PARENTING
Usia Berapa Anak Boleh Dikasih Obat Batuk dan Pilek?
Annisa Afani | HaiBunda
Selasa, 18 Aug 2020 05:00 WIBMayoritas anak akan mengalami pilek antara enam hingga delapan kali dalam setahun. Beberapa orang tua, ada yang memberikan obat yang dijual bebas (OTC) untuk mengatasinya. Padahal, obat-obatan batuk dan pilek tersebut tidak boleh asal-asalan diberikan ke anak lho.
Dokter anak telah merekomendasikan agar orang tua tidak memberikan obat pilek dan batuk yang dijual bebas kepada anak di bawah usia 6 tahun. Pasalnya, efek samping obat batuk dan pilek yang dijual bebaas dan tanpa resep dokter justru lebih besar daripada manfaatnya.
"(Anak) di bawah usia 6 tahun tidak disarankan untuk mengonsumsi obat flu yang dijual bebas. Efek sampingnya bisa jauh lebih besar dari manfaat potensial dari obat-obatan ini," kata asisten asisten profesor klinis pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern dan juru bicara American Academy of Pediatrics (AAP), Dr Andrew Bernstein, dikutip dari Insider.
Untuk anak usia 6 tahun ke atas, bisa menggunakan obat tersebut meski masih belum terbukti manfaatnya. Dia menjelaskan bahwa semua obat flu yang dijual bebas hanyalah pengobatan simtomatik. Pada beberapa anak, obat tersebut bekerja dengan baik, namun bagi yang lain mungkin tidak.
Sementara Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) merekomendasikan anak-anak di bawah usia 2 tahun tidak boleh diberikan obat batuk dan pilek yang dijual bebas. Sedangkan AAP tidak merekomendasikan obat-obatan batuk dan pilek OTC dikonsumsi anak-anak di bawah usia 4 tahun.
Obat batuk dan pilek yang tidak dianjurkan untuk bayi dan anak
Dikutip dari Medicine Net, ada empat kategori obat yang tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi anak-anak di bawah usia-usia tersebut, yakni:
- Ekspektoran batuk (guaifenesin)
- Penekan batuk (dekstrometorfan, DM)
- Dekongestan (pseudoefedrin dan fenilefrin)
- Antihistamin tertentu seperti brompheniramine, . chlorpheniramine maleate, dan diphenhydramine (Benadryl)
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di British Medical Journal (BMJ )menyimpulkan bahwa obat-obatan dekongestan atau antihistamin yang dijual bebas mungkin tidak membantu, malah berisiko. "Kami tidak merekomendasikan dekongestan atau formula yang mengandung antihistamin pada anak di bawah 6 tahun dan menyarankan untuk berhati-hati untuk anak antara 6-12 tahun," tulis makalah tersebut.
Menurut makalah itu, obat-obatan tersebut tidak terbukti meringankan gejala batuk dan pilek untuk anak usia dini. Adapun efek samping yang mungkin mereka rasakan, seperti mengantuk atau gangguan pencernaan, kejang dan detak jantung cepat.
Sementara dextromethorphan yang banyak ditemukan di obat batuk OTC, menurut US National Library of Medicine, jika dikonsumsi anak di bawah usia 6 tahun bisa menyebabkan efek samping, seperti pusing, mengantuk, gelisah, mual, dan muntah.
Tubuh merasakan fenilefrin dan pseudoefedrin sebagai adrenalin bagi tubuh. Lalu Antihistamin, seperti chlorpheniramine, brompheniramine, dan diphenhydramine yang terdapat dalam obat bisa menyebabkan kantuk. Akan tetapi, saat bersamaan efeknya bisa menyebabkan agitasi dan halusinasi, Bunda.
Menurut Bernstein, penggunaan obat ini bisa tambah berisiko jika digabung dengan obat berbeda yang mengandung bahan aktif yang sama. Ternyata, ada banyak lho perusahaan obat yang menjual produk dengan kandungan kombinasi.
"Risiko terbesar lainnya adalah ketika orang tua mencoba menggunakan berbagai jenis obat tanpa menyadari bahwa obat akan (memberi efek) berlipat ganda. Jika tanpa sengaja menggandakan obat penekan batuk dan antihistamin dapat menyebabkan banyak sedasi. Jika menggunakan dekongestan secara ganda dapat menyebabkan perasaan gugup atau cemas," tuturnya.
Obat rumahan untuk batuk dan pilek anak
Karena itu, jika anak batuk dan pilek, sebaiknya Bunda pergi ke dokter sebelum memberikan obat yang dijual bebas. Namun jangan terburu-buru ke dokter karena jika anak tidak mengalami demam dan cukup makan maupun minum maka gejala pilek hanya berlangsung 2 minggu.
Dan dibanding pengobatan kimia, Bernstein menyarankan untuk memanfaatkan pengobatan alami saja, Bunda. "Daripada menggunakan obat apa pun, lebih baik pengobatan rumahan, beberapa di antaranya telah dibuktikan oleh sains memiliki dampak yang efektif," ungkapnya.
Dia merekomendasikan supaya anak istirahat, tetap terhidrasi, minum banyak cairan hangat dan sesendok madu untuk meredakan batuk. Mengutip Today's Parent, dari beberapa penelitian bahwa mengonsumsi satu sendok teh madu sekitar 30 menit sebelum tidur bisa membantu mengatasi batuk dan mendapatkan tidur yang lebih nyenyak karena madu memiliki sifat antibakteri dan antimikroba.
Namun jangan berikan madu pada anak di bawah usia 1 tahun karena asam lambung mereka belum cukup kuat untuk menghilangkan risiko yang ditimbulkan dari pemanis.
Cara lainnya, Bunda bisa memberikan tetesan atau semprotan garam melalui hidung untuk membantu melonggarkan sekresi dari flu, dan melumasi saluran hidung serta sinus pada bayi dan anak. Tetesan atau semprotan garam ini hanya terdiri dari air dan garam saja lho, sehingga tidak efek samping seperti pada obat-obatan kimia.
Selain itu, meletakkan humidifier di kamar anak juga bisa membantu mengatasi gejala batuk dan pilek karena menjaga kelembapan saluran pernapasan buah hati. Bantal ekstra untuk mengangkat kepala anak juga bisa dicoba untuk membantu melegakan hidung yang mampet.
Jika batuk dan pilek yang diderita anak tidak biasa dan pengobatan tersebut enggak mampu meredakannya, maka Bunda harus memeriksakan anak ke dokter. Beberapa gejala yang tidak biasa tersebut, kalau batuk dan pilek disertai dengan sesak atau napas cepat, batuk membuat anak tersedak, muntah atau kesulitan bernapas, jarang buang air kecil karena dehidrasi dan demam berlangsung lebih dari 72 jam. Gejala tersebut bisa jadi pertanda anak sedang mengalami infeksi serius lainnya, Bunda.
Semoga membantu ya, Bunda.
Bunda, simak juga cara buat obat batuk batuk alami dari resep ala rumahan dalam video berikut ini: