Jakarta -
Sama seperti anak lain,Â
anak dengan autisme juga akan mengalami pubertas. Sebagai persiapan, Bunda dan Ayah simak yuk bagaimana menyikapi anak autis ketika mereka memasuki masa puber.
Disampaikan psikolog anak dari Mayapada Healthcare Jakarta Selatan, Adisti F Soegoto yang akrab disapa Adis, anak autis juga memiliki kebutuhan seks seperti anak lainnya. Termasuk soal masturbasi. Nah, peran orang tua sangat dibutuhkan agar anak dengan autisme bisa mengendalikannya ketika hasrat itu muncul di tempat umum.
"Jika pada remaja lain ada dorongan seksual muncul, mereka masih bisa lihat situasi 'Oh mungkin enggak saya melakukan onani di tempat umum'. Sudah paham, cari tempat yang aman. Tapi dengan anak autisme, kalau dia lagi jalan-jalan ke mana, ada sesuatu yang membangkitkan gairah seksual, bisa saat itu mereka lakukan onani," kata Adis saat ngobrol dengan
HaiBunda.
Menurut Adis, hal ini bisa saja terjadi karena remaja dengan autisme memiliki kemampuan kurang dalam social awareness dan penilaian moral. Ketika mereka merasa butuh, bisa saja mereka langsung melakukan tanpa memedulikan lingkungan.
Adis mengatakan, untuk anak autisme memang tantangannya lebih sulit. Apalagi, orang tua juga perlu melihat spektrum sang anak, ringan atau berat, masih bisaÂ
berkomunikasi atau nonverbal alias sama sekali tidak ada komunikasi.
"Untuk mencegahnya, orang tua bisa melatih kapan anak boleh melakukan masturbasi itu dan kapan tidak. Tapi, ini tergantung lagi dari nilai dalam keluarga masing-masing ya," tegas Adis.
Lantas, bagaimana orang tua bisa tahu ketika muncul hasrat untuk masturbasi pada anak dengan autisme? Menurut Adis, sebelum sampai ke level onani sudah ada gejala-gejalanya. Misal, anak mulai terlihat gelisah dan tidak tenang.
"Biasanya perubahannya teramati. Sebelum sampai ke perilaku. Ketika orang tua mengamati ada perubahan di anak, bisa langsung dialihkan, jadi jangan sampai tiba-tiba di tempat umum melakukannya," kata Adis.
 Ilustrasi pendidikan seks untuk anak autis/ Foto: Thinkstock |
Berbicara tentang autisme, dikutip dari Web MD, ini merupakan kondisi neurobehavioral atau hubungan antara fungsi otak dan perilaku yang mencakup gangguan dalam interaksi sosial dan perkembangan bahasa. Kemudian, keterampilan komunikasi yang dikombinasikan dengan perilaku berulang.
Kondisi autisme juga disebut gangguan spektrum autisme atau autism spectrum disorder (ASD). Anak-anak dengan autisme mungkin memiliki gerakan tubuh yang berulang dan stereotip seperti bergoyang, berjalan, atau mengepakkan tangan.
Mereka juga memiliki respons tak biasa terhadap orang lain, ketertarikan pada suatu objek, penolakan terhadap perubahan dalam rutinitas, atau
perilaku agresif. Beberapa anak dengan autisme mengalami gangguan kognitif, bersosialisasi, dan berkomunikasi. Namun, mereka juga punya kelebihan yang tak dimiliki anak-anak lain, misalnya jago bermusik.
Simak manfaat terapi lumba-lumba untuk anak autis di video berikut.Â
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)