Jakarta -
Saat ayahnya, Wahid Hasyim menjabat Menteri Agama,
Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang merupakan presiden ke-4 Indonesia sering mendampingi ayahnya dalam urusan pekerjaan di Jakarta. Namun, suatu hari, kecelakaan dialami Wahid Hasyim.
Kala itu, Sabtu, 18 April 1953, Gus Dur menemani Wahid Hasyim menghadiri pertemuan Nadhatul Ulama (NU) di Sumedang. Saat itu, Gus Dur berumur 12 tahun. Di perjalanan ke Bandung yang melalui jalan berkelok pegunungan, Gus Dur dan sopir duduk di kursi depan. Sedangkan, Wahid Hasyim dan temannya yang seorang penerbit Argo Sutjipto duduk di kursi belakang.
Mereka naik mobil chevrolet warna putih. Nah, di tengah perjalanan antara Bandung dan Cimahi, tiba-tiba hujan turun dan jalanan jadi licin. Saat sopir mempercepat laju kendaraan dan melewati kelokan yang sebenarnya enggak terlalu tajam, mobil selip.
Sempat ada truk yang datang dari arah berlawanan, tapi truk itu sempat berhenti. Nahasnya, ada mobil sedan yang berputar dan bagian belakangnya menabrak truk yang berhenti. Tumbukan terjadi dengan keras dan membuat Wahid Hasyim juga Argo Sutjipto terpelanting dari mobil dan tidak sadarkan diri.
"Saya dan sopir selamat, merayap keluar dari mobil. Ayah saya mengalami luka berat, dia mengalami cedera serius di kepala dan keningnya. Satu sisi dari muka dan leher pun terkoyak dan memar," kata Gus Dur dalam buku Biografi Gus Dur yang ditulis Greg Barton.
Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 13.00 WIB. Tapi, sayangnya ambulans baru tiba di tempat kejadian pukul 16.00 WIB. Selama menunggu ambulans, Gus Dur duduk di tepi jalan menunggui ayahnya yang tak berdaya. Sampai akhirnya Wahid Hasyim dan Argo Sutjipto dibawa ke RS di Bandung.
Di RS, Gus Dur enggak tidur sebab dia menunggui ayahnya. Malam itu pula, ibu Gus Dur, Solichah, ke RS dan menunggui
suaminya bersama sang putra. Jam 10.30 WIB keeseokan harinya, Wahid Hasyim menghembuskan napas terakhir. Selang beberapa jam, Argo Sutjipto yang meninggal dunia.
Gus Dur, putra Wahid Hasyim/ Foto: Istimewa/Getty Images |
Wahid Hasyim tutup usia di umur 38 tahun, sedangkan Gus Dur saat itu berumur 12 tahun. Meski kecelakaan maut ini mengguncang jiwanya, Gus Dur bisa berpikir tenang. Gus Dur ingat saat dirinya menunggui ayahnya yang tergolek tak berdaya di pinggir jalan, ia mendadak teringat pesan sang ayah bahwa ada sejumlah besar uang yang disimpan di bantalan kecil tempat duduk bagian belakang.
"Saya mengambil bantalan itu dan memegangnya erat-erat. Di RS pun saya tak mau menyerahkan bantalan itu pada siapa-siapa sampai saya beri ke ibu saya ketika dia datang ke RS," tutur Gus Dur.
Banyak orang yang mengira Gus Dur yang memegang erat bantalan kecil milik Wahid Hasyim sedang mengalami kesedihan mendalam. Wahid Hasyim dimakamkan di Jawa Timur. Dalam perjalanan jenazahnya ke sana, banyak orang yang memberi penghormatan terakhir pada Wahud Hasyim. Baik ketika di Jakarta maupun Surabaya.
Saat itulah, Gus Dur kecil sadar bahwa
cinta masyarakat pada ayahnya begitu besar.
Bunda, simak juga manfaat memelihara kucing untuk keluarga di video ini.
(rdn/rdn)