Jakarta -
Seorang ayah asal Singapura menceritakan kisah pilu karena kehilangan bayinya. Diketahui, sang bayi meninggal akibat penyakit
kawasaki.Kejadian tersebut terjadi pada Mei 2015, awalnya Jeremy Chew tak pernah curiga anaknya yang bernama Aiden mengidap penyakit kawasaki. Dia pun sempat menyesali karena merasa tidak memberikan perawatan tepat pada anaknya.
"Demamnya terus-menerus dan suasana hatinya tidak menentu. Gejala awalnya adalah ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Dia diberi obat demam dan dirawat sebagai demam normal oleh dokter anak di Rumah Sakit Mount Alvernia," kenang Chew.
Rupanya perawatan tersebut tak membuat anaknya membaik. Kondisi Aiden malah semakin buruk, dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit.
"Dokter A & E dari Mt Alvernia kemudian mengatakan bahwa Aiden mungkin menderita Kawasaki Disease (KD). Kami tidak tahu itu penyakit apa," ujarnya.
Dokter pun mencoba mengobatinya, tetapi perawatan Intravenous Immunoglobulin (IVIg) standar tidak dapat menurunkan demam Aiden. Dokter yang semula menangani Aiden pun akhirnya menyerah. Dokter bilang bahwa dia tidak bisa menangani Aiden karena penyakit yang diidap Aiden bukan spesialisasinya.
"Jadi dia meminta kita untuk mengirim Aiden ke Rumah Sakit KK untuk perawatan lebih lanjut," tuturnya.
 Foto: iStock |
Namun tampaknya perawatan tersebut terlambat. Aiden mengalami aneurisma jantung masif dan diharuskan mendapat suntikan setiap hari untuk mencegah pembekuan darah di aneurisma, yang akan memicu serangan jantung. Sayangnya, pada 25 Juni 2015, Aiden mengalami serangan jantung parah.
"Kami benar-benar hancur karena hasil ini, karena kami tahu sulit untuk mendapat donor jantung di Singapura, transplantasi organ hanya wajib untuk orang dewasa dan bukan untuk anak-anak," kenang Chew.
Setelah 6 bulan berjuang melawan penyakitnya, Aiden meninggal pada November 2015.
Dilansir
CNN Indonesia, penyakit kawasaki merupakan salah satu penyakit
autoimun. Biasanya disebabkan sistem imum tubuh yang terlalu aktif, sehingga menyerang kekebalan tubuh sendiri.
Penyakit ini menyerang anak-anak usia sekitar 6 bulan hingga 5 tahun, namun tak jarang menyerang anak-anak lebih tua dan remaja. Karena gejalanya beragam, tak jarang kadang terjadi salah diagnosis.
"Anak biasanya demam, timbul ruam merah, mata memerah, kelenjar getah bening bengkak, dan bengkak pada tangan dan kaki. Mereka juga bisa mengalami bibir merah dan pecah-pecah, dan kadang karena bengkak, kulit terkelupas pada sekitar jari tangan," jelas Michael Portman, kardiolog pediatrik di Seattle Children's Hospital.
Jika dirawat dan ditangani dengan tepat, anak-anak yang mengalami penyakit ini bisa bisa pulih seperti semula. Hanya saja, sekitar 7 persen dari mereka bisa mengalami komplikasi serius yang disebut aneurisma arteri koroner.
"Ini adalah kantung-kantung kecil yang membengkak di arteri yang memasok darah ke jantung, dan mereka dapat menyebabkan pembekuan dan menghambat aliran darah dan benar-benar menyebabkan serangan jantung," jelas Portman.
[Gambas:Video Haibunda]
(yun/muf)