Jakarta -
Baru-baru ini
orang tua siswa SMA Kolese Gonzaga menuntut pihak sekolah karena anaknya tak naik kelas. Mereka menuntut Rp551 juta pada sekolah tersebut. Mengutip detikcom, ternyata ada beberapa alasan pihak SMA Gonzaga tak menaikkan kelas siswa tersebut.
Hal ini disampaikan oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi DKI Jakarta. Murid itu tak naik kelas bukan hanya karena masalah nilai, melainkan pernah merokok dan makan kuaci di dalam kelas. Yang bersangkutan kini memilih keluar dan tidak melanjutkan sekolah di Gonzaga.
"Kan si siswa ini satu mata pelajaran enggak tuntas, yaitu sejarah. Peminatan nilainya 68. KKM-nya 75. Nah kemudian ternyata jauh sebelumnya memang laporannya ada kasus saat live in program Katolik di Cilacap, dia kena tegur lah. Antara merokok atau apa gitu. Akhirnya ditegur dan dipulangkan kalau nggak salah," kata Kepala Seksi Peserta Didik dan Pengembangan Karakter Peserta Didik Disdik DKI Jakarta Taga Radja Gah.
Taga juga bilang murid tersebut juga sempat kedapatan makan kuaci di dalam kelas. Hal tersebut membuat siswa bersangkutan ditegur oleh guru sejarah.
"Setelah itu ada kejadian dia makan kuaci dalam kelas, ditegur guru sejarah itu. Nah itulah rangkaian cerita itulah yang disampaikan ke saya yang seakan-akan, barangkali maaf, dikonfirmasi lagi ke ortu bahwa seakan-akan gurunya enggak suka sama anaknya," kata Taga.
Taga juga menyebut alasan tidak tuntas nilai KKM salah satu mata pelajaran murid tersebut juga menjadi alasan sekolah tidak menaikkan kelas. Meskipun menurut Permendikbud No 53 Tahun 2015, satu pelajaran tidak tuntas bisa naik kelas. Namun terkait dua kasus lainnya (makan kuaci dan merokok) bisa diputuskan oleh Dewan Pendidikan.
"Jadi memang begini. Ada Peraturan Menteri Nomor 53 tahun 2015 tentang standar penilaian. Pada pasal 10 dijelaskan betul bahwa jika terdapat paling sedikit 3 mata pelajaran tidak tuntas, maka anak tersebut dinyatakan tidak naik. Itu kan paling sedikit 3, 3 mata pelajaran. Kalau dua naik. Apalagi satu gitu," papar Taga.
SMA Gonzaga/ Foto: SMA Gonzaga |
"Namun ada di standar proses itu bahwa rapat dewan pendidik itu adalah forum tertinggi memutuskan segala sesuatunya. Rapat dewan pendidik ya. Salah satunya adalah naik atau tidak naiknya siswa atau lulus tidak lulusnya siswa. Jadi, di
Gonzaga itu rapat dewan pendidik sudah memutuskan. Jadi artinya yg kedua peraturan ini kan sudah berlaku (soal merokok dan makan di kelas)," sambungnya.
Berkaca dari kasus ini, penting bahwa orang tua perlu mengajari anak sopan santun. Salah satu cara mengajari anak sopan santun adalah juga mengajari anak untuk disiplin.
Mengajari anak disiplin agar punya sopan santun bisa diterapkan di rumah seperti mengerjakan PR sebelum tidur, menggunakan ponsel di waktu tertentu dan mengajak makan di tempat makan.
Selain itu, usahakan bertanya pada anak apa kegiatannya di sekolah. Dengan begitu, anak terbiasa terbuka dengan orang tua, Bunda, demikian dilansir
Kids Health.
Apa lagi cara mengajari
anak sopan santun? Bunda bisa baca selengkapnya di
sini.
Simak juga cara tegas Meisya Siregar dalam mendidik anak melalui video berikut:
(aci/som)