Jakarta -
Artis Charlize Theron membuat pengakuan yang menggemparkan. Dia buka suara ke publik jika sang ibu, Gerda membunuh ayahnya beberapa tahun silam.
Wanita 44 tahun ini menceritakan malam kelam saat ayahnya, Charles terbunuh. Waktu itu saat Therin berusia 15 tahun, dia dan ibunya ditodong senjata setelah ayah Theron pulang dengan mabuk.
Malam itu, ayah Theron sangat mabuk dan masuk ke rumah sambil memegang pistol. Theron dan ibunya berada di kamar tidur.
Ayah Theron berusaha mendorong pintu. Theron dan ibunya bersandar di pintu agar tidak bisa diterobos masuk.
"Dia mundur selangkah dan langsung menembak pintu tiga kali. Tidak ada peluru yang mengenai kami, itu sebuah keajaiban," tutur Theron.
Ibu Theron kemudian memutuskan untuk mengakhiri ancaman di malam mencekam itu. Gerda terpaksa mengambil jalan akhir untuk menyelamatkan diri, dengan membunuh Charles.
 Charlize Theron dan ibunya/ Foto: Kevork Djansezian/Getty Images |
Menurut Theron, keluarganya terjebak dalam situasi sulit karena ayahnya. Hari-hari yang dilewati bahkan lebih dari sekadar peristiwa yang terjadi malam itu.
"Ayah saya adalah orang yang 'sakit'. Dia seorang pecandu alkohol. Saya hanya mengenalnya sebagai pecandu alkohol," kata Theron, dikutip dari
NPR.
"Tentu saja, saya berharap apa yang terjadi malam itu tidak akan pernah terjadi," sambungnya.
Theron tidak takut atau malu menceritakan kisah kelam keluarganya. Sebab, semakin dia menceritakannya pada orang banyak, semakin dia pun sadar jika dirinya tidak sendirian.
"Saya pikir, cerita ini adalah mengenai tumbuh besar dengan pecandu dan apa dampak yang bisa terjadi pada seseorang," katanya.
Terlepas dari ayah yang pecandu alkohol, tentu kejadian penembakan dan pembunuhan bisa menyebabkan trauma pada Theron sebagai seorang anak. Psikolog dari Amerika, Devon MacDermott Ph.D mengatakan, trauma ini mengacu pada rasa sakit yang dialami seseorang ketika melihat dan mengalami langsung kejadian.
"Efeknya akan menimbulkan emosi tidak berdaya dan ketakutan yang intens. Mereka akan memiliki mekanisme untuk selalu merasa tidak aman karena khawatir dan ketakutan," ujar ManDermott, dikutip dari
Psychology Today.Hal ini lebih rentan jika dialami oleh anak-anak. Mereka akan mengalami dampak seperti merasa tidak aman, stres, dan kehilangan rasa
percaya diri. Saat itulah anak-anak butuh dukungan yang tepat agar mendapatkan kembali keseimbangan emosional, memulihkan kepercayaan mereka pada dunia, dan melupakan trauma.
Simak juga tips menangani trauma pada korban bencana di video berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rap)