang layak.

Satu-satunya yang membuat kesal Habibie, atau saat itu biasa disapa Rudy, adalah masalah buku. Ya, saat mengungsi Rudy hanya diperbolehkan membawa lima buku saja. Rudy mengeluh, dia merasa kehilangan rumahnya. Namun kata Mami, "Rumah adalah keluarga." Buka halaman selanjutnya untuk melihat perjuangan mereka di pengungsian.

Melanie Subono, membagikan cerita kurang menyenangkan di peringatan tujuh hari meninggalnya Habibie.

[Gambas:Video 20detik]



Harus Pakai Sarung dan Tak Boleh Pakai Parfum

Cerita masa kecil Habibie/ Foto: Instagram @b.jhabibie

Tak sekali itu keluarga mereka harus mengungsi. Setelah kondisi sempat stabil, dan mereka diperbolehkan pulang ke Parepare, ternyata beberapa bulan kemudian harus mengungsi lagi. Kali ini mereka mengungsi ke Lanrae.

Di sana, mereka tak bisa sekolah karena ditutup akibat perang. Bagi Rudy, itu adalah masa untuk bermain. Tapi, tantangan baru untuknya yang saat itu masih berusia 8 tahun, harus berbaur dengan teman-teman barunya di Lanrae.

Di sana, hidupnya berubah 180 derajat, dia harus berbaur dengan anak-anak yang berbahasa Bugis setiap harinya. Papi dan Mami adalah orang tua yang disiplin, sehingga melindungi anak secerdas Rudy dari lingkungan barunya bukanlah opsi.

Rudy yang gagap jika bicara dengan orang di luar rumah akibat terlalu banyak diam membaca buku, justru harus diceburkan langsung ke masalah agar dia bisa mencari sendiri solusinya. Rudy dipaksa berbaur dengan anak-anak di Desa Lanrae. Kisah hidup Habibie kecil selanjutnya tak kalah mengharukan, klik next ya, Bun, untuk membacanya!

Rudy harus berbaur. Itu titah orang tuanya. Seluruh anak di keluarga Habibie dilarang memakai baju yang menunjukkan kalau mereka dari keluarga berada. Para anak laki-laki mereka harus memakai sarung dan baju yang lebih sederhana. Tidak perlu juga memakai wewangian.

Rudy yang tak suka main fisik, berkeringat, dan kotor-kotoran kini harus menjelma menjadi Rudy yang baru. Otak Rudy terus memikirkan cara baru agar bisa makin dekat dengan anak-anak Lanrae.

Habibie Pernah Disuruh Mencari Rumput dan Mengasuh Kuda

Kisah masa kecil Habibie/Foto: Instagram @b.jhabibie

Di samping itu, untuk membuat Rudy Mandiri, Papi Mami memberi tugas Rudy mencari rumput untuk makanan kuda, merawat kuda juga memandikannya, dan harus bisa segera menyediakan kuda untuk menarik andong setiap kali Mami harus pergi ke acara tertentu.

Rudy juga diajak berkeliling melihat perkebunan keluarga yang sangat luas dan dibukakan matanya bahwa perkebunan tersebut tidak bisa dipertahankan hanya dengan uang. Butuh ilmu untuk membuat puluhan tanaman tumbuh dan berhasil.

Papi Alwi juga selalu memberi Rudy nasihat bahwa sebagai manusia, putranya itu bisa menjadi mata air.

“Kalau kamu baik, semua di sekelilingmu juga akan baik. Kalau kamu kotor, semua di sekitarmu juga akan mati,” kata Alwi saat mengajak Habibie menceburkan kaki ke sungai setelah putranya kelelahan gara-gara harus mencari rumput untuk kuda-kudanya.

“Papi apa Rudy akan bisa menjadi mata air?” tanya Rudy.

“Nanti Rudy akan temukan sendiri jawabannya,” jawab Alwi. Dalam banyak hal, Papi memang lebih suka anak menemukan jawabannya sendiri.

(rap/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda