
parenting
Cegah Anak dan Ortu Depresi, FSGI Minta Kurangi Beban Tugas Sekolah Online
HaiBunda
Senin, 02 Nov 2020 19:36 WIB

Tanpa terasa, sudah hampir 8 bulan anak sudah melaksanakan sekolah online atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Dalam kurun waktu tersebut, kurang lebih ada 3 nyawa peserta didik di Indonesia melayang, Bunda. Tiga kasus tersebut disebabkan oleh masalah kesehatan mental anak maupun orang tua akibat beban tugas yang dianggap terlalu berat.
Kasus pertama meninggalnya seorang siswa SD karena dianiaya orang tuanya akibat sulit di ajarkan PJJ (September 2020). Kasus kedua meninggalnya seorang siswi SMA di kabupaten Gowa yang bunuh diri karena tugas PJJ yang menumpuk (Oktober 2020). Kasus ketiga seorang siswa MTs di kota Tarakan yang bunuh diri karena tugas PJJ yang menumpuk, Bunda.
Meski motif bunuh diri tak disebabkan oleh satu hal saja, namun kasus-kasus tersebut mengindikasi kuat bahwa beban tugas sekolah online menjadi salah satu penyebab. Melihat kasus-kasus tersebut, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyayangkan pihak-pihak yang seharusnya melindung peserta didik.
FSGI menyayangkan bahwa bahwa kasus bunuh diri selalu diarahkan pada pribadi anak seperti masalah asmara, masalah perceraian orang tua, dan menuding anak berkarakter lemah. Masalah beban tugas ini pun dibahas oleh FSGI pada Minggu (1/11/2020).
Menurut FSGI, dari hasil pemantauan pada pelaksanaan PJJ Fase pertama yang hanya berlangsung dari Maret-Juni 2020, peserta didik cenderung mampu mengatasi tekanan psikologis. Hal ini karena pembelajaran tatap muka (PTM) sempat dilakukan selama 9 bulan.
"Namun hasil pemantauan pada PJJ Fase kedua, anak-anak lebih sulit mengatasi permasalahan psikologis, sehingga berpengaruh pada kesehatan mental seorang anak/remaja," kata Retno Listyarti, Dewan Pakar FSGI, dikutip dari siaran pers yang diterima HaiBunda pada Senin (2/11/2020).
"Karena pada fase 2 ini, anak naik kelas dengan situasi yang berubah, wali kelasnya ganti, guru mata pelajarannya berbeda, dan kemungkinan besar kawan-kawan sekelasnya juga berbeda dari kelas sebelumnya. Sementara peserta didik belum pembelajaran tatap muka sejak naik kelas," sambungnya.
Retno menambahkan bahwa pergantian kelas dengan suasana yang baru tanpa tatap muka, membuat anak-anak sulit memiliki teman dekat untuk saling berbagi dan bertanya. Akibatnya, kesulitan pembelajaran ditanggung anak sendiri jika anak tersebut tidak berani bertanya kepada gurunya.
FSGI minta sekolah kurangi beban tugas dan adakan bimbingan konseling
Tidak dapat dipungkiri, pandemi ini juga dapat berdampak kepada aspek psikososial dari anak dan remaja di antaranya adalah perasaan bosan karena harus tinggal di rumah, khawatir tertinggal pelajaran, timbul perasaan tidak aman, merasa takut karena terkena penyakit, merindukan teman-teman, dan khawatir tentang penghasilan orang tua.
Sementara, orang tua bisa menjadi penguat anak, sekaligus bisa menjadi sumber masalah bagi anak-anaknya. Misalnya munculnya kekerasan pada anak secara emosional karena tidak memiliki kesabaran mendampingi anak belajar.
Di antaranya kekerasan verbal seperti merendahkan kemampuan anak dalam belajar, dan atau menerapkan pola mendisiplinkan anak yang tidak tepat seperti memberikan hukuman dan sanksi yang dianggap bagi sebagian orang tua justru akan membangkitkan semangat pada anak. Padahal, justru sebaliknya, menimbulkan tekanan psikologis bagi anak.
FSGI meminta pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan untuk harus memiliki peran penting dalam membantu masyarakat, orang tua maupun anak untuk memahami apakah mereka terdampak secara psikologis seperti depresi atau tidak.
Gejala-gejala umum seperti menurunnya semangat untuk menjalankan aktivitas, mudah marah, dan cepat kehilangan konsentrasi itu memang normal, namun tetap harus diperhatikan jika terjadi secara berkepanjangan.
FSGI pun memberikan beberapa rekomendasi demi mencegah anak dan orang tua depresi, di antaranya meminta pihak sekolah untuk membuat kesepakatan perlindungan dan pemaafan dalam pengumpulan tugas, meringankan beban tugas anak selama sekolah online.
"Bentuk perlindungan terhadap perserta didik bermasalah dalam PJJ, tugas yang diberikan seringan-ringannya baik dari segi KD ( Kompetensi Dasar) ataupun dari segi jumlah soalnya," demikian bunyi rekomendasi FSGI.
FSGI juga mendorong pihak sekolah untuk memberikan bimbingan dan pembinaan psikologis pada peserta didik. Mereka juga mendorong sekolah memberdayakan guru Bimbingan Konseling untuk membantu para siswanya yang mengalami masalah kesehatan mental selama masa pandemi COVID-19 berlangsung.
Simak juga cerita Kirana Larasati longgarkan aturan main gadget selama anak sekolah online:
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
Kata IDAI soal PJJ untuk Anak Sekolah Demi Atasi Polusi Udara di Jakarta

Parenting
Viral Orang Tua Murid Protes, Desak Guru Berikan Tutorial Sebelum Kasih Tugas

Parenting
6 Kiat Jaga Motivasi Anak Belajar Selama Sekolah Online

Parenting
Kabar Terbaru Bun, Siswa DKI Jakarta Diputuskan Tetap Belajar dari Rumah

Parenting
Libur Panjang Telah Usai, Saatnya Siapkan Anak Kembali Sekolah Online

Parenting
5 Cara Buat Sekolah Online Jadi Lebih Seru, Anak Dijamin Anti Bosan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda