Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak Ingin Pelihara Kucing? 7 Masalah Kesehatan Ini Bunda Perlu Tahu

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 07 Jul 2020 13:36 WIB

Child is kissing a cat
Ilustrasi anak pelihara kucing/ Foto: Getty Images/iStockphoto/ehaurylik
Jakarta -

Belakangan ini mungkin Bunda merasakan anak-anak jadi banyak permintaan supaya enggak bosan di rumah. Salah satunya ingin memiliki hewan peliharaan seperti kucing atau anjing.

Ini yang Bubun alami. Si sulung sering banget tanya, kapan boleh pelihara kucing di rumah. Sejak balita, bocah kelas 2 SD ini memang paling happy main sama kucing milik tetangga.

"Bunda, aku kapan boleh punya kucing sendiri?" itu yang selalu ditanya anak perempuan Bubun.

Dijelaskan psikolog anak Dr Richard Woolfson, Ph.D, PGCE, MAppSCi, CPsychol, FBPsS, ada banyak hewan peliharaan yang ramah dan suka anak-anak. Tapi, anak kecil suka membuat hewan-hewan ini takut, sekalipun hewan peliharaan yang paling tenang.

Nah, kalau anak-anak ingin memelihara hewan, Woolfson mengimbau untuk memperhatikan beberapa hal ini, Bunda:

1. Bahaya cakaran dan gigitan

Apabila anak-anak masih di bawah usia empat tahun, paling berisiko terkena gigitan anjing atau kucing. Selain itu, hewan juga bisa menyebarkan infeksi.

"Misalnya reptil yang menyebarkan salmonella, cakaran anjing dan kucing yang kotor bisa membawa infeksi. Gigitan atau cakaran kucing dapat menyebabkan penyakit goresan kucing," kata Woolfson, dalam buku Preschooler Bible.

2. Periksa kutu secara teratur

Menurut Woolfson, anjing dan kucing yang menghabiskan banyak waktu di luar bisa terkena kutu, yang menyebarkan penyakit Lyme. Kalau Bunda memelihara anjing atau kucing, periksalah secara teratur serta melakukan perawatan preventif kutu.

3. Jangan sentuh kotoran dan muntah

"Beritahukan anak untuk tidak menyentuh kotoran anjing atau kucing, serta muntahnya karena bisa membawa infeksi," jelas Woolfson.

Ia menjelaskan, kotoran kucing juga membawa parasit penyebab penyakit Toxoplasma gondii. Parasit tersebut menyebabkan toksoplasmosis, yang menimbulkan gejala mirip flu ringan, seperti suhu tinggi, sakit tenggorokan, dan otot sakit.

Child holding baby cat. Kids and pets. Little girl hugging cute little kitten at home. Domestic animal in family with kids. Children with pet animals.Ilustrasi anak pelihara kucing/ Foto: Getty Images/iStockphoto/FamVeld

4. Parasit di tanah

Woolfson juga mengatakan, pada orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah seperti anak kecil, akan lebih mudah mengalami komplikasi.

Yang perlu diwaspadai, parasit di kotoran kucing juga bisa tertinggal di tanah. Kalau si Kecil memelihara kucing dan ingin membantu Bunda berkebun, atau bermain tanah, cobalah untuk mengenakan sarung tangan.

5. Bulu binatang sebabkan alergi

Woolfson mengingatkan, kalau anak alergi terhadap bulu, pertimbangkan memiliki hewan peliharaan yang bulunya tidak rontok, misalnya pudel.

"Jauhkan hewan peliharaan dari kamar tidur, untuk berjaga-jaga. Ajari anak Anda untuk tidak mendekati binatang yang tidak ia kenal, meskipun itu hewan peliharaan teman," ujarnya.

Selalu tanyakan pada pemilik apakah anjingnya aman dan suka dibelai.

6. Pelajari bahasa tubuh hewan

Bunda bisa mempelajari bahasa hewan, sehingga bisa membantu anak agar jangan pernah mendekati anjing yang postur tubuhnya kaku. Anjing yang santai jauh lebih aman.

"Jika seekor anjing berjalan pergi atau menjauhimu, itu artinya dia tidak mau dekat denganmu. Ketika seekor anjing takut, ia meringkuk dan bersembunyi di bawah furnitur. Bahkan mungkin telinganya datar, menunjukkan giginya, atau menggeram," jelas Woolfson.

7. Bersikap ke hewan peliharaan

Woolfson menyarankan, orang tua sebaiknya mengajarkan anak bagaimana cara merawat hewan peliharaan. Anak mungkin perlu waktu sebelum dia benar-benar mengerti, tetapi ada baiknya memulai dari awal.

"Jelaskan kepadanya bahwa ia seharusnya tidak boleh meremas binatang, menjatuhkannya, melempar, mengambilnya terlalu cepat, menggoda, menarik ekor atau telinganya, mengganggunya jika sedang makan, tidur, atau merawat anak-anaknya, atau mengambil mainan atau tulang dari anjing," tuturnya.

Anak juga juga harus mencuci tangan setelah memegang hewan peliharaan, dan jangan pernah mengajak anjing ke meja makan.

Mengenai alergi bulu hewan, Dr.Dawn Lim, dokter anak yang fokus di bidang alergi, mengatakan, bulu binatang peliharaan seperti hamster dan burung berpotensi menyebabkan alergi. Meskipun, kucing dan anjing jadi penyebab paling umum alergi terhadap hewan. Bahkan, di rumah-rumah yang tak memiliki hewan peliharaan juga bisa ditemukan alergen kucing dan anjing.

"Karena alergennya sangat kecil dan lengket, melayang-layang dan menempel di hampir semua permukaan. Mereka ditemukan di dinding dan lantai, karpet, furnitur, kasur, dan bantal. Mereka juga dapat menempel pada pakaian," kata Lim, dalam bukunya yang berjudul Childhood Allergies.

Bunda, simak juga yuk manfaat memelihara kucing bagi keluarga, dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda