Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Waspadai Batuk Rejan Anak, Terjadi Selama 100 Hari dan Rentan Menular

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Jumat, 06 Dec 2019 18:11 WIB

Batuk rejan terjadi selama hampir 100 hari dan bisa sangat menular pada anak bayi. Waspadai gejalanya ya, Bun.
Batuk rejan anak/Foto: Istock
Jakarta - Batuk menjadi penyakit langganan yang menimpa anak-anak. Enggak cuma faktor perubahan cuaca saja, karena salah makan pun bisa mengakibatkan batuk.

Pada kebanyakan kasus, batuk pada anak biasanya akan sembuh tanpa bantuan obat. Tapi dokter biasanya akan menyarankan orang tua untuk memperhatikan batuk anak yang terjadi pada malam hari, setelah berolahraga, dan selama musim alergi.


Melansir Parents, penyebab batuk yang paling umum pada batita adalah virus dan asma. Namun bisa juga akibat tersedak, mengi, atau gejala pilek dan influenza.

Jika batuk disertai dengan sakit, bisa juga menjadi tanda kalau anak sudah mau sembuh. Tapi, ada juga anak-anak yang mengalami batuk kering yang bertahan selama 3 minggu setelah pilek.

Jenis batuk

Sebelum memberi obat pada anak, sebaiknya Bunda memahami batuk yang dialami anak-anak. Sejauh ini batuk digolongkan menjadi 4 tipe: kering, basah, croup, dan rejan.

Batuk kering

Batuk kering yang dialami balita biasanya disebabkan karena infeksi pada saluran pernapasan bagian atas se[erti pilek dan influenza. Batuk yang sering terjadi pada malam hari akan menjadi lebih buruk karena pilek atau flu. Kondisi kamar yang panas, akan memperburuk gejalanya.

Namun, batuk kering juga bisa menjadi tanda awal infeksi saluran pernapasan bagian bawah. Seperti bronkitis (radang saluran udara kecil di paru-paru) atau pneumonia (radang jaringan paru-paru itu sendiri). Penyebab batuk kering balita yang lainnya bisa juga karena asma. Pertama kali muncul sebagai batuk kering di malam hari, atau karena paparan asap rokok atau iritasi serupa lainnya.

Batuk croup

Croup adalah penyakit yang menyebabkan batuk keras, kering, dan terdengar seperti 'menggonggong'. Croup pada batita menghasilkan trakea atas atau batang tenggorokan bengkak akibat infeksi virus. Seorang anak dengan croup dapat mengeluarkan suara bernada tinggi ketika menarik napas yang disebut stridor.

Batuk basah

Jika balita mengalami batuk basah, kemungkinan disebabkan oleh sekresi cairan dan lendir yang ditemukan di saluran pernapasan bagian bawah (batang tenggorokan dan paru-paru). Penyebab utama batuk basah antara lain karena infeksi dan asma.

Waspadai Batuk Rejan Anak, Terjadi Selama 100 Hari dan Rentan MenularBatuk rejan pada anak/Foto: iStock

Batuk rejan

Batuk ini juga dikenal sebagai pertusis, yang gejalanya mirip dengan batuk biasa. Tetapi bertahap menjadi lebih buruk dengan ritme cepat saat malam hari. Batuk ini biasanya terjadi 5 sampai 15 batuk staccato secara berurutan. Setelah batuk, anak akan bernapas dalam-dalam, kadang dengan mengeluarkan suara rejan.

Batuk rejan bisa terjadi selama tiga bulan lamanya. Sehingga disebut juga sebagai batuk seratus hari. Jika anak sudah menunjukkan gejala mengalami batuk rejan harus segera ditangani ya, Bunda. Sebab, penyakit ini bisa mengancam jika terjadi pada bayi yang belum cukup umur untuk mendapatkan vaksin pertusis.

Dikutip dari Web MD, batuk rejan pada bayi bisa menjadi penyakit serius. Pada beberapa anak bisa menyebabkan masalah pernapasan, radang paru-paru, dan kadang berujung kematian. Anak yang baru lahir sangat rentan mengalaminya, karena vaksin batuk rejan tidak diberikan pada bayi sampai mereka berusia 2 bulan.

Penyebab batuk rejan

Batuk rejan terjadi akibat infeksi pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Biasanya akan rentan dialami anak-anak berusia di bawah 6 bulan, anak berusia 11-18 tahun yang kekebalannya berkurang.

Tanda dan gejala batuk rejan

- Hidung beringus
- Bersin
- Batuk ringan
- Demam ringan

Setelah sekitar 1-2 minggu, batuk berubah menjadi kering dan iritasi, lalu berubah menjadi batuk yang terus-menerus terjadi. Biasanya berlangsung lebih dari 1 menit, hingga wajah anak terlihat merah atau ungu.

Di akhir batuk anak bisa saja mengeluarkan suara rejan atau mengejan. Bahkan bisa diikuti dengan muntah. Suara batuk rejan sangat khas karena menyerupai teriakan. Kadang-kadang bayi batuk seperti anak-anak yang lebih tua. Bayi juga akan terlihat terengah-engah dengan wajah memerah dan mungkin berhenti bernapas (apnea) selama beberapa detik.

Batuk rejan menular

Pertusis dikenal sebagai batuk yang sangat rentan menular. Bakteri menyebar dari orang ke orang melalui tetesan kecil cairan di hidung atau mulut anak yang terinfeksi. Bisa terjadi saat mereka bersin, tertawa, atau batuk.

Orang yang berada di sekitarnya sangat mungkin menghirup tetesan yang mengenai tubuh mereka. Lalu, tanpa sadar menyentuh mulut dan hidungnya. Pada tahap awal orang akan tertular batuk rejan sekitar 2 minggu, dari mulai terjangkit. Antibiotik memperpendek periode penularan menjadi 5 hari setelah dimulainya pengobatan antibiotik.

"Banyak kasus tidak terdiagnosis dan banyak yang tidak terobati dengan antibiotik, sehingga penyakit ini terus menyebar. Bayi berisiko paling tinggi menderita pertusis dan sakit parah, tetapi lebih banyak anak usia sekolah yang sakit daripada sebelumnya," ungkap Mary Anne Jackson, MD, kepala bagian penyakit menular di Children's Mercy Hospital di Kansas City, dilansir Parents.

Waspadai Batuk Rejan Anak, Terjadi Selama 100 Hari dan Rentan MenularBatuk rejan pada anak/Foto: iStock

Pencegahan

Batuk rejan dapat dicegah dengan vaksin pertusis, yang merupakan bagian dari imunisasi DTap (difteri, tetanus, aselular pertusis).

Vaksin batuk rejan

Perlindungan dari vaksin pertusis sangat memberikan perlindungan pada anak. Tapi sayangnya hanya berlangsung sangat singkat. Kekebalan anak terhadap batuk rejan mulai hilang 5-10 tahun, setelah vaksin diberikan.

Bahkan, sebelum waktu tersebut kalau anak mengalami batuk rejan maka kekebalan terhadap penyakit itu pun akan hilang. Vaksin pertusis telah digunakan sejak tahun 2005. Satu suntikan akan bekerja sekitar 90 persen untuk membentuk kekebalan terhadap batuk rejan.

Meskipun digadang-gadang akan bertahan setidaknya 5 tahun, tapi sebenarnya tak pernah ada yang tahu pasti berapa lama bisa efektif melindungi. Namun, vaksin ini dapat melindungi anak-anak dari tetanus dan difteri.

Pengobatan

Bunda dan Ayah harus segera menghubungi dokter jika anak menunjukkan gejala batuk rejan. "Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh, dan mengambil sampel lendir hidung dan tenggorokan untuk diperiksa di laboratorium. Tes darah dan rontgen dada juga mungkin akan dilakukan," ungkap Elana Pearl Ben Joseph, MD dilansir Kids Health.

Batuk rejan biasanya akan mendapat pengobatan dengan pemberian antibiotik. Banyak ahli kesehatan percaya bahwa antibiotik paling efektif memperpendek efek samping infeksi.

Beberapa anak dengan batuk rejan juga sangat mungkin mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bayi dan anak kecil perlu mendapat perawatan medis intensif untuk mencegah terjadinya pneumonia.


Kapan harus menghubungi dokter

- Batuk anak membuat kulit dan bibirnya memerah, ungu, dan biru.

- Anak muntah setelah batuk.

- Ada suara rejan atau mengejan setelah batuk.

- Anak mengalami kesulitan bernapas atau tampaknya mengalami periode singkat tidak bernapas (Apnea).

- Anak tampak bergerak sangat lamban.

Waspadai Batuk Rejan Anak, Terjadi Selama 100 Hari dan Rentan Menular


Bunda simak juga yuk cara meracik obat alami atasi batuk pilek, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]



(rap/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda