PARENTING
4 Tes untuk Mendeteksi Disleksia pada Anak
Annisa Afani | HaiBunda
Senin, 08 Jun 2020 15:51 WIBJika anak mengalami beberapa tanda seperti kesulitan membaca, menulis atau bicara terbata-bata, Bunda bisa melakukan tes lebih dahulu, apakah si kecil mengalami disleksia. Tes disleksia akan mengidentifikasi area spesifik kelemahannya dalam membaca.
Dilansir dari Understood, ada beberapa contoh keterampilan yang dapat dinilai dalam tes disleksia. Berikut adalah empat jenis tes yang bisa dilakukan:
Baca Juga : 9 Kelebihan Anak Disleksia yang Jarang Diketahui |
1. Kesadaran fonologis
Tes ini meliputi subtest mencampur suara dari Woodcock-Johnson III (WJ III) dan tes komprehensif proses fonologis; subtest pemrosesan fonologis NEPSY-II
Yang diukur kemampuan seorang anak untuk mengisolasi dan bekerja dengan suara
Mengapa penting karena kesulitan dengan kesadaran fonologis adalah kunci dari disleksia. Itu karena keterampilan pemrosesan fonologis adalah dasar untuk keterampilan membaca. Jadi mereka adalah prediktor yang baik untuk kemampuan membaca pada anak kecil.
Cara kerjanya: Evaluator akan meminta anak untuk mencampur suara dan membagi kata-kata. Misalnya, anak mungkin akan diminta untuk mengatakan apa yang tersisa dari kata yang didengar jika Anda mengeluarkan bunyi pertama.
Atau evaluator mungkin mengatakan "pe" ... "ya" dan minta anak disuruh untuk mengisi suara tengah dari kata tersebut. Suara tengah adalah yang paling sulit, Bunda. Anak-anak yang lebih kecil diberi kata-kata yang lebih mudah dalam ujian, namun seiring bertambahnya usia, maka kata yang digunakan pun kesulitannya akan meningkat.
2. Menilai penguraian
Tes ini meliputi subtest mengidentifikasikan kata dari WJ III; subtest membaca dan pseudoword decoding dari Tes Prestasi Individual Wechsler - Edisi Ketiga (WIAT-III).
Yang diukur kemampuan anak untuk memecahkan kode kata-kata dengan cepat dan akurat. Ini juga menguji kemampuan untuk mengenali kata-kata yang akrab.
Mengapa penting karena anak-anak yang lebih kecil dapat terlihat membaca padahal sebenarnya tidak. Itu mungkin karena mereka menghafal kata-kata.
Cara kerjanya: Evaluator akan meminta seorang anak membacakan dengan lantang satu kata dan pseudoword atau kata-kata palsu yang terlihat seperti kata asli tetapi tidak memiliki arti. Kemudian, anak harus menguraikan kata-kata palsu tersebut untuk menguji kemampuannya dalam menerapkan aturan mencocokkan unit suara dengan simbol tertulis saat mengeluarkan kata-kata.
3. Kelancaran Membaca dan Pemahaman
Tes ini meliputi subtest pemahaman dari WJ III dan pemahaman membaca dari WIAT-III; subtest membaca fasih dari WJ III dan TOWRE-2 (untuk akurasi).
Yang diukur, seberapa akurat dan lancar seorang anak dapat membaca satu paragraf serta memahami apa yang dibaca.
Mengapa penting karena daripada membuat anak membaca kata-kata secara terpisah, tes ini mengharuskan mereka membaca kata-kata dalam konteks, sehingga menilai kemampuan 'nyata' mereka untuk membaca.
Beberapa anak tampaknya membaca pada ujian sekolah, tetapi terkadang tes tersebut memiliki petunjuk gambar yang dapat membantu anak-anak mengetahui kata-kata dan makna dari apa yang mereka baca. Saat membaca dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak mungkin yak memiliki petunjuk seperti ini.
Tes di sekolah juga mungkin tidak menangkap sebenarnya seberapa lambat dan sulitnya membaca bagi anak-anak. Atau bahkan, beberapa anak mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk memecahkan kode dari kata-kata, sehingga mereka tidak dapat mengingat apa yang baru saja mereka baca.
Cara kerjanya: Anak akan membaca dengan keras, kemudian menjawab pertanyaan pilihan ganda atau terbuka tentang bagian tersebut. Pada beberapa tes, anak-anak bisa merujuk ke bagian itu, namun pada orang lain mereka tidak bisa.
4. Penamaan cepat
Tes ini meliputi subtest penamaan cepat NEPSY-II; subtest penamaan gambar dengan cepat dari WJ III.
Yang diukur, kecepatan dan kemudahan anak dalam memberikan nama huruf, angka, objek dan warna pada suatu objek akan diukur, Bunda. Selain itu, tes ini juga masih terkait pada keterampilan dan kelancarannya saat membaca.
Mengapa penting karena mampu melihat objek, simbol atau kata di atas kertas dan memberi nama dengan cepat berarti anak dapat mengambil informasi fonologis dengan cepat dan otomatis.
Anak-anak dengan disleksia biasanya tidak memiliki kemampuan ini, Bunda, sehingga kelemahan tersebut bisa berdampak pada kemampuan membaca, menulis, dan berbicara.
Cara kerja: Evaluator akan memberikan kartu pada anak dengan baris yang berisi berbagai item. Ada kartu yang berbeda, beberapa dengan huruf, yang lain dengan angka, warna, atau gambar benda yang sama. Selanjutnya, anak akan diminta untuk memberi nama-nama secepat mungkin, mulai dari kiri atas dan baris demi baris.
Evaluator akan mencatat berapa lama dan keakuratan yang anak berikan. Selain itu, anak-anak yang lebih muda biasanya hanya ditunjukkan objek dan warna.
Apa yang terjadi setelah pengujian disleksia?
Evaluator akan melihat hasil dari semua tes secara bersamaan, sehingga mungkin dibutuhkan beberapa minggu untuk mengumpulkan informasi, menulis laporan hingga mendapatkan hasilnya.
Jika tes menunjukkan bahwa anak menderita disleksia, ada beberapa langkah yang harus diikuti untuk mendapatkan bantuan. Bunda, perlu untuk mencari tahu jenis akomodasi disleksia yang mungkin memenuhi syarat bagi si kecil, dan dapatkan tips dan informasi untuk berbicara dengan guru tentang disleksia anak Bunda.
Bunda, lihat juga tips menumbuhkan minat baca pada anak dalam video berikut: