parenting
Bayi Dibuang Dalam Kardus di Bekasi, Ini Dampak Buruk Psikologisnya
Rabu, 04 Dec 2019 17:03 WIB
Jakarta -
Kasus bayi Grace yang dibuang di pinggir Jalan Bambu Kuning Selatan, Kota Bekasi beberapa waktu lalu, menjadi perhatian banyak pihak. Pasalnya, Grace ditelantarkan dengan sepucuk surat wasiat agar yang menemukan bersedia merawatnya.
Terkait hal ini, psikolog Samanta Ananta, M.Psi., memberi tanggapan. Menurut Samanta, kondisi ekonomi yang sulit membuat orang tua bayi tersebut harus menitipkan anaknya dengan cara demikian. Selain itu, mungkin juga faktornya karena hamil di luar nikah, yang mengakibatkan orangtua tersebut merasa tidak berdaya dan tidak siap mengasuh anaknya.
Samanta juga menilai, surat wasiat yang ditulis orang tua Grace bertujuan agar pihak yang dititipkan tahu data diri sang anak. Orangtua Grace juga ingin anaknya tetap dipanggil sesuai dengan nama pemberiannya untuk tujuan jangka panjang. Yakni, saat orangtua sudah siap secara materi finansial dan mental lalu ingin bertemu anaknya lagi, ia dapat mengenali anaknya dari nama dan tanggal lahir.
"Menurut pandangan saya, orangtua ini ingin menitipkan anaknya namun tidak ingin diketahui identitasnya, umumnya karena prosedural di panti asuhan atau karena malu," tutur Samanta, saat dihubungi HaiBunda.
Meski begitu, kata Samanta, apa yang orangtua Grace lakukan pada bayi kecilnya ini bisa menyebabkan trauma psikologis pada Grace ketika dewasa nanti. Anak yang ditelantarkan bisa merasa rendah diri karena merasa 'dibuang' atau tidak diinginkan orangtuanya.
"Yang paling sulit dihindari hinggap pada anak adalah rasa rendah diri dan kesepian karena tinggal di panti asuhan dan seolah hidupnya hampa tidak mengenal orangtuanya," terang Samanta.
Kalaupun kelak hidup Grace dihabiskan di panti asuhan, maka peran pengasuh panti sangat penting untuk membentuk karakternya. Karena anak-anak di panti asuhan umumnya memiliki beberapa masalah dalam akademis dan interaksi sosial, sebagai akibat dari perasaan yang kesepian dan jauh dari orangtua kandungnya.
"Apalagi kasus yang dari bayi sudah tinggal di panti asuhan. Namun, jika ada pengasuh yang dapat membangun ikatan attachment atau kelekatan dengan anak maka ada harapan anak memiliki perasaan aman meskipun jauh dari orangtua kandungnya," jelas Samanta.
Meski begitu, Samanta tak menampik, pada periode usia praremaja sampai remaja akhir, mungkin saja bisa timbul perasaan benci dari anak pada orang tua akibat penelantaran. Jika hal tersebut terjadi, maka yang harus anak lakukan adalah mencoba pemaknaan positif terhadap pengalaman hidupnya.
"Misal, lebih baik hidup di panti asuhan daripada di jalanan. Dengan demikian dapat meminimalisir rasa benci," tukasnya.
Simak juga manfaat anak bermain dengan orang tua dalam video berikut, Bunda.
(yun/muf)
Terkait hal ini, psikolog Samanta Ananta, M.Psi., memberi tanggapan. Menurut Samanta, kondisi ekonomi yang sulit membuat orang tua bayi tersebut harus menitipkan anaknya dengan cara demikian. Selain itu, mungkin juga faktornya karena hamil di luar nikah, yang mengakibatkan orangtua tersebut merasa tidak berdaya dan tidak siap mengasuh anaknya.
Samanta juga menilai, surat wasiat yang ditulis orang tua Grace bertujuan agar pihak yang dititipkan tahu data diri sang anak. Orangtua Grace juga ingin anaknya tetap dipanggil sesuai dengan nama pemberiannya untuk tujuan jangka panjang. Yakni, saat orangtua sudah siap secara materi finansial dan mental lalu ingin bertemu anaknya lagi, ia dapat mengenali anaknya dari nama dan tanggal lahir.
"Menurut pandangan saya, orangtua ini ingin menitipkan anaknya namun tidak ingin diketahui identitasnya, umumnya karena prosedural di panti asuhan atau karena malu," tutur Samanta, saat dihubungi HaiBunda.
Meski begitu, kata Samanta, apa yang orangtua Grace lakukan pada bayi kecilnya ini bisa menyebabkan trauma psikologis pada Grace ketika dewasa nanti. Anak yang ditelantarkan bisa merasa rendah diri karena merasa 'dibuang' atau tidak diinginkan orangtuanya.
"Yang paling sulit dihindari hinggap pada anak adalah rasa rendah diri dan kesepian karena tinggal di panti asuhan dan seolah hidupnya hampa tidak mengenal orangtuanya," terang Samanta.
![]() |
Kalaupun kelak hidup Grace dihabiskan di panti asuhan, maka peran pengasuh panti sangat penting untuk membentuk karakternya. Karena anak-anak di panti asuhan umumnya memiliki beberapa masalah dalam akademis dan interaksi sosial, sebagai akibat dari perasaan yang kesepian dan jauh dari orangtua kandungnya.
"Apalagi kasus yang dari bayi sudah tinggal di panti asuhan. Namun, jika ada pengasuh yang dapat membangun ikatan attachment atau kelekatan dengan anak maka ada harapan anak memiliki perasaan aman meskipun jauh dari orangtua kandungnya," jelas Samanta.
Meski begitu, Samanta tak menampik, pada periode usia praremaja sampai remaja akhir, mungkin saja bisa timbul perasaan benci dari anak pada orang tua akibat penelantaran. Jika hal tersebut terjadi, maka yang harus anak lakukan adalah mencoba pemaknaan positif terhadap pengalaman hidupnya.
"Misal, lebih baik hidup di panti asuhan daripada di jalanan. Dengan demikian dapat meminimalisir rasa benci," tukasnya.
Simak juga manfaat anak bermain dengan orang tua dalam video berikut, Bunda.
(yun/muf)