Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Tips Menjaga Kesehatan Mental dari Psikolog, Temukan Sumber Masalahnya Yuk

Ratih Wulan Pinandu   |   HaiBunda

Senin, 14 Dec 2020 19:37 WIB

Small boy stained himself with chocolate while his mother is in disbelief.
Tips menjaga kesehatan mental dari psikolog/Foto: Getty Images/iStockphoto/skynesher

Sudah hampir 10 bulan virus COVID-19 melanda Indonesia, sehingga membuat aktivitas anak-anak lebih banyak dilakukan di luar rumah. Mau enggak mau, hal itu membuat interaksi Bunda bersama si kecil jadi lebih banyak ya.

Bersama anak-anak selama 24 jam, tentu membuat Bunda dan Ayah harus memberikan perhatian ekstra kepada mereka. Kalau masih ada Ayah yang WFH setidaknya pekerjaan jadi lebih ringan ya, Bunda. Tapi bagaimana dengan Bunda yang harus menghadapi anak-anak sendirian? Rasanya semua serba enggak terkontrol ya, Bunda.

Melihat rumah berantakan, dan anak-anak susah diarahkan saat sekolah daring bisa bikin emosi Bunda meledak-ledak ya? Nah, untuk menjaga kesehatan mental tetap terjaga, Psikolog Dr. Seto Mulyadi pun menawarkan tips GEMBIRA nih, Bunda.

Ini merupakan salah satu jurus membuat anak-anak tetap happy meski di rumah saja, dan juga menjaga Bunda dan Ayah lebih stabil emosinya.

Dikutip dari laman Covid19.go.id, GEMBIRA merupakan singkatan dari Gerak, Emosi cerdas, Makan dan minum sehat, Beribadah di rumah, Istirahat, Rukun dan Aktif berkarya, Bunda. Menerapkan jurus GEMBIRA secara tidak langsung akan ikut membangun suasana positif di rumah.

"Selama masa #dirumahaja, masyarakat didorong untuk tetap bergerak, di antaranya berolahraga, melakukan pekerjaan rumah seperti menjaga kebersihan rumah," kata Seto Mulyadi atau karib disapa Kak Seto.

Menjaga kesehatan emosi juga tak kalah penting lho, Bunda. Kenapa? Hal itu bertujuan agar Bunda enggak cepat marah-marah di rumah, dan anak pun tidak murung saat bosan melanda.

Bicarakan dengan Ayah atau anggota keluarga yang lain, bagaimana cara mengisi waktu yang menyenangkan di masa pandemi seperti ini. Misalnya, menawarkan bakar jagung di perkarangan atau mendirikan tenda mini di belakang rumah untuk menciptakan suasana ala liburan.

"Penting juga untuk menata emosi dengan cerdas agar ungkapan perasaan orang tua tidak merusak persahabatan dengan putra putri tercinta," imbuh Seto memberi saran.

Tak ketinggalan, Kak Seto juga menekankan pentingnya menjaga kerukunan antar anggota keluarga di masa pandemi. Saling mengungkapkan kasih sayang, diimbangi dengan melakukan berbagai kegiatan agar aktif berkarya, ternyata bisa menjaga mental tetap sehat lho.

Nah, bagaimana jika Bunda atau Ayah merasa sudah sangat kesulitan menahan emosi kepada anak? Simak cara menganalisa dan mengatasinya dari psikolog anak berikut yuk! Buka di halaman selanjutnya ya.

Banner susuBanner susu/ Foto: HaiBunda/Mia Kurnia Sari

Bunda, pahami yuk cara mengekpresikan kasih sayang di tengah pandemi dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]





Pahami pemicu Bunda dan Ayah Emosi

Five years old boy not cooperating with his psychotherapist.

Tips menjaga kesehatan mental dari psikolog/Foto: iStock

Selama pandemi Corona, pola komunikasi tentunya berubah. Bunda dan Ayah yang semula bertemu anak saat sore dan malam hari, kini harus mendampingi anak selama 24 jam. Tanpa sadar, Bunda suka menggunakan nada tinggi nih ketika anak-anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan harapan.

Lalu sebenarnya apa sih yang menyebabkan emosi kita sering enggak bisa terkontrol selama mendampingi anak melakukan pembelajaran daring? Aisyah Almas Silmina, M.Psi., Psikolog Anak, menuturkan bahwa penyebab utama Bunda sulit menahan emosi dipengaruhi banyak hal.

“Kalau ditanya penyebabnya kenapa susah menahan emosi, balik lagi ada banyak hal. Enggak mungkin Cuma satu penyebab terus akhirnya kita jadi keluar emosinya,” pungkasnya melalui live Instagram HaiBunda beberapa waktu lalu.

Salah satu yang harus Bunda sadari adalah, masalah di luar anak itu sendiri. Misalnya tekanan pekerjaan kantor atau kesulitan ekonomi yang mungkin dihadapi.

“Sering kali mungkin kita udah punya beban di belakang. Apakah itu pekerjaan dari kantor atau lagi ada masalah finansial atau mungkin lagi bertengkar sama pasangan atau masalah lainnya,” ujar Alma.

Alma menambahkan bahwa sebenarnya kembali lagi kepada bagaimana Bunda dapat memandang datangnya emosi tersebut. Selesaikan satu-satu ya, Bunda, sehingga tidak berimbas pada anak.

Terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Jadi jangan pernah lengah untuk selalu #ingatpesanbunda agar #pakaimasker, #jagajarak, dan #cucitanganpakaisabun sesuai imbauan #satgascovid19.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda