Jakarta -
Saat anak laki-laki Bunda menginjak usia 9 tahun, tentu ada beberapa perubahan yang terjadi. Ya, usia 9 tahun sudah masuk kategori praremaja atau preteen. Ada banyak hal yang terlintas di pikiran anak 9 tahun yang mungkin Bunda tidak sadari dan tahu. Usia ini adalah saat ketika dia akan mendapatkan banyak hal dalam hidupnya.
Mengutip
WebMD, secara mental, anak usia 9 tahun akan mengerti rasanya disukai dan mencari pengakuan. Anak laki-laki juga akan mulai tahu mana yang benar dan salah. Ia juga mengerti tentang aturan.
Bunda mungkin akan memerhatikan tanda pertama ia mulai puber, testis dan penis mereka mulai tumbuh. Untuk itu Bunda jangan lupa ajarkan edukasi seks pada anak.
Anak setidaknya harus memahami apa yang membuat hubungan lawan jenis positif dan apa yang membuat hubungan buruk. Mereka meningkatkan pengetahuan tentang keamanan internet, termasuk bullying dan sexting.
"Mereka harus mengetahui risiko berbagi foto telanjang atau eksplisit tentang diri mereka sendiri atau teman sebaya mereka," tulis
About Kidshealth.Anak juga harus memahami bagaimana media mempengaruhi cara orang memandang tubuh mereka dan harus dapat berpikir kritis tentang bagaimana seksualitas digambarkan di media. Ini berarti anak dapat menilai apakah penggambaran seks dan seksualitas itu benar atau salah, realistis atau tidak, dan apakah itu positif atau negatif.
Beralih dari edukasi seks, anak laki-laki usia 9 tahun itu sedang aktif-aktifnya olahraga. Mungkin Bunda bisa memfasilitasi hobi olahraga mereka, misalnya sepatu olahraga atau yang simpel, memberikan waktu untuk berolahraga di samping belajar.
 Ilustrasi ibu dan anak laki-laki/ Foto: Thinkstock |
Untuk urusan akademik, anak juga akan mulai mempelajari mata pelajaran matematika yang lebih rumit, seperti desimal, pembagian panjang, dan mungkin geometri.
Jika Bunda berpikirÂ
anak laki-laki Bunda sedang bersusah payah di sekolah, bicarakan dengan gurunya untuk mengetahui apakah Bunda memiliki alasan untuk khawatir. Guru juga dapat menyarankan cara-cara Bunda dapat membantu anak mengerjakan tugas sekolah dan membuatnya tetap tertarik untuk belajar.
Ketika anak pulang dari sekolah, bicarakan dengannya tentang harinya dan bantu pekerjaan rumah jika ia membutuhkannya. Untuk anak laki-laki, Bunda bisa tetapkan aturan yang konsisten di rumah. Tetapkan aturan untuk bagaimana memperlakukan orang dewasa dan anak-anak lain dan memujinya ketika dia berlaku baik.
Satu hal yang tak kalah penting adalah waktu layar harus dibatasi hingga 1 atau 2 jam sehari. Buatlah sesuatu untuk dinanti-nantikan setelah pekerjaan rumah atau tugas selesai selain bermain gadget.
"Ini juga usia yang tepat untuk mulai meletakkan aturan dasar untuk online. Beri tahu anak untuk tidak memberikan informasi kepada siapa pun, seperti kata sandi, gambar, alamat rumah Anda, atau nomor telepon," tulis Renee A. Alli, MD.
"Dia harus tahu bahwa tidak semua yang dia baca atau lihat di internet adalah benar dan dia harus memberi tahu Anda jika ada orang asing yang mencoba berbicara dengannya secara online," tulis Alli.
Terakhir, satu pelajaran penting bagi Bunda saat mendidik anak laki-laki, jangan pernah memberi tahu mereka, "Anak laki-laki besar jangan menangis" atau "Kamu bertingkah seperti anak perempuan." Selain memperkuat stereotip gender, pembicaraan seperti itu sebenarnya bisa berbahaya.
"Jika anak laki-laki terputus dari mengomunikasikan perasaan-perasaan keras secara jujur, energi kemarahan tidak hanya berkurang atau hilang; itu dapat mendorong perilaku buruk dan mencemari perasaan seorang anak laki-laki tentang dirinya dan kehidupan secara umum, "kata Michael C. Reichert, Ph.D. seorang psikolog dan penulis
How to Raise a Boy: The Power of Connection to Build Good Men.
Simak juga video tentang kiat edukasi seks sejak dini:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/aci)