Jakarta -
Ketakutan wajar dialami siapapun, terutama anak-anak. Namun, Bunda harus mulai khawatir dan waspada jika ketakutan tersebut mengarah pada kecemasan yang dikenal dengan
Obsessive Compulsive Disorder (OCD).
OCD adalah gangguan pada otak dan perilaku yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini menyebabkan kecemasan parah pada mereka yang terkena dampak. Demikian dikutip dari laman
International OCD Foundation.
OCD melibatkan perilaku obsesi dan kompulsi yang dapat menghalangi aktivitas penting, seperti sekolah, pengembangan diri, hubungan sosial, dan kemampuan anak merawat diri. Secara umum, OCD didiagnosis ketika obsesi dan kompulsi ini berdampak negatif dan mengganggu kehidupan sehari-hari anak.
Dalam kasus yang jarang terjadi, gejala OCD mungkin berkembang dalam sekejap, misalnya perubahan cepat dalam perilaku dan suasana hati dan tiba-tiba muncul kecemasan parah. Ada sub-jenis OCD pediatrik yang disebabkan oleh infeksi, seperti radang tenggorokan, yang membuat bingung sistem kekebalan anak untuk menyerang otak dan terlihat seperti infeksi.
Kondisi tersebut menyebabkan anak mulai memiliki gejala OCD yang parah. Namun, gejalanya muncul secara bertahap.
Salah satu gejala OCD yang sering muncul adalah melakukan suatu tindakan berulang-ulang, selalu khawatir dengan bakteri atau sakit parah, serta terobsesi dengan kebersihan. Anak mungkin melakukan tindakan tersebut tanpa sadar agar rasa cemasnya hilang, Bun.
Ilustrasi anak menangis/ Foto: iStock |
Psikolog klinis Owen Kelly, PhD mengatakan, antara 0,25 sampai 4 persen anak-anak akan mengalami OCD. Rata-rata usia anak yang bisa terkena sekitar 10 tahun, meskipun anak-anak usia 5 atau 6 tahun dapat didiagnosis dengan OCD.
"Anak-anak dapat menunjukkan gejala OCD sekitar usia 3 tahun, tapi itu sangat jarang terjadi," kata Kelly, dilansir
Very Well Mind.Banyak balita suka mengurutkan objek berdasarkan warna, bentuk, ukuran atau tekstur. Balita dengan OCD mungkin menjadi sangat kesal jika suatu langkah dilompati atau ada sesuatu yang tidak beres dan membuat mereka menjadi sangat cemas.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua menjadi sangat penting dalam keberhasilan perawatan OCD. Salah satunya dengan mengingat keterbatasan perkembangan kognitif anak-anak dan penjelasan konsep abstrak yang sesuai untuk usia anak.
"Orang tua dapat menjadi sumber dalam membantu terapis untuk mengembangkan cara menyajikan materi yang masuk akal bagi anak," ujar Kelly.
Seluruh anggota keluarga juga harus dilibatkan, terutama dalam terapi
exposure and response prevention (ERP). Agar pengobatan dapat bekerja, jenis-jenis
paksaan pada anak harus dihentikan dan anggota keluarga harus mengetahui hal ini.
"Obsesi anak bisa berbeda dari orang dewasa. Tidak jarang bagi anak-anak dengan OCD memiliki obsesi spesifik, misalnya terkait dengan kematian orang tua mereka. Sedangkan, tindakan kompulsif atau paksaan juga lebih banyak terjadi di lingkungan keluarga," ungkap Kelly.
Bunda, simak juga tips mencegah fobia pada anak, di video berikut:
(ank/rdn)