Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menguak Fakta MPASI Daging Merah & Keju: Manfaat & Dampak untuk Tinggi Badan Anak

Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A (K), MPH   |   HaiBunda

Jumat, 29 Jan 2021 11:41 WIB

Dokter Sisipan
Dr. dr. Aryono Hendarto, Sp.A (K), MPH
Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM. Dosen senior di Fakultas Kedokteran UI
Ilustrasi MPASI keju
Ilustrasi MPASI daging merah/Foto: Getty Images/iStockphoto/ivolodina

Perlu diketahui ASI eksklusif sebagai makanan bayi tunggal sampai saat ini hanya mencukupi sampai bayi berusia 6 bulan. Hal ini disebabkan kandungan ASI berkurang sepertiganya pada usia 6 bulan, bahkan pada usia 12 bulan kecukupan ASI hanya tinggal 50%.

Oleh karena itu sejak usia 6 bulan bayi perlu diberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) agar bayi dapat tumbuh kembang optimal. ASI harus diberikan dengan jumlah yang cukup dan kualitas yang baik yaitu mengandung karbohidrat, protein, dan lemak serta vitamin serta mineral.

Bagaimana mengonsumsi protein?

Nutrisi yang adekuat pada 1 tahun pertama penting bukan saja untuk tumbuh kembang anak, tetapi juga untuk mencegah penyakit di masa dewasa. Beberapa mikronutrien yaitu vitamin dan mineral dibutuhkan untuk tujuan tersebut antara lain vitamin A dan mineral seperti zink, yodium, dan besi.

Agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal maka dibutuhkan asupan protein yang cukup. Protein mempunyai peran penting pada semua proses metabolisme di dalam tubuh. Protein terdiri atau dibentuk dari berbagai macam asam amino. Beberapa kombinasi asam amino berasal dari sumber protein yang berbeda dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda pula.

Ilustrasi MPASIIlustrasi MPASI/ Foto: Getty Images/iStockphoto/chinaview

Beberapa asam amino bersifat esensial sehingga harus ada di dalam diet anak-anak. Selain untuk keperluan di atas, beberapa asam amino seperti arginin dan lisin berperan dalam pelepasan hormon pertumbuhan oleh karena itu kekurangan asam amino ini maka anak berisiko mengalami stunted (perawakan pendek). Sayangnya hanya protein yang berasal dari hewani seperti daging, ayam dan ikan mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan oleh anak.

Apakah bila anak mengonsumsi protein hewani seperti daging merah akan menyebabkan obesitas?

Secara prinsip anak akan mengalami obesitas apabila dalam waktu yang cukup lama asupan kalori hariannya lebih besar dari jumlah kalori yang dikeluarkan. Daging merah yang mengandung lemak memang dapat mempunyai kalori yang lebih tinggi. Bila anak mengonsumsi daging merah dalam jumlah seperti yang dianjurkan, maka tidak akan mengalami obesitas.

Seperti kita ketahui komposisi makanan kita yang sehat terdiri dari 50% karbohidrat, 30% lemak, dan 20% protien yang biasa dikenal sebagai gizi seimbang. Selama anak mengonsumsi protein dalam bentuk daging merah tidak lebih dari 20% dan jumlah kalori total sehari tidak melebihi jumlah yang dianjurkan, maka anak akan mempunyai berat badan normal.

Kandungan kalori daging merah akan menjadi lebih tinggi bila disertai lemak. Di samping itu perlu diperhatikan sebaiknya dalam makanan anak protein hewani yang dikonsumsi tidak hanya satu macam saja tetapi bergantian antara daging merah (sapi atau kambing) dan daging putih (ayam dan ikan).

Lalu bagaimana dengan gizi keju dalam MPASI? Simak di HALAMAN SELANJUTNYA ya, Bunda

Lihat juga video berikut mengenai lima jenis makanan untuk mencerdaskan otak anak

[Gambas:Video Haibunda]

Banner nama anak AsmirandahFoto: HaiBunda



Bagaimana dengan Keju Sebagai Menu MPASI?

Ilustrasi MPASI keju

Ilustrasi MPASI keju/Foto: Getty Images/iStockphoto/Madhourse

Seperti kita ketahui keju tergolong makanan dairy product yang berasal dari susu. Keju juga merupakan sumber protein bagi anak-anak karena berasal dari susu sapi/kambing maka proteinnya adalah protein hewani.

Dengan perkataan lain jenis asam amino yang ada dalam keju lebih bervariasi dibandingkan dengan protein nabati seperti sayur dan buah-buahan. Namun dibandingkan dengan daging merah, susunan asam amino keju tidak selengkap daging merah.

Hal lain yang harus diperhatikan juga adalah kandungan garam (natrium) yang terdapat dalam keju. Bayi menunjukkan mengenal rasa asin sekitar usia 4 bulan dan menetap sampai usia 2 tahun. ini menunjukkan bahwa bayi sudah mengenal rasa sejak usia dini sehingga rasa makanan MPASI perlu diperhatikan agar disukai bayi.

Salah satu komponen rasa adalah asin sehingga pemberian garam pada MPASI membantu proses perkembangan pengenalan rasa dengan memperhatikan kebutuhan dan batas asupan garam pada bayi. Belum ada rekomendasi yang jelas seberapa banyak garam boleh diberikan kepada bayi. Rekomendasi yang dianjurkan untuk konsumsi maksimal garam pada bayi (0-12 bulan) adalah

Piece of cheese on the wooden tableIlustrasi keju/ Foto: iStock

Penelitian pada bayi usia 6 - 12 bulan menunjukkan bahwa asupan garam yang berlebihan bersumber dari makanan olahan kemasan (processed food), misalnya daging olahan, pasta, dan roti yang tidak dibuat khusus untuk bayi. Oleh karena itu, pendekatan yang bijak adalah memberikan garam secukupnya pada MPASI yang dimasak sendiri (home made). Atau bila memberikan MPASI kemasan maka harus memilih MPASI yang khusus diproduksi untuk bayi dengan mencantumkan ijin BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Untuk keju sendiri jumlah yang dianjurkan adalah 15 - 20 gram keju keras/batangan atau 1-2 sendok makan keju parut. Untuk keju lunak jumlah yang dianjurkan adalah 20 - 25 gram per hari. Anjuran di atas untuk anak usia 1 - 5 tahun.

Kapan bayi boleh diberikan keju? Anjurannya berbeda-beda, ada yang menyatakan mulai usia 6 bulan ada yang mengatakan usia lebih tua. Ikatan Dokter Anak Amerika (American Association of Pediatrics) menganjurkan keju mulai dikonsumsi bayi sejak usia 7 - 8 bulan dan jumlah yang dianjurkan adalah sampai 1/4 (seperempat) cangkir keju potong dadu.


(ziz/ziz)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda