Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Jangan Salah Kaprah, DBD Bukan Penyakit Jumlah Trombosit Tapi..

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Jumat, 22 Jul 2022 23:10 WIB

Ilustrasi anak dirawat di rumah sakit
Jangan Salah Kaprah, DBD Bukan Penyakit Jumlah Trombosit Tapi../ Foto: Getty Images/iStockphoto/kan2d

Musim penghujan tiba, demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit yang kita waspadai. Sebab, genangan air di mana-mana sehingga perkembangbiakan nyamuk Aedes, vektor virus dengue semakin banyak. Apalagi dengue semakin bahaya jika menginfeksi bayi (di bawah dua tahun) dan komorbid.

Hal tersebut dikatakan oleh Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A(K). Dokter subspesialis infeksi itu mengatakan bahwa DBD atau WHO menyebutnya dengan sebutan dengue saja, merupakan penyakit sistemik, Bunda.

Penyakit sistemik sendiri adalah gejala penyakit pada organ yang berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh.

"DBD tidak hanya perdarahan, sifatnya dinamis," ujarnya di acara Media Briefing "Hari Anak Nasional: Perlindungan Keluarga dari Bahaya Dengue" via Zoom, Rabu (20/7/2022).

Artinya, perlu diketahui bahwa dengue ini bukan masalah trombositnya yang rendah. Ini mengingat sebagian besar orang tahunya kalau DBD itu membuat trombosit rendah, Bunda.

"Saking dinamisnya, dengue itu diklasifikasikan oleh WHO. Mulai dia dengue yang tanpa adanya tanda bahaya sampai ada tanda bahaya kemudian bisa menjadi berat," ujarnya.

dr.Anggi kemudian memaparkan bahwa perjalanan dengue yaitu dimulai dari virus masuk ke dalam tubuh sampai pada akhirnya seluruh kemampuan manusia terhadap daya tahan imunnya itu justru bisa berbalik bisa mengancam.

Gejala DBD

Untuk itu, Bunda perlu tahu gejala dari dengue. Gejala yang paling terlihat jelas dari DBD adalah sebagai berikut:

  • Demam tinggi mendadak
  • Nyeri kepala
  • Nyeri otot, sendi
  • Nyeri pada saat menggoyangkan bola mata (fotobia)
  • Ruam di kulit
  • Hilang nafsu makan
  • Perdarahan (mimisan hingga BAB berdarah)
  • Mual dan muntah

Selain itu, perlu Bunda ketahui, dengue memiliki tiga fase. Baca kelanjutannya di halaman berikut.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Simak juga video soal tanaman outdoor yang dibenci nyamuk berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]



3 FASE DENGUE

Shot of a little girl lying in bed while her mother takes her temperature with a thermometer

Jangan Salah Kaprah, DBD Bukan Penyakit Jumlah Trombosit Tapi../ Foto: iStock

Perlu Bunda ketahui, dengue umumnya memiliki tiga fase. dr.Anggi menuturkan, ada fase demam, fase kritis yang pada saat demam justru turun, ada fase pemulihan.

"Di fase demam yang bisa berlangsung 2-7 hari, kita perlu hati-hati karena ada komplikasi pada anak-anak yaitu bisa kejang demam, atau tidak mau minum yang berujung dehidrasi," kata dr.Anggi.

Paling buruk dari fase dengue adalah fase kritis. Di mana terjadi perembesan plasma. Saat fase ini bisa saja terjadi syok dengan komplikasinya perdarahan, gagal hati, syok berkepanjangan.

Banner Penyebab Preeklamsia

"Perembesan plasma yang paling ditakutkan. Pembuluh darah itu seperti selang air bocor. Kalau bocornya heboh itu membuat syok," kata dr.Anggi.

Pada akhirnya, perembesan plasma ini bisa menyebabkan gangguan pada organ, yang menyebabkan fatality rate yang tinggi. Fase kritis ini hanya berlangsung 24-48 jam dan menentukan pasien selamat atau tidak.

Kemudian jika fase kritis berlalu adalah fase pemulihan. Fase di mana pasien perlahan pulih hingga akhirnya sembuh.


(aci/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda