Jakarta -
Memberi hukuman kerap dianggap strategi ampuh agar anak patuh. Meski tampaknya efektif, hal ini justru berlaku dalam jangka pendek saja, Bun.
Seperti diungkapkan oleh Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari dalam buku
Yuk, Jadi Orang Tua Shalih Sebelum Meminta Anak Shalih, hukuman hanya salah satu sarana dari sekian banyak sarana pendidikan anak. Jadi ini bukan satu-satunya cara untuk mengendalikan perilaku anak.
Menurut Ihsan, hukuman yang diberikan dengan cara tidak benar justru bisa berdampak buruk pada anak. Bahkan pada akhirnya, turut mempersulit orang tua juga.
"Jangan pernah menganggap hukuman fisik dilegitimasi oleh hadis Rasulullah SAW. Rasulullah SAW membolehkan hukuman fisik dengan syarat sangat ketat," tutur Ihsan.
"Ajarilah anak kalian mengerjakan salat ketika berumur 7 tahun, dan pukullah ia jika telah mencapai 10 tahun ia mengabaikannya" (HR Abu Daud, Al-Tirmidzi, Al-Baihaqi, Al-Hakim dan Ibn Khuzaimah).
Berdasarkan hadis tersebut, dapat dilihat bahwa anak baru boleh dipukul setelah mencapai usia 10 tahun. Pada usia ini, anak sudah mulai masuk pada 'kesempurnaan' akal. Menurut Ihsan, maka dari itu memberi hukuman fisik pada anak balita sepatutnya tidak dilakukan.
 ilustrasi beri hukuman pukul ke anak/ Foto: Thinkstock |
Hukuman fisik, seperti pukulan, dalam Islam pun hanya dilakukan pada pelanggaran aturan prinsip (yaitu salat). Bagi umat muslim, salat adalah ibadah yang sangat prinsipil. Itu sebabnya Rasulullah SAW menegakkan aturan ini, Bun.
Sebelum diberi hukuman fisik, anak juga diberi kesempatan terlebih dahulu. Seperti dalam hadis yang disebutkan sebelumnya, ada jeda waktu 3 tahun untuk anak belajar salat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam IslamÂ
hukuman fisik pada anak tidak serta-merta bebas dilakukan ya, Bun. Ada hal lain yang bisa dibiasakan agar anak patuh tanpa harus dengan hukuman, kok. Salah satunya dengan memberi motivasi dan menerapkan contoh yang baik.
Cek serunya dunia kartun anak di dufan dalam video ini:
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)