Jakarta -
Belajar dari rumah bukan hal yang mudah bagi anak-anak kecil. Mereka lebih senang bermain ketimbang mengerjakan tugas sekolah. Jadi jangan kaget kalau Bunda melihat si kecil tak bisa diam meski mengerjakan tugas. Duh, Nak, Bunda kok pusing lihatnya.
Mungkin saja anak-anak juga berperilaku yang sama ketika di sekolah, bergerak terus meski guru sedang menjelaskan pelajaran. Ternyata,Â
anak-anak bergerak di rumah dan kelas karena berbagai alasan, Bunda.
Psikolog Lynne Kenney dan konsultan kesehatan mental anak usia dini Wendy Young menjelaskan, dalam penelitian mereka, anak-anak yang terlalu banyak bergerak mendapat rangsangan berlebihan pada panca indra, mengalami masalah pendengaran atau penglihatan, dan masalah lain yang berhubungan dengan gerakan itu.
Kenney mencontohkan, masalah neuroniologis seperti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), perbedaan kemampuan belajar, keterlambatan perkembangan, dan keterlambatan perkembangan emosional-sosial.
"Kita perlu mempertimbangkan apakah penyebabnya adalah masalah perkembangan ataukah biologis," kata Kenney, dalam buku
50 Panduan Mengasuh Anak yang Sulit Diatur.
Beberapa anak yang tidak bisa diam, untuk mengaktifkan otak, biasanya dengan cara berdiri, berjalan, mengetuk-ngetukkan pensil, dan mengunyah penghapus. Gerakan yang melibatkan sistem keseimbangan tubuhnya membantu menjaga kewaspadaan dan gairah melalui interaksi dengan sistem pengaktifan retikular, bagian yang menghubungkan tulang belakang ke otak.
"Gerakan kecil anak Anda benar-benar melepaskan neurotransmiter seperti dopamin yang membantu otak tetap aktif. Menakjubkan, bukan?" Ujar Kenney.
 Ilustrasi anak belajar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/dragana991 |
Namun, bagi beberapa anak, gerakan itu
ekspresi perasaan. Ketika merasa khawatir, gugup, frustrasi, marah atau sakit hati, anak-anak bergerak untuk mengekspresikan diri. Lantas orang tua harus bagaimana?
"Kami tidak menganjurkan Anda memaksa anak berhenti bergoyang, atau bergerak karena otak terkadang memerlukan gerakan untuk tetap terangsang. Kami justru senang jika Anda mempertimbangkan apakah anak dapat belajar lebih baik sembari bergerak," jelasnya.
Kenney menyadari, orang tua bisa merasa frustrasi ketika anak tak bisa duduk diam, begitu pula guru yang menghadapinya di kelas. Namun, untuk menangani kebiasaan bergoyang, Bunda bisa membicarakan tentang kebiasaannya. Apakah anak menyadari dia banyak bergerak? Apakah anak merasa perlu bergoyang untuk mengeluarkan energinya.
Sebagai orang tua, kata Kenney, tentu ingin yang terbaik untuk anak-anak. Terkadang orang tua merasa malu ketika orang lain meminta anak berhenti. Namun, menghentikan perilaku bukan tujuan utama. Tujuan orang tua adalah mengubah perilaku bergerak.
Berbicara tentang anak yang aktif, psikolog anak Rini Hildayani, M.Si, Psychologist, menjelaskan, anak yang aktif dan memiliki tujuan dari perilakunya tersebut, bukan termasuk anak yang hiperaktif. Jika ternyata keaktivan anak tidak bertujuan, maka orang tua perlu bertanya terlebih dulu pada anak.
"Tanya dulu, kenapa dia kok putar-putar ke sana ke sini, kalau anak ternyata bilang sedang jadi superman, jadi superhero, kan berarti di sedang berimajinasi. Jadi kita jangan langsung mikir dia putar-putar nggak ada tujuan," tutur Rini, dikutip dari
detikcom.
Bunda, simak juga cara tegas Meisya Siregar dalam mendidik anak-anaknya, di video
Intimate Interview berikut:
[Gambas:Video Haibunda]
(muf/muf)